Rabu, 03 Agustus 2016

171 KEMATIAN ITU SUATU MISTERI

171.  KEMATIAN ITU SUATU MISTERI

__________________________________________________________

Postingku tentang kematian Mike Mohede selagi tidur dalam usia 32 tahun kemarin menghasilkan beberapa komen dari teman-teman.  Membaca komen-komen itu, aku pun ingin membahas tentang kematian secara umum, jadi bukan khusus kematian Mike Mohede.

 

Pertama, karena aku Kristen, maka platformku adalah Kristen, dan aku di sini memakai Alkitab sebagai dasar komenku.  Jika konsep ini berbeda dengan agama lain, harap dimengerti bahwa aku di sini hanya memperkenalkan konsep yang ada di Alkitab, tidak mengharuskan orang lain untuk menerimanya.

 

Kematian itu adalah akibat dosa,

kata Alkitab

 

Roma 6:23

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

 

Sebelum ada dosa tidak ada kematian.

Doktrin Alkitab ini menepis segala teori Evolusi, yang mengatakan bahwa kematian itu proses trial and error alam untuk menciptakan spesies yang sempurna. Jadi semua tipe-tipe, prototipe yang mula-mula yang belum sempurna harus mati hingga tiba pada produk akhir yang bisa hidup. Maka orang Kristen yang berdiri di atas Alkitab, tidak bisa mempercayai teori Evolusi di mana kematian terjadi berulang-ulang bahkan sebelum produk akhir itu sempurna.

Alkitab mengatakan, kematian itu akibat dosa. Tuhan menciptakan manusia Adam dan Hawa itu sempurna, satu kali langsung jadi, bukan hasil percobaan-percobaan gagal selama berjuta-juta tahun. Selama Adam dan Hawa tidak berdosa, tidak ada kematian di dunia ini di mana mereka ditempatkan, baik pada tanaman maupun pada hewannya. Kematian baru terjadi setelah Adam dan Hawa berbuat dosa. Karena itu nanti di dunia ini yang diciptakan baru, di mana tidak akan ada dosa lagi, juga tidak akan ada kematian lagi.

 

Siapa yang menentukan bahwa upah atau ganjaran atau akibat dosa itu maut? TUHAN.

Apakah Tuhan mau manusia mati? Tidak. Itulah sebabnya Tuhan memperingatkan Adam ketika Adam masih di Taman Firdaus, sebelum Adam berbuat dosa, supaya Adam jangan berbuat dosa, karena jika Adam berbuat dosa, dia pasti mati.

Peringatan yang diberikan sebelumnya itu adalah untuk mencegah, kan? Jadi Tuhan tidak pernah ingin manusia berbuat dosa, karena itu diberitahu, kalau berbuat dosa, pasti mati. 

 

Kejadian 2:16-17

16 Dan TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia laki-laki itu, Dari semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas’. 17 ‘tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, engkau pasti akan mati.’

 

Jadi menurut Alkitab, dosa mengakibatkan kematian.

 

Sebelum Adam berbuat dosa, apakah Adam akan mati? Apakah Adam diciptakan dengan  batas usia? Hidup sampai sekian ratus tahun lalu harus mati? Tidak. Adam diciptakan untuk hidup selamanya, namun kondisi hidup kekalnya itu bersyarat. Apa syaratnya? Tidak berbuat dosa. Adam tidak akan mati asalkan Adam terus patuh kepada Tuhan. Tetapi, Tuhan sudah memperingatkan, pada saat Adam berbuat dosa, maka dia pasti mati. Maksudnya pada saat Adam berbuat dosa, dia langsung kehilangan status hidup kekalnya. Memang Adam tidak segera jatuh mati tersungkur pada waktu dia makan buah terlarang itu, tetapi pada saat itu juga dia kehilangan status hidup kekalnya.

