Minggu, 07 Desember 2025

 

242. BAPA LEBIH BESAR?

_______________________________

 

 

Ada beberapa ayat yang karena kurang dipahami, bisa menimbulkan kesan konsep bahwa Kristus, atau Allah Anak itu tidak setara dengan Allah Bapa, dalam arti Kristus itu dari DiriNya Sendiri bukan Allah, melainkan makhluk ciptaan Allah Bapa, sama dengan kita. Tapi ini adalah kesan yang salah, yang muncul dari mencampuradukkan dua unsur yang berbeda. Sebetulnya saya sudah pernah membahas Yohanes 14:28 di pembahasan # 79, tetapi marilah kita ulangi.

 

Yohanes 14:28

Kamu telah mendengar Aku berkata kepadamu, ‘Aku akan pergi, dan akan datang kembali kepadamu.’ Jika  kamu mengasihi Aku, kamu akan bersukacita karena Aku katakan, ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku’, sebab BapaKu lebih besar daripada Aku.

 

Ini bukan bicara ukuran ya. Ini bicara autoritas. Kristus mengatakan autoritas BapaNya lebih besar dari Dia. Kalau begitu memangnya autoritas Mereka beda? Bapa lebih besar, berarti Kristus lebih kecil autoritasnya dibanding Bapa? Betul! Karena Kristus telah meletakkan DiriNya secara sukarela di bawah autoritas BapaNya.

Sejak kapan Bapa lebih besar dari Kristus? Sejak kekekalan lampau. Kita jangan mengatakan “sejak awal mula” karena Allah tidak punya “awal mula”. Ini konsep yang sukar dimengerti banyak orang. Kita bisa mengerti “tidak punya akhir” (berarti selama-lamanya) tapi kita sulit mengerti konsep “tidak punya awal”. Sebisa-bisanya yang sanggup kita pahami ialah tidak ada masa di mana tidak ada Allah. Allah selalu ada. Sebelum ada apa pun, Allah sudah ada. Jadi, sebelum ada apa pun, Kristus telah meletakkan DiriNya di bawah autoritas Bapa.

Apakah itu membuat Kristus bukan 100% Ilahi? Kristus tetap 100% Ilahi. Nanti kita akan melihat ayat yang mengatakan substansi Kristus itu sama dengan substansi BapaNya.

 

 

Yesaya 42:1

Lihat, Hamba-Ku, yang Aku dukung, Pilihan-Ku, kepadaNya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku padaNya, Ia akan mengenalkan penghakiman kepada bangsa-bangsa.

 

Kisah 3:26

Pertama-tama bagi kamu, Allah telah membangkitkan Hamba-Nya, Yesus,  mengutus-Nya untuk memberkati kamu, dengan membalikkan setiap kamu dari segala kejahatanmu.

 

Di dua ayat ini baik Perjanjian Lama (melalui nabi Yesaya) maupun Perjanjian Baru (melalui rasul Petrus), Bapa malah menyebut Yesus itu “Hamba”. Mana ada “hamba” yang sederajat dengan majikannya? Berarti, tidak salah Bapa memang lebih besar daripada Yesus.

Nah, selain disebut “Hamba”, Allah Anak juga disebut “Malaikat Allah” yang berbicara kepada Hagar (Kejadian 16:7), kepada Yakub (Kejadian 31:11-13), kepada Musa (Keluaran 3:2), kepada Gideon (Hakim-hakim 6:21-24). “Malaikat” berarti “utusan”, jadi kalau Allah Anak itu utusan, berarti ada Yang lebih besar yang mengutusNya, bukan?

Allah Anak juga disebut “Panglima balatentara Tuhan” (Yosua 5:13-15)

Dia juga disebut “Penghulu malaikat” (1 Tesalonika 4:16).

Semua jabatan itu menunjukkan bahwa ada Sosok yang lebih tinggi di atasNya.

Apalagi sebutan sebagai “Anak”, sudah pasti “Anak” itu lebih kecil daripada BapaNya.

 

 

Yohanes 5:30

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.

