Selasa, 05 April 2016

161. PRO-KONTRA HUKUM TUHAN

161.  PRO-KONTRA HUKUM TUHAN

______________________________________________________________

  Ayo bicara tentang Hukum TUHAN.

 

Banyak orang Kristen berkata bahwa rasul Paulus mengatakan orang Kristen tidak perlu tunduk kepada Hukum TUHAN lagi karena orang Kristen sudah tidak berada di bawah Hukum, melainkan di bawah kasih karunia.

 

Bahwa orang Kristen tidak berada di bawah Hukum melainkan di bawah kasih karunia, itu sangat benar, karena itu yang ditulis Paulus di

Roma 6:14

Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia.

 

Tapi, coba kita  baca kalimat ini dengan lebih teliti. Paulus menulis tentang 3 hal di sini:

1.   Dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu

2.   Kamu tidak di bawah Hukum

3.   Kamu berada di bawah kasih karunia

 

Jadi fakta yang pertama adalah “DOSA TIDAK AKAN PUNYA KUASA ATAS KITA”

Apa maksudnya dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu”?

Bagaimana orang yang dikuasai oleh dosa? Orang tersebut tidak bisa berhenti berbuat dosa. Dosa itu bossnya, majikannya. Jadi orang itu  terus-menerus tunduk pada perintah bossnya, yaitu dosa. Orang itu terus melakukan apa yang disuruh lakukan oleh dosa.

Tapi sekarang Paulus bilang dosa tidak akan punya kuasa atas kita lagi, berarti kita tidak dikuasai dosa lagi, betul? Dosa tidak akan menjadi boss kita lagi, tidak akan menjadi  majikan kita lagi. Kita tidak usah tunduk lagi kepada dosa. Kita akan bisa mengalahkan dosa.

Perhatikan di sini Paulus memakai bentuk waktu yang akan datang:  “akan”, berarti pada saat dia menulis kepada jemaat di Roma, itu masih belum terjadi, tetapi dia bilang itu akan terjadi. Nanti kita akan melihat di ayat-ayat selanjutnya bagaimana itu bisa terjadi.

Jadi ini suatu yang masih proses

 

Mari kita kupas ayat ini.

Apa artinya “berada di bawah kasih karunia”?

 

Efesus 2:8

Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman…

 

Yohanes 3:16

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya di dalam Dia tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

 

Jadi, orang-orang yang sudah menerima keselamatan melalui iman, orang-orang yang sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadinya, orang-orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus ~~ mereka inilah orang-orang yang di bawah kasih karunia Allah.

 

Nah, menurut Paulus, orang-orang yang di bawah kasih karunia ini sudah tidak di bawah Hukum.

Apa artinya “di bawah Hukum”?

Kita tahu dari banyak ayat bahwa Hukum tidak menyelamatkan, Hukum hanya menunjukkan dosa-dosa kita. Hukum ibarat sebuah cermin di mana kita melihat apakah wajah kita sudah bersih atau masih kotor. Cermin itu (Hukum) tidak bisa menghapus kotoran.

Hukum menunjukkan semua pelanggaran kita:

ü     Nah, tuh, kamu sudah berbohong, sudah melanggar perintah Tuhan ke-9.

Hukuman dosamu ialah mati kekal, karena ‘upah dosa ialah maut’ (Roma 6:23).

ü     Nah, tuh, kamu sudah mencuri, sudah melanggar perintah Tuhan ke-8, kamu layak mati, karena upah dosa itu maut!

ü     Nah, tuh, kamu sudah selingkuh, sudah melanggar perintah Tuhan ke-7, vonisnya mati!

ü     Nah, tuh, kamu sudah bergurau dengan nama Tuhan, sudah melanggar perintah ke-3, hukumanmu mati!

Dst. dst. dst.