 

Dan karena Tuhan telah menyerahkan dunia ini ke tangan Adam untuk Adam pelihara dan kelola, maka begitu Adam kehilangan status hidup kekalnya, seluruh dunia ini pun ikut kehilangan status hidup kekalnya. Semua yang ada di dunia ini menjadi bisa mati, baik tumbuh-tumbuhan, baik binatang, baik manusianya.

 

Itulah asal usul adanya kematian.

 

Sekarang marilah kita berbicara tentang nasib kita.

Mengapa kita mati?

Karena nenek moyang kita (Adam dan Hawa) telah membawa dosa masuk ke dunia ini, sehingga semua yang hidup di dunia ini tidak lagi kekal, melainkan suatu saat harus mati. Jadi apakah kita sendiri berbuat dosa atau kita tidak berbuat dosa, kita tetap harus mati. Karena apa? Karena dosa sudah masuk ke dunia ini, dan kita adalah bagian dari dunia ini, berarti kita juga harus mati, sebagai akibat dosa yang dibuat Adam.

 

Jadi mati itu adalah suatu kodrat bagi semua makhluk hidup di dunia ini sejak Adam berbuat dosa.

Mati tidak berarti orang itu orang jahat yang penuh dosa, makanya dia mati. Dan tidak mati juga tidak berarti orang itu orang baik sehingga dia boleh hidup terus.

 

Lucunya, ada anggapan bahwa jika kita mati muda, artinya Tuhan sayang pada kita, atau artinya kita adalah orang baik, dan Tuhan mempersingkat waktu kita harus menderita di dunia, maka Tuhan memanggil kita “pulang”. Dan sebaliknya, jika kita panjang usia, itu artinya kita orang jahat sehingga Tuhan tidak memanggil kita “pulang” karena Tuhan memberi kita kesempatan untuk bertobat.

Benarkah anggapan itu?

Yang pasti, itu bukanlah konsep yang ada di Alkitab.

 

Keluaran 20:12

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Ini adalah Hukum yang kelima dalam 10 Perintah Allah, yang ditulis oleh jari Allah i pada dua  loh batu, dan disampaikan oleh suara Allah sendiri dari atas Gunung Sinai. 10 Perintah Allah ini merupakan satu-satunya Hukum yang diucapkan sendiri dan ditulis oleh Allah. Berarti 10 Perintah Allah ini sangat istimewa, bukan? Bayangkan, Allah sendiri yang menulis dan mengumandangkannya.

Jadi apa kata Tuhan?  “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu…”

Jelas ini bertentangan dengan konsep bahwa karena Tuhan mencintai kita, malah kita cepat-cepat mati. Andai begitu, Tuhan tidak akan menyuruh manusia menghormati ayah-ibunya, karena justru menghormati orangtua (patuh pada Perinta Tuhan) mendapatkan karunia panjang umur dari Tuhan.

 

Amsal 16:31.

Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.

Rambut putih berarti usia lanjut. Tuhan justru berkata bahwa rambut putih itu mahkota yang indah. Mengapa indah? Karena sudah hidup lama, punya banyak pengalaman, punya hikmat, yang semuanya itu diperoleh dari mana? Dari hidup di jalan kebenaran. Jadi jangan melupakan bagian belakangnya. Itu syarat yang penting.

Hidup sampai tua jika mengikuti pola hidup yang tidak benar, ya rambut putihnya bukan mahkota yang indah, karena orang ini tidak punya pengalaman hidup bersama Tuhan, tidak punya hikmat yang dari Tuhan. Banyak tidak orang yang sudah tua tapi tidak punya hikmat dari Tuhan? Banyak. Mereka ini rambut putihnya hanya rambut putih saja, tidak menjadi mahkota yang indah.

 

1 Raja-raja 3:14

Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu."

Inilah janji Tuhan kepada Salomo, raja Israel yang paling kaya, yang paling berhikmat, yang dipercaya Tuhan untuk membangun Bait Suci bagi Tuhan.