 

Di sini Yesus berkata segala yang diperbuatNya itu Dia melakukan kehendak BapaNya. Jadi kalau begitu Yesus cuma robot  hanya melakukan kehendak BapaNya? Tidak! Karena Bapa dan Anak ternyata punya kehendak yang sama, punya visi yang sama dan punya misi yang sama. Sedemikian dekatnya hubungan Mereka, walaupun Bapa dan Anak itu dua Pribadi yang terpisah, namun Mereka adalah Satu (Yohanes 30:10). “Satu” bukan bicara jumlah, tetapi bicara pandangan, kehendak, tujuan. Dua Pribadi, tapi sehati sepikir.

 

 

1 Korintus 11:3

Tetapi aku mau kamu tahu bahwa  Kepala dari setiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

 

Nah, di sini tidak bisa disalahpahami lagi. Jelas disebutkan Paulus bahwa “Kepala Kristus itu BapaNya”, jadi Paulus paham bahwa Kristus itu punya Atasan, punya Kepala. Kalau Paulus bisa paham, maka kita pun seharusnya bisa paham.

 

 

Matius 28:18

Dan Yesus datang  dan bicara kepada mereka, mengatakan, ‘Segala kuasa telah diberikan kepada-Ku di surga dan di bumi.’

 

Ayat ini mengatakan bahwa kekuasaan Kristus di surga dan di bumi, itu telah diberikan kepadaNya. Berarti ada Sosok lain yang lebih tinggi autoritasnya yang memberiNya kekuasaan itu. Tidak mungkin yang autoritasnya lebih rendah bisa memberi kekuasaan kepada yang autoritasnya lebih tinggi, bukan?

Pertanyaan: Jika segala kuasa di surga dan di bumi sudah diberikan kepada Kristus, berarti siapa yang sekarang memegang kekuasaan? Jelas Kristus! Lalu bagaimana dengan Bapa? Bapa sudah memberikan “segala kuasa” kepada Kristus, berarti segala kuasa sudah di tangan Kristus, Bapa tidak punya kuasa lagi?  Kalau begini, siapa yang sekarang lebih besar? Bapa atau Anak? Jawabannya ada di ayat berikutnya.

 

 

1 Korintus 15:28

28 Nah, ketika segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Dia, maka Anak itu sendiri juga akan takluk kepada Dia yang telah meletakkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi segalanya di dalam semua.”

 

Nah, jadi pertama Bapa yang meletakkan segala sesuatu di bawah Anak. Ini sama dengan Bapa memberi Anak segala kuasa di surga dan di bumi. Tapi setelah Anak menerima segala kuasa itu, Dia tidak bertindak sesuka hatiNya, Dia tidak menjadi semena-mena. Apa yang dilakukanNya? Dia justru menaklukkan DiriNya kepada Bapa. Dia tidak akan berbuat yang bertentangan dengan kehendak Bapa, walaupun Dia punya kuasa untuk berbuat apa saja.

 

Bisa ditangkap ya? Inilah sebuah hubungan kasih dalam arti yang sesungguhnya. Rumusnya ialah:

Dia yang mengasihi,

dengan senang hati pasti akan

meletakkan dirinya di bawah dia yang dikasihi.

 

Karena Anak mengasihi Bapa, Dia meletakkan DiriNya di bawah Bapa, melakukan segala kehendak Bapa. Anak yakin bahwa kehendak Bapa selalu yang terbaik.

Sebaliknya karena Bapa mengasihi Anak, Dia memberikan segala kuasa kepada Anak, tidak menahan apa pun bagi DiriNya Sendiri. Bapa yakin Anak akan selalu melakukan yang terbaik.

 

 

Semua ayat ini bicara tentang autoritas, tentang fungsi, tentang peran. BUKAN TENTANG KODRAT. Sekarang kita bicara tentang kodrat.

 

Kodrat itu apa? Dalam bahasa Inggrisnya “Nature”, esensi, hakikat.

Kalau kita kodrat kemanusiaan.

Kalau Tuhan itu kodrat Ilahi.

 

Nah, dalam hal kodrat,

Keilahian Yesus itu sama dengan Keilahian Allah Bapa.