 

Jadi Hukum itu yang menunjukkan dosa-dosa kita. HUKUM TIDAK MENGHAPUS DOSA KITA.  Seandainya kita di bawah Hukum, kita celaka, karena justru semua dosa kita dinyatakan oleh Hukum. Ini lho dosamu mencuri, ini lho dosamu melanggar hari Sabat, ini lho dosamu iri hati sama tetanggamu, dst. dst. dst. Tidak menyelamatkan sama sekali. Kita justru celaka, karena dosa itu upahnya maut (Roma 6:23), maka sebenarnya Hukum itu berkata, “Kamu layak mati! Kamu sudah berbuat dosa ini, dosa itu, kamu layak mati!”

Jadi Hukum itu hanya menuduh dan menunjukkan bahwa kita layak mati.

 

 

Tetapi sekarang Paulus berkata, orang yang di bawah kasih karunia, tidak lagi di bawah Hukum.

Apa Paulus berkata Hukum  sudah dihapus? TIDAK! HUKUM TIDAK DIHAPUS!

 

Lalu bagaimana bisa orang yang di bawah kasih karunia tidak lagi di bawah Hukum?

Nah, ini rahasianya! Kalau orang itu TIDAK BERBUAT DOSA, TIDAK MELANGGAR HUKUM, HUKUM ITU TIDAK BISA MENDAKWA DIA DAN MENJATUHKAN HUKUMAN PADANYA! Ini yang dimaksud Paulus, Hukum tidak punya kuasa lagi atas orang-orang yang di bawah kasih karunia. BUKAN karena Hukumnya dihapus dan tidak berlaku bagi mereka, TAPI karena MEREKA YANG SUDAH TIDAK MELANGGAR HUKUM LAGI, sehingga Hukum tidak bisa mendakwa mereka, dan tidak bisa menjatuhkan hukuman. Paham, kan?

Di zaman aku masih di bangku SMP-SMA, ada seorang guru yang luar biasa “kejam”nya. Itu tahun 60an ya, jadi guru-guru masih bebas main tangan di dalam kelas. Kalau buku atau catatan si murid ketinggalan, dahi murid itu dicocok-cocok dengan kukunya yang panjang-panjang sambil dimarahin dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Kalau tidak bikin PR, dahi murid pasti kena dicocok-dicocok kukunya. Kalau murid dipanggil ke depan untuk mereview pelajaran yang lalu tidak bisa, dahi akan dicocok-cocok kukunya. Kalau ditanya tidak bisa menjawab, dahi dicocok-cocok kukunya. Setiap kali guru ini mengajar, pasti ada murid yang jadi korban. Ini sekolah putri semuanya loh, jadi bukan murid yang nakal-nakal. Semua murid takut sama guru satu ini. Tapi selama 6 tahun aku jadi muridnya, aku tidak di bawah kuasa kuku-kukunya, mengapa? Karena aku pastikan khusus mata pelajaran guru ini aku kuasai benar, PR pasti kubuat, buku dan catatan dipastikan ada dalam tas, dan mata pelajarannya sampai hafal di luar kepala supaya kalau dipanggil ke depan untuk review, bisa lancar bicara. Sehingga walaupun guru ini terkenal “killer”, dia tidak punya kuasa atas aku, karena aku pastikan aku tidak memberinya kesempatan untuk menemukan kesalahan padaku. Jadi, walaupun guru ini tetap ada dan tetap menjadi “killer” setiap dia masuk ke kelas, kukunya tidak bisa menyentuh dahiku karena aku tidak memberinya alasan untuk berbuat itu.

Sama dengan Hukum Allah. Hukum itu selamanya tetap ada karena itu Hukum Allah, jadi sifatnya kekal, tapi Hukum itu tidak bisa menyentuh kita bila kita tidak melanggarnya.

 

 

Tapi belajar untuk tidak melanggar Hukum itu suatu proses.