 

Jadi, apakah ayat-ayat ini membuktikan bahwa orang yang mati muda itu orang baik yang disayang Tuhan, sebaliknya orang yang panjang umurnya itu orang jahat? Padahal ayat-ayat di Alkitab mengatakan Tuhan justru menjanjikan panjang umur kepada orang-orang yang menurut semua Hukum dan PerintahNya.

 

 

Sekarang kita lihat konsep yang sebaliknya. Dunia ini memang punya banyak konsep, dan lucunya konsep-konsep itu semua bertentangan.

Konsep yang ini mengatakkan, jika Tuhan mengaruniai orang-orang baik yang patuh padaNya, panjang umur, apakah berarti orang-orang yang tidak panjang umur adalah orang-orang jahat yang “dibuang” Tuhan?

Ada juga sebagian orang yang menganut faham ini, bahwa mereka yang kena penyakit, mereka yang mati muda, itu adalah orang-orang yang paling sedikitnya tidak diperkenan Allah, dan paling parahnya mereka itu kena hukuman Allah.

Benarkah konsep ini?

Mari kita lihat apa kata Alkitab.

 

Di Perjanjian Baru kita mengenal seorang tokoh yang sangat unik, saudara sepupu Yesus, namanya Yohanes, dan karena dia membaptis banyak orang, dia disebut Yohanes Pembaptis. Usianya hanya lebih tua setengah tahun dari Yesus. Dia mati dipancung atas perintah Herodias, sang ratu, pada usia sekitar 31 tahun. Apakah dia kena hukuman Tuhan? Apakah dia dibuang Tuhan? Apakah Tuhan tidak sayang padanya?

 

Matius 11:11

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan, tidak pernah bangkit seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, walaupun dia yang terkecil dalam Kerajaan Sorga itu lebih besar daripada  dia.

Di sini “Kerajaan Surga” maksudnya adalah umat Allah. Kita ini Kerajaan Surga milik Yesus. Pada waktu Yesus mengucapkan itu, umat Allah (Kerajaan Surga) baru murid-murid Yesus, karena orang-orang Yahudi yang lain belum menerima Yesus sebagai Mesias.

Yesus berkata bahwa yang paling kecil dari muridNya itu masih lebih besar daripada Yohanes Pembaptis walaupun Yohanes ini dikatakan tidak pernah bangkit seorang yang dilahirkan perempuan, yang lebih besar daripada dia.  Jadi bagaimana ini kok kontradiktif?

Ternyata maksud Yesus mengatakan Yohanes Pembaptis lebih kecil daripada murid Yesus yang paling kecil, karena dia tidak sempat mengikuti ministri Yesus, tidak pernah menyaksikan Yesus membuat mujizat, atau mendengarNya mengajar. Yohanes Pembaptis khusus dilahirkan hanya untuk mengemban satu tugas yang luar biasa, yaitu membuka jalan dan mengenalkan Domba Allah yang akan mengangkat dosa dunia. Di sungai Yordan dia memperkenalkan Yesus, disaksikan oleh Allah Bapa dan Roh Kudus yang membuktikan kehadiran Mereka di sana untuk mengesahkan bahwa Yesus betul-betul adalah Sang Anak yang diperkenan.

Yohanes mendapat tugas yang mulia, yang istimewa, yang tidak pernah diberikan kepada orang lain, membaptis Yesus. Tapi setelah tugas tersebut selesai, dia diistirahatkan Tuhan.

 

Inilah kata-kata Yesus sendiri tentang Yohanes Pembaptis. Jadi jelas walaupun Yohanes Pembaptis mati muda, dia sama sekali tidak dibuang oleh Tuhan.

 

 

Kita juga mengenal seorang tokoh yang bernama Stefanus, nabi yang terakhir bagi bangsa Israel, yang mati dirajam orang Yahudi karena dia adalah murid Yesus. Stefanus belum tua. Kisahnya bisa dibaca di Kisah Para Rasul pasal 6 dan 7, terlalu panjang dikutip di sini. Tuhan mengizinkan Stefanus mati dirajam walaupun Tuhan sangat mengasihinya, karena sebelum dia mati dirajam, Stefanus melihat langit terbuka, dan Yesus Kristus di sebelah kanan Allah Bapa.