 

Sama-sama 100% Allah. Tidak ada yang lebih kecil atau lebih besar Keilahiannya. Keilahian Mereka sama, tidak ada yang kurang, tidak ada yang lebih.

Mari kita lihat beberapa ayat tentang ini.

 

Yohanes 1:1-3

1 Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan melalui Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi, dijadikan.

 

“Firman” itu nama lain Allah Anak. Di sini dikatakn “pada mulanya”, tetapi sebenarnya Allah itu tidak punya permulaan karena sebelum ada permulaan sudah ada Allah. Hanya saja sangat sulit mencari kata yang tepat yang menggambarkan masa kekekalan lampau. Asal kita pahami saja bahwa Allah itu selalu ada, sebelum ada permulaan, sebelum ada waktu, sebelum ada apa-apa. Nah, di masa “sebelum ada apa-apa” itulah Firman atau Allah Anak, sudah ada. Dan Dia tidak ada sendirian. Allah Bapa juga sudah ada. Dan Roh Kudus juga sudah ada.

Ayat 3 memberikan keterangan bahwa Firman itu Allah, karena apa? Karena segala sesuatu dijadikan melalui Dia. Artinya Dia yang mengeksekusi atau mengerjakan Penciptaan. Dia mencipta dari kenihilan. Itu yang membuktikan Dia Allah. Hanya Allah yang bisa mencipta dari kenihilan. Allah tidak butuh bahan. Allah bersabda, maka yang diciptakan jadi.

Jadi siapa yang mencipta dengan sabdaNya, dengan tanganNya? Firman, atau Allah Anak. Berarti Dia 100% Allah, kodrat IlahiNya tidak lebih inferior dari Allah Bapa.

 

 

Yohanes 10:30

30 ‘Aku dan Bapa-Ku adalah satu.

 

Nah, jelas Allah Anak dan Allah Bapa itu dua Pribadi yang terpisah, tapi Yesus mengatakan bahwa Dia dan BapaNya itu satu. Berarti “satu” di sini tidak bicara tentang jumah. Bicara tentang apa? Bicara tentang hati, tentang pikiran, tentang misi-visi, tentang tujuan, tentang pandangan. Seperti suami dan istri.

Di Matius 19:6 Yesus berkata,

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu daging. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Manusianya tetap dua, satu laki-laki, satu perempuan, tetapi Yesus berkata mereka bukan lagi dua, tapi satu daging. Artinya mereka harus sehati sepikir, punya tujuan yang sama, punya misi yang sama, punya visi yang sama, punya harapan yang sama. Jika suami-istri sehati sepikir, perkawinannya langgeng. Tapi jika masing-masing mengikuti keinginannya sendiri, ya perkawinannya seperti neraka.

 

 

Yohanes 14:9

9 …‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami?’

 

Apakah Yesus di sini bicara tentang penampilan? Dia mirip rupa BapaNya? Tidak! Yesus datang ke dunia dilahirkan dalam rupa seorang manusia Israel, berwajah Israel, berwarna kulit Israel, berambut Israel. Sedangkan Allah Bapa itu Allah, bukan manusia, tidak punya atribut manusia, pasti tidak punya penampilan manusia dari tanah Israel. Lalu mengapa Yesus berkata “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”? Yesus bicara tentang apa di sini? Apanya yang sama dengan BapaNya? KarakterNya, cara berpikirNya, kasihNya, kelemahlembutanNya, belas kasihanNya, dan tujuan untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Semua ini adalah bagian dari kodrat IlahiNya.

 

 

Filipi 2:5-8,

5 Hendaklah pikiran ini ada di dalam dirimu, yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggapnya perlu merebut kesetaraanNya dengan Allah, 7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya Sendiri bukan apa-apa, mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib. 

 

“…dalam rupa Allah…” kata “rupa” dalam bahasa Greeka itu μορφή [morphē]  berarti substansi Allah, bahan dari apa Allah terbentuk. Yesus terbentuk juga dari itu. Di sini Paulus bicara tentang kodrat Allah Anak, sebelum Dia datang ke dunia. Jadi Allah Anak punya substansi yang sama dengan Allah Bapa, 100% samanya.