Tidak begitu di bawah kasih karunia hari ini lalu langsung bebas tidak tersentuh Hukum lagi. Karena itu Paulus memakai kata “akan”. Itu proses. Dari hari ke hari, hari ini lebih baik daripada kemarin, besok lebih baik daripada hari ini, dan seterusnya. Orang yang di bawah kasih karunia harus bertumbuh kerohaniannya, semakin lama semakin menyerupai Kristus, semakin lama semakin sempurna, semakin lama semakin jauh meninggalkan dosa, semakin lama semakin asing dengan dosa, hingga suatu saat dosa sudah tidak punya kuasa lagi atas dirinya.

 

Yesus menegaskan di:

Yohanes 8:34

Jawab Yesus kepada mereka, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya siapa yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.’

 

Jelas, kan? Jadi selama kita masih dikuasai oleh dosa, kita adalah hamba dosa. Dosa itu majikan kita, kita tunduk pada perintah dosa.

 

Nah, kita semua sudah tahu apa definisi dosa menurut Alkitab.

1 Yohanes 3:4

Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.

 

Jadi, jika “dosa ialah pelanggaran Hukum Allah”, maka “tidak dikuasai lagi oleh dosa” berarti tidak lagi melanggar Hukum Allah, iya kan?

 

Maka, setelah kita tidak dikuasai lagi oleh dosa, Hukum Allah masih dipatuhi atau tidak?

Ya jelas harus dipatuhi, justru Hukum Allah sekarang semakin dipatuhi.

Kalau tadinya kita dikuasai oleh dosa, maka kita melanggar Hukum Allah, kita mengabaikan Hukum Allah. Tetapi sekarang karena tidak dikuasai lagi oleh dosa berarti kita tidak melanggar Hukum Allah lagi. Tidak melanggar Hukum Allah = menurut atau patuh kepada semua Hukum Allah.

 

Jadi jangan terbalik pemahamannya.

TIDAK DIKUASAI LAGI OLEH DOSA BUKAN BERARTI HUKUM ALLAH SUDAH DIHAPUS, TAPI KITA YANG TIDAK BERBUAT DOSA LAGI!

Tidak dikuasai lagi oleh dosa artinya tidak melanggar Hukum Allah.

Jadi, jelas orang yang TIDAK dikuasai oleh dosa, ialah orang yang sudah BERHENTI berbuat dosa. Dosa bukan majikannya lagi, bukan bosnya lagi. Karena sudah bukan bosnya, maka biar dosa menyuruh apa pun, orang itu sudah tidak usah menurut lagi pada perintahnya. Orang itu bebas, merdeka dari perhambaan dosa.

 

 

Ini kata rasul Paulus di kitab yang sama:

Roma 6:20, 22

20 Sebab waktu kamu masih hamba dosa, kamu lepas dari kebenaran.

22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah, kamu punya buah yang menuju kekudusan, dan akhirnya hidup yang kekal.

 

Coba dibaca lagi dengan teliti. Apa yang ditulis Paulus?

“…waktu kamu masih hamba dosa, kamu lepas dari kebenaran, jadi waktu dosa masih menjadi bos kita, kita terlepas dari kebenaran, kebenaran di luar jangkauan kita, kita tidak bisa meraih kebenaran, kita tidak merasa kita harus melakukan yang benar. Karena apa? Karena kita melakukan apa yang disuruh bos atau majikan kita yaitu dosa, sehingga yang kita lakukan itu dosa, kita tidak tertarik melakukan yang benar.

 

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa,”, jadi kita ini telah dimerdekakan ~ ingat ya, kita tidak bisa memerdekakan diri sendiri, tetapi kita dimerdekakan, oleh siapa? Jelas oleh Kristus ~ perhatikan lagi, kita dimerdekakan dari apa? Dari Hukum Tuhan? TIDAK! Tapi kita dimerdekakan dari DOSA, BUKAN dari HUKUM TUHAN.  Jadi jangan salah tangkap ya. KITA BUKAN DIMERDEKAKAN DARI HUKUM TUHAN, TAPI KITA DIMERDEKAKAN DARI DOSA. Sangat berbeda lho!