 

Berarti, menurut konsep Alkitab, sesungguhnya kapan seseorang mati itu tidak ada kaitannya dengan baik/jahatnya dia, tidak ada kaitannya dengan apakah Tuhan sayang padanya atau tidak.

 

Jelas ya, kedua pendapat yang banyak beredar di masyarakat ini tidak sesuai dengan konsep Alkitab:

1.   bahwa jika ada yang mati muda, dia itu disayang oleh Tuhan, sudah tidak punya dosa, jadi sudah boleh dipanggil “pulang” oleh Tuhan.

Sedangkan yang tidak mati-mati sampai tua, itu karena dosanya masih banyak dan Tuhan memberinya kesempatan untuk bertobat.

2.   Atau sebaliknya bahwa orang yang masih muda sudah banyak penyakitnya lalu mati berarti dia tidak diperkenan oleh Allah,

dan orang yang hidup sampai tua itu pasti orang baik karena diberkati panjang umur oleh Tuhan.

 

Tidak ada yang tahu mengapa seseorang itu mati pada usia dia mati. Hanya Tuhan yang tahu.

 

 

Konsep yang lain lagi. Ada lagi orang yang berpendapat bahwa umur setiap manusia itu sudah ditentukan oleh Tuhan. Mau dia baik, mau dia jahat, setiap orang sudah diberi jatah umur oleh Tuhan, sehingga sesehat apa pun orang itu, kalau jatah umurnya sudah tiba, ya dia mati. Sesakit apa pun dia, kalau jatah umurnya masih panjang, ya dia bertahan terus walaupun hanya bisa berbaring di ranjang.

Benarkah Tuhan yang sudah menentukan umur setiap orang?

Jika kita percaya kepada tulisan di Alkitab, maka Alkitab menyatakan bahwa Tuhan ingin semua orang hidup. Tuhan tidak menginginkan ada yang mati sebenarnya. Mengapa?

 

Mazmur 115:17-18

Orang-orang mati tidak memuji TUHAN, begitu pula setiap orang yang turun ke keheningan, tetapi kita akan memuji TUHAN, mulai sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Haleluya!

Orang-orang mati tidak bisa memuji Tuhan, semua orang yang turun ke keheningan” artinya masuk kubur, tidak bisa memuji Tuhan, kenapa? Karena mereka sudak tidak eksis.

Siapa yang bisa memuji Tuhan? Kita yang masih hidup ini. Karena itu Tuhan lebih menyukai orang yang hidup, yang masih bisa memuji Dia.

 

 

Jadi apakah Tuhan yang menentukan umur setiap manusia? TIDAK. Tuhan memberi manusia kebebasan untuk mengurus hidupnya sendiri. Jika manusia itu memelihara tubuhnya, kesehatannya, dengan baik, menjalankan pola hidup yang baik, maka sebagai hasilnya, tubuhnya bisa bertahan hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak memelihara tubuh dan kesehatannya dengan baik.

Tetapi, Tuhan itu Mahatahu! Tuhan tahu apa yang akan terjadi pada setiap manusia bahkan sebelum manusia itu lahir. Tuhan tahu kapan kita akan mati dan mengapa kita mati. Tuhan tahu, tetapi bukan Tuhan yang menentukan. Itu adalah akibat rangkaian pilihan yang kita ambil sendiri sehingga akhirnya tiba pada titik yang terakhir itu.