Lalu ditambahkan bahwa walaupun Allah Anak ini kodratNya sama dengan Allah Bapa, tetapi Dia tidak menganggapnya perlu merebut kesetaraanNya dengan Allah” artinya apa? Dia menempatkan DiriNya di bawah Allah Bapa. Atas kemauanNya sendiri, karena Dia tidak menganggapnya perlu merebut kesetaraanNya dengan Allah”. Bukan hanya itu, apa lagi yang dilakukan Allah Anak? Dia “mengambil bentuk seorang hamba” ~~ kapan? Setelah Dia menjadi manusia? Tidak! Sebelum Dia datang ke dunia menjadi manusia. Lihat urutannya, Dia “mengambil bentuk seorang hamba…” dulu, “…dan…” baru “…datang dalam keserupaan manusia”.

Jadi, ayat ini memberikan keterangan yang sangat jelas:

·       Allah Anak punya kodrat keilahian yang sama dengan Allah Bapa, substansinya sama dengan Allah Bapa, 100% Allah,

·       tapi Dia tidak merasa perlu mempertahankan kesetaraannya dengan Bapa,

·       Dia merendahkan DiriNya dan menghambakan DiriNya kepada BapaNya, artinya Dia takluk kepada autoritas BapaNya,

·       lalu datang ke dunia dalam keserupaan daging manusia untuk menyelamatkan manusia

·       untuk itu Dia harus taat sampai mati disalibkan.

 

 

Jadi Alkitab telah menjelaskan bahwa Allah Anak itu sama Allahnya dengan Allah Bapa. Dia bukan ciptaan seperti kita. Justru tangan Dialah yang telah menciptakan kita. Dalam kodrat Allah Anak dan Allah Bapa tidak ada bedanya. Tapi dalam peran, dalam fungsi, dalam autoritas, Allah Anak meletakkan DiriNya di bawah Allah Bapa karena Dia mengasihi BapaNya. Dan Bapa menyerahkan segala kuasa di surga dan di bumi kepada AnakNya, karena BapaNya mengasihi AnakNya. Bukankah ini konsep kasih yang paling indah?

 

 

 

07 12 25

 

 

 

 

Rabu, 15 Oktober 2025

241. SALIB ITU RENCANA SIAPA?

 

241. SALIB ITU RENCANA SIAPA?

_______________________________

 

 

Aku mendengar dalam sebuah acara tanya-jawab seorang yang memberi pelajaran tentang agama Kristen di Youtube, ada yang bertanya, penyaliban Kristus itu rencana siapa? Rencana Allah atau rencana Setan? Dan dijawab, itu rencana Setan. Nah, jawaban itu tidak alkitabiah. Jadi hati-hati bila mendengarkan pelajaran Alkitab di Youtube. Periksa sendiri apa kata Alkitab.

 

Ini kata Alkitab:

Kristus itu sudah ditentukan sebagai Domba yang akan disembelih (kurban untuk dosa) sebelum dunia dijadikan.

Karena terjemahan LAI banyak tidak tepatnya, semua ayat di sini diambil dari NKJV yang diindonesiakan.

Wahyu 13:8

semua yang diam di atas bumi akan menyembahnya,  yang namanya tidak tertulis di dalam Kitab Kehidupan Sang Domba, yang telah disembelih dari fondasi dunia.

 

Kita abaikan bagian awal ayat ini karena itu tidak relevan dengan topik yang sedang kita bahas. By the way ayat ini bicara tentang Antikristus akhir zaman, dan ada pelajarannya sendiri di blog ini. Lihat pembahasan kitab Wahyu pasal 13 linknya di:

https://smaragd84.blogspot.com/2019/10/pembahasan-wahyu-pasal13.html.

Kita di sini hanya membahas bagian terakhir ayat ini, yaitu “Sang Domba, yang telah disembelih dari fondasi dunia”.

Perlu kita perhatikan di sini dikatakan  “telah disembelih” bukan “akan disembelih”. Jadi  walaupun secara literal itu belum terjadi (karena pada saat ini ditentukan, dunia saja belum diciptakan), tetapi bagi Allah itu sudah merupakan suatu kepastian. Apa yang dijanjikan Allah pasti digenapi. Allah tidak akan ingkar janji.