 

 

Bagaimana kita dimerdekakan dari dosa?

Dengan cara Tuhan Yesus Kristus menebus kita dari majikan kita yang lama! Tuhan Yesus Kristus membeli kita dengan darahNya sendiri dari majikan lama kita. Tadinya kita adalah hamba dosa, ingat? Dosa menguasai kita, dosa itu bos atau majikan kita. Tetapi lalu Tuhan Yesus menebus kita, membeli kita kembali dari majikan lama kita dengan harga yang mahal, yaitu dengan darahNya sendiri, maka kita dibebaskan dari perhambaan dosa. Tapi karena kita sudah dibeli oleh Tuhan Yesus Kristus, sekarang kita menjadi milik siapa? Kita menjadi milik Kristus! Paulus menulis  “…kamu menjadi hamba Allah…” (ayat 22),  jadi kita sekarang menjadi hamba siapa? Hamba Allah! Kita tidak merdeka 100% menjadi bos kita sendiri, kita tidak bebas menjadi majikan kita sendiri, tetapi KITA MENJADI HAMBA ALLAH! KITA GANTI MAJIKAN.

 


Pertanyaan: Apa artinya punya majikan?

Artinya kita harus patuh kepada majikan kita, bukan? Kita tidak bisa berbuat sesuka hati kita sendiri.

ü   Dulu kita patuh kepada dosa, karena majikan kita itu dosa.

Kita melakukan apa yang diperintahkan dosa kepada kita.

ü   Sekarang kita patuh kepada Allah, karena majikan kita Allah.

Maka sekarang kita melakukan apa yang diperintahkan Allah kepada kita.

Jadi, kita selalu punya majikan. Kalau bukan majikan Allah, ya majikan dosa. Tidak ada pilihan lain. Tidak bisa tidak punya majikan.

Orang-orang yang menganut faham postmodernisme, yang mengatakan bahwa mereka adalah majikan mereka sendiri, tuan mereka sendiri, mereka hanya bertanggung jawab kepada diri mereka sendiri, mereka tidak perlu patuh kepada siapa pun ~ itu sesungguhnya tertipu mentah-mentah. Mereka tidak pernah bisa menjadi majikan mereka sendiri. JIKA MEREKA MENOLAK TUHAN SEBAGAI MAJIKAN MEREKA, MAKA MEREKA SUDAH DENGAN SENDIRINYA MENJADI HAMBA DOSA ATAU MILIK SETAN. Karena sejak dosa masuk ke dalam dunia, dosa sudah mengklaim semua manusia menjadi hambanya. Kita semua lahir sebagai hamba dosa. Jika kita tidak dibebaskan oleh Tuhan, jika kita menolak penebusan Kristus, jika kita tidak mau ganti menjadi hamba Allah, maka kita tetap hamba dosa dan milik Setan. Manusia-manusia postmodernisme dibohongi Setan bahwa mereka 100% merdeka. Sebenarnya mereka tidak pernah merdeka. Mereka milik Setan dan secara tidak sadar mereka sudah menghamba pada dosa dan Setan.

 

 

Jadi kita TETAP HARUS PATUH, bedanya majikannya saja yang ganti. Kita mau patuh kepada majikan yang mana, pilih menjadi hamba Allah atau hamba dosa.

 

 

Jadi, dari mana ada konsep bahwa rasul Paulus mengatakan orang Kristen Perjanjian Baru tidak usah mematuhi Hukum Allah?  Paulus sama sekali tidak pernah mengajarkan demikian.

Rasul Paulus justru berkata bahwa:

 

orang yang sudah menjadi Kristen itu

sudah tidak berbuat dosa lagi,

alias sudah menurut atau patuh kepada Hukum Allah!

 


Jadi, jangan salah dengan Roma 6:14 ini, Paulus tidak berkata bahwa kita dibebaskan dari mematuhi Hukum TUHAN. Yang benar adalah:

ü   kita tidak dikuasai lagi oleh dosa.