 

Di Alkitab ada sebuah kisah yang sangat menarik. Kisah raja Hizkia, raja Yehuda yang keduabelas. Bisa dibaca di 2 Raja-raja pasal 16:20 sampai pasal 20. Raja Hizkia ini termasuk raja yang baik, yang tidak menyembah berhala, yang setia kepada Tuhan. Di pasal 20:1 dikisahkan setelah hidup sekian lamanya Hizkia sakit keras, dan Tuhan yang Mahatahu, sudah tahu bahwa Hizkia akan mati. Maka Tuhan melalui nabiNya Yesaya, menyuruh Hizkia bersiap-siap membereskan semua urusan duniawinya, berpamitan pada keluarganya, dll. Tetapi Hizkia belum mau mati. Apa yang dilakukannya? Dia menghadap dinding dan memohon kepada Tuhan supaya boleh tidak mati. Apa yang dilakukan Tuhan? Tuhan mengabulkan permohonannya! Jadi Tuhan tidak menentukan umur Hizkia, tapi Tuhan sudah tahu Hiskia akan mati sebagai akibat penyakitnya itu. Sekarang Hizkia minta jangan mati, maka Tuhan campur tangan. Tuhan mengabulkan permohonan Hizkia. Hizkia tidak jadi mati saat itu.

Pertanyaan: Mengapa Tuhan dari pertamanya tidak langsung menyembuhkan Hizkia saja? Mengapa Tuhan mengizinkan Hizkia mati, dan baru setelah Hizkiah menangis memohon kepada Tuhan, Tuhan mau menyembuhkan Hizkia?

Jika kita baca kelanjutan sejarah negara Yehuda, maka justru dengan usia Hizkia ditambah 15 tahun lagi, kehancuran datang pada negeri itu. Apa yang terjadi selama 15 tahun pertambahan usia Hizkia?

1.   Hizkia menyombongkan kekayaannya kepada utusan Babilon (1 Raja 20:13-19). Ini terjadi setelah dia sembuh. Apa akibatnya?

Babilon terpancing untuk merampok semua harta itu. Nabi Yesaya menyampaikan pesan Tuhan bahwa suatu saat seluruh harta karun itu akan diangkut ke Babilon semuanya. Begitu pun Hizkia tidak menyesal, dia berpikir, asal jangan terjadi pada zamanku saja, ya tidak apalah!

2.   Anaknya Manasye lahir.

Dan Manasye adalah raja yang jahat di mata Tuhan. Pasal 21 menceritakan segala akibat diperpanjangnya usia Hizkia. Semua berhala yang dihancurkan Hizkia, dihidupkan kembali oleh Manasye, dia mempersembahkan anak-anaknya sebagai kurban, dia main dukun dan peramal. Dan dia menyesatkan rakyatnya, yang seharusnya adalah umat Tuhan.

Seandainya Manasye tidak lahir, mungkin anak Hizkia yang lain yang akan menjadi raja, kemungkinan malah raja yang baik seperti ayahnya. Tetapi lahirnya Manasye membuat jatuhnya Yehuda ke dalam penyembahan berhala lagi.

Lebih celaka lagi dari Manasye malah lahir Amon, yang lebih jahat lagi.

 

Sekarang kembali kepada pertanyaan mengapa Tuhan tadinya mengizinkan Hizkia mati? Karena Tuhan yang Mahatahu, sudah tahu bahwa jika Hizkia hidup lebih lama lagi, maka kelanjutan hidupnya itu sudah tidak menguntungkan dirinya maupun bangsanya lagi.

Tetapi kalau begitu mengapa Tuhan mengabulkan permintaan Hizkia untuk menambah umurnya? Jika Tuhan sudah tahu semua yang akan terjadi dalam 15 tahun tambahan usia Hizkia, mengapa tidak Tuhan tolak saja dan membiarkan Hizkia tetap mati? Itulah Tuhan memberi contoh, memberi bukti jika manusia tidak mau berserah kepada Tuhan, jika manusia merasa dia lebih tahu daripada Tuhan, maka akibatnya justru adalah kerugian.

Tuhan memberi manusia hak untuk memilih. Memilih berserah kepada Tuhan, menurut Tuhan, atau memilih menuruti keinginan hatinya sendiri.

 

Karena itu ada kata-kata bijak yang berkata, “Hati-hati apa yang kamu minta. Bisa-bisa jika permintaanmu dikabulkan, kamu justru akan celaka.”