 

Ayat lain:

1 Petrus 1:20

Dia sungguh-sungguh sudah ditentukan sebelum fondasi dunia, namun dinyatakan pada akhir masa ini untuk kamu…”  

 

“Dia” di sini sesuai konteksnya ialah Yesus. Jadi ini bicara tentang Yesus yang sudah ditentukan untuk menebus manusia, untuk mati menggantikan manusia, kapan? Sekali lagi dikatakan bahwa itu sudah ditentukan sebelum fondasi dunia”.  Jadi sebelum ada dunia, Allah sudah menentukan apa yang harus dilakukan Yesus untuk menyelamatkan manusia. Kapan itu akan dinyatakan bagi manusia? “pada akhir masa ini”.  Persisnya di tahun 31 AD.

 

Jadi menurut ayat-ayat ini Yesus itu “telah disembelih dari fondasi dunia”, atau sudah ditentukan (untuk menjadi korban dosa) sebelum fondasi dunia”.  Artinya ketika Allah Bapa masih merencanakan untuk membuat dunia ini (jadi dunia masih belum diciptakan, masih sedang dalam rencana mau diciptakan), Allah sudah tahu bahwa manusia akan disesatkan Setan dan berbuat dosa. Dari mana Allah tahu? Karena Allah tahu segalanya. Allah tahu yang belum terjadi. Allah itu mahatahu, Allah tahu yang akhir dari yang awal.

Yesaya 46:10

mendeklarasikan yang akhir dari permulaan, dan dari zaman dahulu hal-hal yang belum terjadi, mengatakan, ‘Keputusan-Ku akan tetap berlaku, dan Aku akan melaksanakan segala kesenanganKu.’

 

Kisah 15:18

Semua pekerjaannya diketahui oleh Allah dari kekekalan.

 

Konsep ini tentu tidak bisa kita pahami dengan keterbatasan pikiran kita. Yang penting kita tahu bahwa Allah tahu segalanya dari kekekalan, sebelum peristiwa itu terjadi, bahkan sebelum manusianya lahir, Allah sudah tahu segala sesuatu tentang dia.

 

 

Jadi dalam kemahatahuan Allah, sebelum Allah menciptakan dunia, Allah sudah tahu bahwa manusia yang bakal diciptakanNya, akan jatuh dalam dosa.

 

Lalu apa yang diputuskan Allah? Batal menciptakan dunia? Batal menciptakan manusia karena mereka akan jatuh dalam dosa? Tidak. Allah memilih untuk menyelamatkan manusia dengan harga yang mahal, yaitu dengan mengorbankan Anak Allah sebagai pengganti manusia, untuk menjalani hukuman dosa yang harus dijalani manusia, yaitu kematian kekal, supaya manusianya boleh terbebas dari hukuman itu dan malah mewarisi kerajaan Allah dan menerima hidup kekal.

Matius 25:34

Lalu Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: ‘Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, warisilah Kerajaan yang telah disediakan bagimu dari fondasi dunia.

 

Pilihan ini sudah dibuat Allah sebelum dunia diciptakan. Allah menyediakan sebuah Kerajaan bagi manusia yang berdosa, karena Allah tahu akan ada manusia yang bertobat. Luar biasa Allah kita ini. Jadi walaupun Allah sudah tahu nanti manusia yang diciptakanNya itu akan jatuh dalam dosa, Allah tetap memilih untuk menciptakan manusia, dan Allah memilih untuk menebus mereka dengan membayar Sendiri hukuman dosa mereka. Supaya siapa yang mempercayaiNya, siapa yang mau menerimaNya, mereka akan diselamatkan. Mengapa begitu? Itulah salah satu misteri Kasih Allah yang baru nanti akan kita ketahui setelah kita bertemu dengan Allah kita.

 

Jadi Allah memilih untuk menyelamatkan kita, walaupun untuk itu, Anak Allah harus menggantikan manusia mati membayar dosa-dosanya.

 

Efesus 1:4

Sebagaimana Allah telah memilih kita di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tanpa cela di hadapanNya dalam kasih.