ü   Dosa kita yang lama sudah diampuni oleh Tuhan

ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita,

ü   dan selanjutnya kita menjalani kehidupan baru bersama Roh Kudus,

sehingga kita tidak lagi dikuasai oleh dosa, kita meninggalkan semua perbuatan dosa dan keinginan untuk melawan kehendak Allah.

 

Supaya lebih mantap dipahami, Paulus menambahkan di ayat berikutnya:

 

Roma 6:15

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!

Jelas, kan? Setelah semua dosa kita yang lama diampuni oleh kasih karunia TUHAN, apakah kita lalu boleh bebas berbuat dosa lagi? Paulus memberikan jawaban yang sangat jelas yang tidak mungkin disalahmengerti:  “Sekali-kali tidak!”

 

Mengapa kita bisa tidak berbuat dosa lagi? Ini kata Paulus:

Ibrani 8:10

Karena inilah Perjanjian yang akan Kubuat dengan kaum Israel sesudah waktu itu,’ firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh Hukum-Ku dalam pikiran mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

 

Jadi, apakah dalam perjanjian yang baru Hukum Tuhan dihapus? Tidak. JUSTRU HUKUM TUHAN AKAN DITARUH DALAM PIKIRAN UMATNYA DAN AKAN DITULIS DALAM HATI UMATNYA.

Siapa yang menaruh Hukum Tuhan di pikiran manusia? TUHAN.

Siapa yang menulis Hukum itu dalam hati manusia? TUHAN.

 

Jadi apakah Hukum Tuhan tetap eksis? Iya, bahkan sekarang bukan hanya eksis di loh batu malah eksis di hati umatNya.

 

Nah, setelah kita memastikan bahwa Hukum TUHAN ini tidak pernah dihapus, tetapi justru mengikat umat Allah yang adalah hamba-hamba Allah  (istilah “hamba Allah” di sini bukan diaplikasikan kepada pendeta saja, melainkan kepada kita semua yang telah ditebus dan dibeli oleh darah Kristus).

Maka sekarang marilah kita melihat penjelasan Paulus mengenai peranan Hukum ini dalam keselamatan manusia.

 

Tadi kita sudah melihat bahwa Hukum Taurat itu tidak menyelamatkan, justru sebaliknya dia mendakwa atau menuduh kita bilamana kita melanggar batasannya.

Sekarang, BAGAIMANA DENGAN ORANG-ORANG YANG TIDAK PERNAH MENGENAL HUKUM ALLAH?

 

Roma 2:4-11

2:4           Apakah engkau menganggap sepele kekayaan kemurahan-Nya, toleransi dan panjang sabar-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa kemurahan Allah itu menuntun engkau kepada pertobatan?

2:5           Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat, engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.

2:6           Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,

2:7           yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun terus-menerus berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,

2:8           tetapi kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman; murka dan geram

2:9           kesengsaraan dan penderitaan, pada setiap orang yang berbuat jahat, pada orang Yahudi dulu dan juga pada orang Yunani,

2:10         tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera  kepada semua orang yang berbuat baik, pertama-tama  kepada orang Yahudi, dan juga kepada orang Yunani.

2:11         Sebab Allah tidak memandang bulu.

 

Sampai di sini dulu. Kesimpulan apa yang kita peroleh dari ayat-ayat di atas?

 

ü  Kapan Tuhan akan membalas setiap orang menurut perbuatannya?  

“…pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.” (Roma 2:5). Jadi, bila sekarang kita melihat orang-orang yang tidak baik masih hidup makmur dan tenteram, jangan kita beranggapan bahwa Tuhan tidak perduli atau Tuhan tidak tahu. Tetapi itu karena saat murka dan penghakiman Allah yang adil belum waktunya dinyatakan. Nanti bila saat untuk menyatakan murka dan penghakiman Allah itu tiba, percayalah, tidak ada satu manusia pun yang bisa lolos dari penghakimanNya.