Jadi, bagi orang yang berserah kepada Tuhan, bila kita memohon apa-apa kepada Tuhan, jangan lupa mengakhirinya dengan perkataan yang sudah diajarkan Tuhan Yesus kepada kita, “Jadilah kehendakMu”, bukan kehendak kita sendiri.

 

 

Kesimpulannya apa kalau begitu?

Apakah seseorang itu mati muda atau mati tua, apakah seseorang itu mati selagi tidur pulas atau mati kecelakaan, apakah seseorang itu mati kaya atau mati miskin, yang tahu alasannya hanyalah Tuhan. Kita tidak tahu, karena itu kita tidak boleh berasumsi.

Sekarang, siapakah sebenarnya yang mengakhiri hidup seseorang?

Nah, Alkitab memberikan tiga pelaku:

1.   TUHAN

Kejadian 38:10

Dan hal yang dilakukannya tidak diperkenan TUHAN, oleh karena itu TUHAN membunuh dia juga.

Ini adalah kisah Onan yang tidak mau memberikan keturunan bagi saudaranya yang sudah mati. Yang perlu kita perhatikan di sini adalah Tuhan membunuh dia. Tentu saja Tuhan tidak turun sendiri dari Surga untuk membunuh Onan, Tuhan mengutus malaikatNya untuk melakukan tugas itu. Tetapi Tuhan-lah yang memutuskan untuk menghentikan suplai nafas hidupnya. Jangan lupa, Onan ini masih muda lho.

 

1 Tawarikh 10:13-14

Demikianlah Saul mati karena pelanggarannya yang dilakukannya melawan TUHAN, yaitu melawan Firman TUHAN, yang tidak dipeliharanya, dan juga karena ia meminta petunjuk dari seorang dukun, untuk bertanya pada roh yang dimiliki dukun itu; dan tidak meminta petunjuk dari TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan kerajaan  itu kepada Daud bin Isai.

Ini berbicara tentang raja Israel yang pertama, Saul. Terjemahan LAI kurang tepat. Bukan  “meminta petunjuk dari arwah” dalam bahasa aslinya adalah  בָּא֖וֹב  [bā-’ō-wḇ] לִדְרֽוֹשׁ׃   [liḏ-rō-wōš.] artinya minta nasihat kepada seorang dukun agar dukun itu bertanya pada roh yang dipakainya.

Jadi hati-hati, jangan kita sampai seperti Saul ini. Saul adalah orang yang dipilih Tuhan sendiri menjadi raja Israel yang pertama. Tetapi karena semua pelanggarannya terhadap Hukum dan Perintah Tuhan, dan di sini khusus disebutkan salah satunya karena Saul sudah minta nasihat seorang dukun untuk bertanya pada roh kegelapan, maka Tuhan membunuhnya.

Bagaimana Tuhan membunuhnya? Tuhan tidak menolong Saul saat dia berperang dengan orang Filistin. Bahkan tiga anaknya mati dalam pertempuran itu. Saul yang sudah terluka menyuruh pembawa senjatanya untuk menghabisinya, tetapi bawahannya itu tidak mau.  Akhirnya Saul bunuh diri. Baca kisahnya di 1 Tawarikh pasal 10. Karena putus asa, Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi di ayat 13 dikatakan bahwa Tuhan yang membunuh Saul.

2.   Setan

Yohanes 8:44

Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah yang kamu mau lakukan.  Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, itu bersumber dari dirinya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta.

