242.
BAPA LEBIH BESAR?
_______________________________
Ada beberapa ayat yang karena kurang
dipahami, bisa menimbulkan kesan konsep bahwa Kristus, atau Allah Anak itu
tidak setara dengan Allah Bapa, dalam arti Kristus itu dari DiriNya Sendiri
bukan Allah, melainkan makhluk ciptaan Allah Bapa, sama dengan kita. Tapi ini
adalah kesan yang salah, yang muncul dari mencampuradukkan dua unsur yang
berbeda. Sebetulnya saya sudah pernah membahas Yohanes 14:28 di pembahasan #
79, tetapi marilah kita ulangi.
Yohanes
14:28
Kamu telah mendengar Aku berkata kepadamu,
‘Aku akan pergi, dan akan datang kembali kepadamu.’
Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita
karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada
Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar
daripada Aku.
Ini bukan bicara
ukuran ya. Ini bicara autoritas. Kristus mengatakan autoritas BapaNya lebih
besar dari Dia. Kalau begitu memangnya autoritas Mereka beda? Bapa lebih besar,
berarti Kristus lebih kecil autoritasnya dibanding Bapa? Betul! Karena Kristus telah meletakkan
DiriNya secara sukarela di bawah autoritas BapaNya.
Sejak kapan Bapa
lebih besar dari Kristus? Sejak kekekalan lampau. Kita jangan mengatakan “sejak
awal mula” karena Allah tidak punya “awal mula”. Ini konsep yang sukar
dimengerti banyak orang. Kita bisa mengerti “tidak punya akhir” (berarti
selama-lamanya) tapi kita sulit mengerti konsep “tidak punya awal”. Sebisa-bisanya
yang sanggup kita pahami ialah tidak ada masa di mana tidak ada Allah. Allah selalu ada.
Sebelum ada apa pun, Allah sudah ada. Jadi, sebelum ada apa pun, Kristus telah
meletakkan DiriNya di bawah autoritas Bapa.
Apakah itu
membuat Kristus bukan 100% Ilahi? Kristus tetap 100% Ilahi. Nanti kita akan
melihat ayat yang mengatakan substansi Kristus itu sama dengan substansi
BapaNya.
Yesaya 42:1
Lihat,
Hamba-Ku, yang Aku
dukung, Pilihan-Ku, kepadaNya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku
padaNya, Ia akan mengenalkan penghakiman
kepada bangsa-bangsa.
Kisah 3:26
Pertama-tama
bagi kamu, Allah telah membangkitkan Hamba-Nya,
Yesus,
mengutus-Nya untuk memberkati kamu,
dengan membalikkan setiap kamu dari segala
kejahatanmu.
Di
dua ayat ini baik Perjanjian Lama (melalui nabi Yesaya) maupun Perjanjian Baru
(melalui rasul Petrus), Bapa malah menyebut Yesus itu “Hamba”. Mana ada “hamba” yang sederajat
dengan majikannya? Berarti, tidak salah Bapa memang lebih besar daripada Yesus.
Nah,
selain disebut “Hamba”, Allah Anak juga disebut “Malaikat Allah”
yang berbicara kepada Hagar (Kejadian 16:7), kepada Yakub (Kejadian 31:11-13),
kepada Musa (Keluaran 3:2), kepada Gideon (Hakim-hakim 6:21-24). “Malaikat”
berarti “utusan”,
jadi kalau Allah Anak itu utusan, berarti ada Yang lebih besar yang
mengutusNya, bukan?
Allah
Anak juga disebut “Panglima balatentara Tuhan” (Yosua 5:13-15)
Dia
juga disebut “Penghulu malaikat” (1 Tesalonika
4:16).
Semua
jabatan itu menunjukkan bahwa ada Sosok yang lebih tinggi di atasNya.
Apalagi
sebutan sebagai “Anak”, sudah pasti
“Anak” itu lebih kecil daripada BapaNya.
Yohanes
5:30
Aku
tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri;
Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku
tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak
Bapa yang mengutus Aku.
Di sini Yesus berkata segala yang diperbuatNya itu Dia
melakukan kehendak BapaNya. Jadi kalau begitu Yesus cuma robot hanya melakukan kehendak BapaNya? Tidak! Karena Bapa dan
Anak ternyata punya kehendak yang sama, punya visi yang sama dan punya misi
yang sama. Sedemikian dekatnya hubungan Mereka, walaupun Bapa dan Anak itu dua Pribadi
yang terpisah, namun Mereka
adalah Satu (Yohanes 30:10). “Satu” bukan bicara jumlah, tetapi
bicara pandangan, kehendak, tujuan. Dua Pribadi, tapi sehati sepikir.
1
Korintus 11:3
Tetapi
aku mau kamu tahu bahwa Kepala dari setiap
laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala
dari Kristus ialah Allah.
Nah, di sini tidak bisa disalahpahami lagi. Jelas disebutkan Paulus bahwa
“Kepala Kristus itu BapaNya”, jadi Paulus paham bahwa Kristus itu punya Atasan,
punya Kepala. Kalau Paulus bisa paham, maka kita pun seharusnya
bisa paham.