 

Karena itu di kekekalan lampau Allah Bapa dan Allah Anak (Firman) sudah membuat perjanjian, Firman yang akan menciptakan dunia dan seluruh isinya menurut  kehendak Bapa, dan Firman yang bakal menebus manusia yang berdosa melalui kematian di salib. Perjanjian itu sudah dibuat oleh Bapa dan Anak sebelum dunia diciptakan untuk digenapi pada waktu yang sudah ditentukan. Jadi semua yang direncanakan Allah itu sudah diatur dalam kalender Allah, bukan asal terjadi secara acak secara mendadak tanpa persiapan. Itulah mengapa semua nubuatan dari Allah digenapi tepat seperti yang dinubuatkan, karena rancangannya sudah ada, polanya sudah dibuat. Dan Allah tidak mau manusia tidak mengerti rancanganNya, karena itulah Allah mengutus nabi-nabinya, agar menyampaikan kepada manusia apa yang telah direncanakan Allah bagi manusia. Dalam hal ini upacara-upacara Bait Suci Yahudi diajarkan menjadi pedoman dari pola penebusan Kristus. Mereka yang menghayati perayaan-perayaan Yahudi ini, bisa melihat bahwa kematian Yesus itu persis sama dengan waktu kurban domba petang pada perayaan Passah, dan terjadinya pada tahun, bulan, tanggal, hari, bahkan jam yang sama. Jadi kematian Kristus di salib itu sudah direncanakan Bapa dan Anak, bahkan sudah ditentukan kapan terjadinya,  tahun, bulan, hari, tanggal, dan jam berapa, yaitu di tahun 31 AD, pada tanggal 14 Nisan, pukul 3 siang (= waktu di antara dua petang/between two evenings). JADI SAMA SEKALI ITU BUKAN RENCANA SETAN.

 

Jangan memberikan Setan kemuliaan yang adalah milik Allah. Penyaliban itu suatu pernyataan kasih dari Allah kepada manusia berdosa, suatu pengorbanan yang luar biasa untuk menyelamatkan manusia. Setan tidak memiliki kasih, Setan tidak mau menyelamatkan manusia, jadi untuk apa Setan merencanakan penyaliban Kristus? Setan tahu Yesus adalah Anak Allah, Dia Allah, Dia kekal. Allah tidak akan mati selamanya. Setan tahu dia tidak bisa membunuh Allah. Kali ini Allah turun ke dunia mengambil kodrat manusia, supaya bagian kodrat manusiaNya yang bisa mati menggantikan manusia, dan tujuan ini adalah untuk menyelamatkan manusia. Karena itu misi Setan bukan untuk membunuh Anak Allah karena dia tahu dia tidak punya kemampuan membunuh Anak Allah, tetapi tujuan Setan adalah untuk menggagalkan misi Anak Allah mati di salib menggantikan manusia, supaya tidak ada manusia yang selamat.

 

Jadi Setan justru tidak mau Yesus mati di salib! Setan tidak mau Yesus menebus manusia. Karena itu Setan justru mau membunuh kemanusiaan Yesus SEBELUM Yesus tiba di salib. Usaha Setan untuk membunuh Yesus itu sudah dimulai dari saat kelahiranNya, melalui Herodes yang membunuh semua bayi laki-laki yang berusia 2 tahun ke bawah.

Matius 2:16

Lalu Herodes ketika dia tahu bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya, dari usia dua tahun ke bawah, sesuai waktu yang telah ditanyakannya dengan teliti dari orang-orang majus itu.

 

Juga ketika Setan mencobai Yesus untuk melemparkan DiriNya ke bawah (baca Matius 4:4-6). Setan selalu berusaha membatalkan niat Yesus ke salib, supaya manusia tidak punya Penebus. Tapi Setan gagal. Yesus patuh kepada perjanjiannya dengan Bapa, hingga mati di salib. Lihat Filipi 2:5-8.

Filipi 2:5-8

5 Hendaklah pikiran ini ada di dalam dirimu, yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus,  6 yang dalam bentuk Allah tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah sebagai sesuatu yang harus dipegang erat-erat. 7 melainkan telah menjadikan Diri-Nya Sendiri bukan apa-apa, dan mengambil bentuk seorang hamba, dan datang dalam keserupaan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan Diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib.