 

ü  Ada dua jenis vonis yang diberikan kepada dua kelompok yang berbeda:

v    Kepada mereka yang dengan tekun terus-menerus berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan”,

diberikan  “hidup kekal”(ay. 7) plus “kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera” (ay. 10).

Perhatikan di sini ada kata “terus-menerus”, atau tanpa henti, non-stop, konsisten. Itu adalah persyaratan. Jika kita hanya berbuat baik kadang-kadang, mencari kemuliaan dan kehormatan sekali waktu, mencari ketidakbinasaan kalau tidak sibuk, maka kita tidak termasuk kelompok ini. Paulus di bawah bimbingan Roh Kudus berkata, hanya mereka yang TEKUN TERUS-MENERUS berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” yang masuk dalam kelompok ini. Di sini istilah “mencari kemuliaan dan kehormatan” tidak berarti orang yang gila hormat, melainkan mempunyai kerinduan untuk kelak bisa dibangkitkan atau diubahkan dengan dikaruniai tubuh yang mulia dan mendapat kehormatan menjadi tamu Surga selama 1000 tahun.

 

v    Kepada mereka yang  “mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran melainkan taat kepada kelaliman” (ay. 8),

diberikan “murka dan geram” (ay. 8) plus “penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat.” (ay. 9). Perhatikan di sini ada kata “tidak taat kepada kebenaran melainkan taat kepada kelaliman”. Jadi “ketaatan” itu sesuatu yang selalu ada, bedanya adalah ketaatan kepada apa? Jika taat kepada kelaliman maka hukuman Tuhan yang akan dituai mereka.

 

ü     Dan tidak ada manusia yang bisa lolos dari penghakiman Allah,

karena Allah itu adil, Allah itu tidak pilih kasih, Allah itu tidak pandang bulu.

 

 

Kita lanjutkan ayat-ayat berikutnya:

2:12         Sebab semua orang yang berdosa di luar Hukum akan binasa juga di luar Hukum; dan semua orang yang berdosa di bawah Hukum akan dihakimi oleh Hukum.

2:13         Karena bukanlah orang yang mendengar Hukum yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan Hukumlah yang akan dibenarkan.

2:14         Karena apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki Hukum, secara alami (oleh dorongan diri sendiri) melakukan apa yang dituntut Hukum, maka, walaupun mereka tidak memiliki Hukum, mereka menjadi Hukum bagi diri mereka sendiri.

2:15         yang menunjukkan, bahwa perbuatan Hukum ada tertulis di dalam hati mereka, dan suara hati mereka turut bersaksi dan di dalam diri mereka, pikiran mereka yang menuduh atau membenarkan mereka.

2:16         pada hari saat Allah, oleh Kristus Yesus, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, sesuai dengan Injil yang kuberitakan,

 

Apa kesimpulan kita membaca ayat-ayat ini?

ü   Bahwa semua orang yang berdosa akan binasa tanpa kecuali,

baik mereka yang mengenal Hukum Allah maupun mereka yang tidak mengenal Hukum Allah. Jadi tidak ada yang bisa beralasan mengatakan karena aku tidak kenal atau tidak mau mengenal Hukum Allah, maka aku lolos. O, tidak. Jelas sekali di sini Paulus berkata, semua orang yang berdosa akan binasa tanpa kecuali.

 

ü    Hanya orang yang melakukan Hukum Allah yang akan dibenarkan Tuhan.

Bahwa orang yang tahu tentang Hukum Allah saja tidak bermanfaat apa-apa.

 

ü     Bahwa mereka yang tidak kenal Hukum tetapi melakukan apa yang diminta oleh Hukum, membuktikan bahwa sebenarnya Hukum itu sudah tertulis di dalam hati mereka,

sehingga hati nurani mereka sendiri yang mengendalikan mereka, dan pikiran mereka itulah yang membenarkan mereka pada saat penghakiman. Apa artinya ini? Roh Kudus ada di hati mereka, dan mereka mengizinkan Roh Kudus yang membimbing hidup mereka.