Nah, Iblis membunuh manusia dengan tujuan supaya manusia mati dalam kondisi tidak selamat. Itulah yang ditarget Iblis. Jadi Iblis berusaha bisa membunuh sebanyak mungkin manusia sebelum mereka sempat bertobat, sebelum mereka menerima keselamatan dari Tuhan. Mengapa? Karena jika orang yang dibunuhnya itu mati dalam Kristus, Iblis tetap kalah karena orang itu nanti akan dibangkitkan Tuhan dan mewarisi Dunia yang Baru. Karena itu Iblis mentarget orang-orang yang belum selamat, supaya orang-orang itu tidak mendapat kesempatan untuk selamat. Iblis tahu suatu saat Tuhan akan membinasakan dia, jadi dia tidak mau binasa sendiri. Dia berusaha melibatkan sebanyak mungkin manusia masuk ke kubunya, supaya kelak mereka juga binasa bersama-sama dirinya. Bencana-bencana alam banyak yang ditimbulkan oleh Iblis karena dia bisa membunuh banyak orang sekaligus.

Andaikan dia bisa, Iblis akan segera membunuh semua orang di dunia ini. Tetapi tentunya Tuhan tidak mengizinkan itu. Iblis hanya bisa membunuh  jika hal itu diperkenankan Tuhan.

 

3.   Manusia sendiri

Matius 15:19

Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

Hati siapa? Hati kita! Hati manusia! Manusia saling membunuh satu sama lain karena pikirannya jahat.  

 

Yakobus 4:2

Kamu bernafsu, dan tidak mendapat; kamu membunuh dan ingin mendapat, dan tidak memperolehnya; kamu berkelahi dan berperang, namun kamu tidak mendapat, karena kamu tidak memohon

Dan ini bukan hanya membunuh orang lain, tetapi juga termasuk perbuatan bunuh diri, karena kecewa tidak mendapat apa yang diharapkan.

 

 

Jadi KEMATIAN ITU SUATU MISTERI BAGI KITA.

v   Kita tidak tahu kapan kematian itu datang,

v   Kita tidak tahu siapa yang “membunuh” orang itu,

v   kita tidak tahu mengapa Tuhan mengizinkan dia mati baik pada usia muda, atau pada usia tua. Kita sama sekali tidak tahu.

 

Jadi janganlah kita berasumsi mengapa suatu kematian itu terjadi. Kita hanya perlu ingat bahwa tidak ada apa pun yang bisa terjadi tanpa perkenan Tuhan. Maka jika Tuhan memperkenankan kematian itu terjadi, pasti itu ada dalam rancangan Tuhan, dan semua rancangan Tuhan itu adalah untuk keselamatan kita.

 

Yeremia 29:11

Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan yang Aku rancang untukmu, firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kejahatan, untuk memberikan kepadamu akhir yang engkau harapkan.

 

 

Bagaimana dan kapan kita mati itu tidak penting. Orang baik dan orang jahat sama ada yang mati muda ada yang mati tua. Orang baik dan orang jahat sama ada yang matinya tenang, ada yang mati dengan mengerikan. Jadi bagaimana dan kapan orang itu mati, bukan ukuran apakah dia baik atau buruk, apakah dia disayangi Tuhan atau dibuang Tuhan.

Nabi Yesaya itu mati digergaji jadi dua (Ibrani 11:37) oleh raja Manasye. Nabi-nabi Tuhan mayoritas mengalami siksaan, begitu juga rasul-rasul Kristus. Jadi bagaimana kita mati, dan umur berapa kita mati, itu tidak jadi soal. Yang penting KITA HARUS MATI DALAM KRISTUS, setia sampai akhr. Tapi untuk bisa mati dalam Kristus, lebih dulu KITA HARUS HIDUP DALAM KRISTUS. Tidak mungkin kita hidup sesuka hati kita, lalu berharap kita bisa mati dalam Kristus. Jadi, kita harus fokus pada bagaimana kita hidup sekarang. Jika kita  hidup mengasihi Tuhan, patuh pada Tuhan, jika kita memelihara Hukum dan Perintah-perintah Tuhan, besar kemungkinan kita bisa tetap setia sampai akhir, dan mati pun dalam Tuhan. Maka kita punya pengharapan untuk dibangkitkan kepada suatu kehidupan yang kekal bila Kristus datang menjemput umatNya.

Amin.

 

 

 

 

 

 

02 08 16





Tidak ada komentar:

Posting Komentar