Matius
28:18
Dan Yesus datang dan bicara kepada mereka, mengatakan, ‘Segala kuasa telah diberikan
kepada-Ku di surga dan di bumi.’
Ayat ini mengatakan bahwa kekuasaan Kristus di surga dan
di bumi, itu telah diberikan kepadaNya. Berarti ada Sosok lain yang lebih tinggi autoritasnya yang
memberiNya kekuasaan itu. Tidak mungkin yang autoritasnya lebih
rendah bisa memberi kekuasaan kepada yang autoritasnya lebih tinggi, bukan?
Pertanyaan: Jika segala kuasa di surga dan di bumi sudah
diberikan kepada Kristus, berarti siapa yang sekarang memegang kekuasaan? Jelas
Kristus! Lalu bagaimana dengan Bapa? Bapa sudah memberikan “segala
kuasa” kepada Kristus, berarti segala kuasa sudah
di tangan Kristus, Bapa
tidak punya kuasa lagi? Kalau
begini, siapa yang sekarang lebih besar? Bapa atau Anak? Jawabannya ada di ayat
berikutnya.
1 Korintus 15:28
28 Nah, ketika
segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia,
maka Anak itu sendiri
juga akan takluk kepada Dia yang telah meletakkan segala
sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi segalanya
di dalam semua.”
Nah,
jadi pertama Bapa yang meletakkan segala sesuatu di bawah Anak. Ini sama dengan
Bapa memberi Anak segala kuasa di surga dan di bumi. Tapi setelah Anak
menerima segala kuasa itu, Dia tidak bertindak sesuka
hatiNya, Dia tidak menjadi semena-mena. Apa yang dilakukanNya? Dia justru
menaklukkan DiriNya kepada Bapa. Dia tidak akan
berbuat yang bertentangan dengan kehendak Bapa, walaupun Dia punya kuasa untuk
berbuat apa saja.
Bisa ditangkap ya? Inilah sebuah
hubungan kasih dalam arti yang sesungguhnya. Rumusnya ialah:
Dia yang mengasihi,
dengan senang hati pasti
akan
meletakkan dirinya di
bawah dia yang dikasihi.
Karena Anak mengasihi Bapa, Dia
meletakkan DiriNya di bawah Bapa, melakukan segala kehendak Bapa. Anak yakin
bahwa kehendak Bapa selalu yang terbaik.
Sebaliknya karena Bapa mengasihi Anak,
Dia memberikan segala kuasa kepada Anak, tidak menahan apa pun bagi DiriNya Sendiri.
Bapa yakin Anak akan selalu melakukan yang terbaik.
Semua
ayat ini bicara tentang autoritas, tentang fungsi, tentang peran. BUKAN
TENTANG KODRAT. Sekarang
kita bicara tentang kodrat.
Kodrat itu apa? Dalam bahasa Inggrisnya
“Nature”, esensi, hakikat.
Kalau kita kodrat kemanusiaan.
Kalau Tuhan itu kodrat Ilahi.
Nah, dalam hal kodrat,
Keilahian Yesus itu sama
dengan Keilahian Allah Bapa.
Sama-sama 100% Allah. Tidak ada yang lebih kecil
atau lebih besar Keilahiannya. Keilahian Mereka sama, tidak ada yang kurang,
tidak ada yang lebih.
Mari kita lihat beberapa ayat tentang
ini.
Yohanes
1:1-3
1 Pada mulanya adalah
Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah.
2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
3 Segala sesuatu dijadikan melalui
Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan.
“Firman” itu nama lain Allah Anak. Di sini dikatakn
“pada mulanya”, tetapi sebenarnya Allah itu tidak punya permulaan karena
sebelum ada permulaan sudah ada Allah. Hanya saja sangat sulit mencari kata
yang tepat yang menggambarkan masa kekekalan lampau. Asal kita pahami saja
bahwa Allah itu selalu ada, sebelum ada permulaan, sebelum ada waktu, sebelum
ada apa-apa. Nah, di masa “sebelum ada apa-apa” itulah Firman atau Allah
Anak, sudah ada. Dan Dia tidak ada sendirian. Allah Bapa
juga sudah ada. Dan Roh Kudus juga sudah ada.
Ayat 3 memberikan keterangan bahwa Firman itu Allah,
karena apa? Karena segala sesuatu dijadikan melalui Dia. Artinya Dia yang
mengeksekusi atau mengerjakan Penciptaan. Dia mencipta dari kenihilan. Itu yang
membuktikan Dia Allah. Hanya Allah yang bisa mencipta dari kenihilan.
Allah tidak butuh bahan. Allah bersabda, maka yang diciptakan jadi.
Jadi siapa yang mencipta dengan sabdaNya, dengan
tanganNya? Firman, atau Allah Anak. Berarti Dia 100% Allah, kodrat IlahiNya tidak
lebih inferior dari Allah Bapa.