 

Jadi apa kesimpulan kita tentang Hukum Allah ini?

Hukum itu tidak bisa menyelamatkan kita. Dengan melakukan Hukum kita tidak bisa selamat.

Kita hanya selamat karena TUHAN yang memberikan keselamatan itu kepada kita secara gratis, dan kita bisa memperoleh pemberian itu bila kita mengimaninya.

 

Lalu apa peranan Hukum sehubungan dengan keselamatan kita?

Hukum itu bisa mengagalkan keselamatan kita.

Lho kok bisa? Ini yang sering menjadi topik perdebatan orang-orang Kristen. Ada yang mengatakan karena kita tidak selamat dengan melakukan Hukum, maka kita tidak akan kehilangan keselamatan karena tidak melakukan Hukum. Hukum tidak ada kaitannya dengan keselamatan kita. Sekilas seakan masuk akal, ya?

TAPI ITU KELIRU.

Karena SETELAH DISELAMATKAN, KITA MASIH AKAN DIHAKIMI.

Dan Hukum ini berkaitan dengan penghakiman, karena jelas sekali Alkitab berkata bahwa TUHAN membalas setiap manusia menurut perbuatannya. (lihat Roma 2:6 di atas), yang dikuatkan juga oleh:

Wahyu 20:12

          …Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu.

 

Karena perbuatan kita yang akan dihakimi oleh TUHAN, maka adalah sangat penting semua perbuatan kita, termasuk semua niat yang ada dalam hati kita  (karena TUHAN juga menghakimi segala sesuatu yang masih tersembunyi di hati kita yang belum kita wujudkan sebagai perbuatan),  itu sesuai, atau tidak melanggar Hukum TUHAN.

Hukum TUHAN itu berfungsi sebagai pagar pembatas bagi kita. Selama kita berjalan di dalam batas rambu-rambu pagar itu, kita aman, kita tidak melanggar Hukum TUHAN maka Hukum TUHAN tidak bisa mendakwa atau menuduh kita. Tetapi jika kita melanggar Hukum TUHAN, kita menempatkan diri kita dalam bahaya, perbuatan atau pikiran kita itu akan dihakimi TUHAN.

 

 

Pertanyaan: Bila kita sudah berjalan di dalam pagar Hukum TUHAN, tetapi sekali waktu karena kelemahan daging kita, kita melanggar batasannya, dan berbuat dosa, bukan karena sengaja mau melawan Tuhan, tapi karena kekhilafan dan kelemahan sesaat, apakah kita kehilangan keselamatan kita?

Iya, jika kita keburu mati sebelum kita sempat menyesali dosa kita dan bertobat serta memohon ampun kepada TUHAN. Karena kondisi pada waktu kita mati itu menentukan. Jika masih ada dosa yang belum diampuni saat kita mati, dosa tersebut harus kita tanggung sendiri dan itu yang membuat kita binasa, karena “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Tetapi jika kita anak-anak Tuhan, pasti Tuhan akan mengupayakan apa saja untuk menyadarkan kita sehingga kita masih keburu bertobat.

Karena itu bila kita tahu kita telah berbuat dosa, kita telah melanggar Hukum TUHAN, segeralah sesali dosa itu, dan segeralah bertobat dari dosa itu dan memohon ampun kepada TUHAN, karena bisa saja kita mati mendadak.

Mereka yang memang dengan sengaja terus-menerus melawan kehendak Tuhan, mengabaikan suara Roh Kudus untuk bertobat, menolak uluran tangan Tuhan untuk berhenti berbuat dosa, maka semakin lama suara Roh Kudus akan semakin senyap, hingga akhirnya mereka akan hilang. Beda dengan anak-anak Tuhan yang dengan tulus berjalan bersama Tuhan, yang menurut bimbingan Roh Kudus tapi sekali waktu mereka berbuat dosa, Roh Kudus pasti akan mengusik hati mereka dan akan meyakinkan mereka bahwa mereka telah berbuat dosa, supaya mereka segera bertobat.