 

Jadi “taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib” itu Yesus taat kepada siapa? Masa taat kepada Setan?  Tidak! Taat kepada BapaNya! Ingat Bapa itu Kepala Kristus!

1 Korintus 11:3

Tetapi aku mau kamu tahu bahwa  Kepala dari setiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki, dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

 

Kristus, atau Anak Allah selalu taat kepada BapaNya. Jadi siapa yang menentukan Yesus harus mati di kayu salib? Ya BapaNya! Bukan Setan! Setan tidak punya kuasa menentukan apa-apa untuk dilakukan Anak Allah. Dan Kristus taat kepada ketentuan BapaNya tersebut, maka Dia jalani kematian yang mengerikan itu, “taat sampai mati, bahkan kematian di kayu salib”.

 

 

Sekarang, MENGAPA HARUS MATI DI SALIB?

Bukan mati dirajam, atau mati dibunuh pedang, atau mati digantung lehernya?

Karena tergantung di salib itu adalah suatu kutuk. Kristus harus menanggung kutukan Hukum karena dosa-dosa manusia.

Galatia 3:13

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum dengan menjadi kutuk bagi kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tergantung pada batang kayu!

 

Sebagai Domba Allah, Kristus harus mati dengan cara disalibkan, Dia harus menyerahkan nyawaNya Sendiri untuk mati di salib, tidak boleh mati dirajam, mati ditusuk, mati sakit, mati jatuh ke jurang, atau mati dibunuh dengan cara lain. Itulah mengapa Setan berusaha mencegah Kristus ke salib. Andai Kristus tidak mati di salib, Dia tidak bisa menjadi Penebus manusia, tidak bisa menyelamatkan manusia. Setan tahu itu. Setan tidak ingin ada manusia yang selamat, dia mau semua manusia kelak dihukum mati bersamanya. Karena itu Setan mencoba apa saja supaya Yesus tidak mati di salib. Ingat Setan bahkan memakai Petrus untuk mencegah Kristus ke Yerusalem supaya tidak disalibkan, dan Yesus marah kepada Petrus yang mengizinkan dirinya diperalat Setan.

Matius 16:21-23

21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menderita banyak hal dari tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan dibunuh dan dibangkitkan hari yang ketiga. 22 Lalu Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: ‘Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tak kan terjadi pada-Mu! 23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: Mundurlah dari-Ku, Setan! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau tidak memperdulikan hal-hal Allah, melainkan hal-hal manusia.’

 

Yang sering membuat kita tidak mengerti ialah, jika Allah sudah tahu manusia akan jatuh dalam dosa, mengapa masih diciptakan sehingga Anak Allah harus turun ke dunia untuk mati di salib guna menebus manusia? Kan lebih baik tidak usah repot-repot menciptakan saja, sehingga Anak Allah juga tidak usah mati di salib?

Salah satu alasannya ialah karena Allah sudah tahu siapa manusia yang akan mengikutiNya, dan siapa yang tidak. Jangan salah, sekali-kali BUKAN ALLAH YANG MENENTUKAN, tapi setiap manusia membuat pilihannya sendiri. Hanya dalam kemahatahuan Allah, Allah sudah tahu apa yang akan menjadi pilihan setiap manusia. Dan dari sekian banyak manusia yang akan  pernah hidup di dunia, akan ada orang-orang yang setelah diselamatkan Allah, akan menjadi anak-anakNya yang setia, yang mengasihiNya dengan segenap hati, yang berkenan kepadaNya.

2 Timotius 1:9

yang telah menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan rahmat-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum ada dunia.

 

Luar biasa.

Jadi Allah menciptakan dunia dan manusia, dengan segala pengorbananNya. Tapi Allah tahu pada akhirnya melalui salib Kristus, melalui pengorbanan besar KeAllahan di Surga, akan ada manusia-manusia yang mengasihiNya dengan sepenuh hati, dan itu membuat hatiNya senang.

 

 

 

 

 

 

 

15 10 25