Yohanes
10:30
30 ‘Aku dan Bapa-Ku
adalah satu.’
Nah, jelas Allah Anak dan Allah
Bapa itu dua Pribadi yang terpisah, tapi Yesus mengatakan bahwa Dia dan BapaNya
itu satu. Berarti “satu” di sini tidak
bicara tentang jumah. Bicara
tentang apa? Bicara tentang hati,
tentang pikiran, tentang misi-visi, tentang tujuan, tentang pandangan. Seperti suami dan istri.
Di Matius 19:6 Yesus berkata,
“Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu
daging. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Manusianya tetap dua, satu
laki-laki, satu perempuan, tetapi Yesus berkata mereka bukan lagi dua, tapi
satu daging. Artinya mereka harus sehati sepikir, punya tujuan yang sama, punya
misi yang sama, punya visi yang sama, punya harapan yang sama. Jika suami-istri
sehati sepikir, perkawinannya langgeng. Tapi jika masing-masing mengikuti
keinginannya sendiri, ya perkawinannya seperti neraka.
Yohanes 14:9
9 …‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat
Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa
itu kepada kami?’
Apakah Yesus di sini bicara
tentang penampilan? Dia mirip rupa BapaNya? Tidak! Yesus datang ke dunia
dilahirkan dalam rupa seorang manusia Israel, berwajah Israel, berwarna kulit
Israel, berambut Israel. Sedangkan Allah Bapa itu Allah, bukan manusia, tidak
punya atribut manusia, pasti tidak punya penampilan manusia dari tanah Israel.
Lalu mengapa Yesus berkata “Barangsiapa telah melihat
Aku, ia telah melihat Bapa”? Yesus bicara tentang apa di sini? Apanya yang sama dengan BapaNya? KarakterNya,
cara berpikirNya, kasihNya, kelemahlembutanNya, belas kasihanNya, dan tujuan untuk menyelamatkan manusia dari
hukuman dosa. Semua ini adalah bagian dari kodrat IlahiNya.
Filipi 2:5-8,
“5
Hendaklah pikiran ini ada di dalam
dirimu, yang terdapat juga di dalam Kristus
Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah
tidak menganggapnya perlu merebut
kesetaraanNya dengan Allah, 7 melainkan telah menjadikan
Diri-Nya Sendiri bukan apa-apa, mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia. 8 Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan kematian di kayu salib.
“…dalam
rupa Allah…” kata “rupa” dalam bahasa Greeka itu μορφή [morphē] berarti
substansi Allah, bahan dari apa Allah terbentuk. Yesus terbentuk juga dari itu.
Di sini Paulus bicara tentang kodrat Allah Anak, sebelum Dia datang ke dunia. Jadi Allah
Anak punya substansi yang sama dengan Allah Bapa, 100% samanya.
Lalu ditambahkan bahwa walaupun
Allah Anak ini kodratNya sama dengan Allah Bapa, tetapi Dia “tidak menganggapnya
perlu merebut kesetaraanNya dengan Allah” artinya
apa? Dia menempatkan DiriNya di bawah Allah Bapa. Atas kemauanNya sendiri,
karena Dia “tidak
menganggapnya perlu merebut kesetaraanNya
dengan Allah”. Bukan hanya itu, apa lagi yang dilakukan Allah Anak?
Dia “mengambil bentuk
seorang hamba” ~~ kapan? Setelah Dia menjadi manusia? Tidak!
Sebelum Dia datang ke dunia menjadi manusia. Lihat urutannya, Dia “mengambil
bentuk seorang hamba…” dulu,
“…dan…” baru “…datang dalam
keserupaan manusia”.
Jadi, ayat ini memberikan keterangan
yang sangat jelas:
·
Allah Anak
punya kodrat keilahian yang sama dengan Allah Bapa, substansinya sama dengan
Allah Bapa, 100% Allah,
·
tapi Dia
tidak merasa perlu mempertahankan kesetaraannya dengan Bapa,
·
Dia
merendahkan DiriNya dan menghambakan DiriNya kepada BapaNya, artinya Dia takluk
kepada autoritas BapaNya,
·
lalu datang
ke dunia dalam keserupaan daging manusia untuk menyelamatkan manusia
·
untuk itu Dia
harus taat sampai mati disalibkan.
Jadi Alkitab telah menjelaskan
bahwa Allah Anak itu sama Allahnya dengan Allah Bapa. Dia bukan ciptaan seperti
kita. Justru tangan Dialah yang telah menciptakan kita. Dalam kodrat Allah Anak dan Allah Bapa tidak ada
bedanya. Tapi dalam peran, dalam fungsi, dalam autoritas, Allah Anak meletakkan
DiriNya di bawah Allah Bapa karena Dia mengasihi BapaNya. Dan Bapa menyerahkan segala kuasa di surga
dan di bumi kepada AnakNya, karena BapaNya mengasihi AnakNya. Bukankah ini
konsep kasih yang paling indah?
07 12 25