Jika kita mohon pengampunan Allah, Alkitab berkata:

1 Yohanes 1:9

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Perhatikan ayat ini, bukan saja TUHAN akan mengampuni segala dosa kita, tetapi DIA akan  “menyucikan kita dari segala kejahatan.” Apa artinya? Artinya TUHAN tidak mau kita tidak suci. TUHAN akan menyucikan kita dari segala dosa, dari segala kejahatan. Mengapa?

 

Karena syarat untuk bisa menginjakkan kaki di Surga itu HARUS SUCI. Kalau tidak suci, kita tidak bisa melihat Allah,

Ibrani 12:14

…kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.

 

Mengapa?

Ibrani 12:29

Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.

Segala dosa akan terbakar oleh kemuliaan Allah.

 

Jadi, berjalanlah setiap hari di dalam batasan pagar Hukum yang sudah diberikan TUHAN. Dengan berserah kepada Roh Kudus, kita bisa diubahkan, segala sifat kita yang buruk bisa dikikis habis oleh Roh Kudus asalkan kita menyerahkan hidup kita seluruhnya kepada TUHAN. Ingat ini proses, jadi ada jatuh-bangunnya. Jangan putus asa bila jatuh, ini proses. Tapi kita juga harus sepenuh hati meninggalkan dosa, jangan semakin lama semakin sering jatuh dalam dosa, itu namanya tidak menghargai pengorbanan Kristus bagi kita. Kita harus bertumbuh ke atas, bukan merosot ke bawah.

Jangan ada dosa yang kita pertahankan. Jangan mempertahankan kesenangan kita yang bertentangan dengan Hukum TUHAN. Jangan berkata kepada TUHAN, “Kesenanganku  yang ini-ini-ini masih mau aku pertahankan walaupun aku tahu itu bertentangan dengan kehendakMu.” Itu berarti kita sengaja memberontak terhadap TUHAN. Memelihara sifat memberontak terhadap TUHAN itu berbahaya, karena itu akan berkembang terus menjadi semakin banyak, semakin sering, dan kita menjadi semakin tidak gentar melanggar Hukum TUHAN. Dengan sengaja melanggar Hukum TUHAN kita membuka celah mengundang Setan masuk, dan sekali Setan masuk, sangat sulit mengusirnya pergi lagi.

Begitu majikan lama kita, Setan masuk pikiran kita, hati kita, dia akan membuat kita tidak suka lagi pada Roh Kudus. Dia akan membujuk kita untuk tidak mendengarkan bimbingan Roh Kudus. Dan semakin lama kita memelihara Setan dalam diri kita, semakin tuli telinga kita terhadap suara Roh Kudus, semakin sulit kita bertahan terhadap bujuk rayu dan tipu muslihat Setan.

 

Hukum TUHAN adalah benteng kita, pagar kita. Jika kita berlindung di dalam pagar itu, Setan tidak bisa menjangkau kita. Tetapi jika kita nongol sedikit saja dari pagar itu, Setan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk segera menarik kita keluar. Dan jika kita tidak segera bertobat dan kembali berlindung di dalam pagar Hukum TUHAN,   maka kita yang sudah ditebus Kristus dengan darahNya, kita yang sudah dijadikan hamba-hamba Allah, bisa direbut kembali oleh Setan dan dijadikannya hamba dosanya lagi.

Jangan memberi kesempatan sekecil apa pun kepada Setan untuk menghancurkan masa depan kita, hak waris kita atas hidup kekal dan dunia baru.

 

Hendaknya kita semua selalu ingat untuk memilih yang aman, untuk selalu tinggal di dalam batasan pagar Hukum TUHAN.

Roh Kudus yang menyanggupkan kita.

 

 

 

 

06 04 16

 

 

 

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar