Jumat, 17 Juli 2020

193. ALKITAB DAN SEJARAH


193. ALKITAB DAN SEJARAH
_________________________________________________


Banyak orang modern, ilmuwan, orang-orang logika, menganggap Alkitab itu hanya buku dongeng ciptaan manusia zaman dulu yang punya imajinasi luar biasa, sehingga bisa mengarang segala macam kisah yang menarik walaupun tidak masuk akal. Masa dunia diciptakan hanya dalam waktu 6 hari, 6x24 jam? Kita yang sudah bekerja pakai komputer dan segala macam teknologi canggih disuruh menciptakan sebuah rumah dalam waktu 6 hari sendirian juga tidak bisa, apalagi satu dunia lengkap dengan isinya, belum termasuk semua benda-benda di langit?
Masalahnya kita terlalu angkuh dan suka mengukur kemampuan Allah yang Mahakuasa, yang Infinit (= tidak terbatas) dengan kemampuan kita yang kerdil dan terbatas. Segala yang tidak bisa kita pahami dengan pemikiran kita yang secuil, kita anggap tidak mungkin ada. Penyakit ini berasal dari mana? Dari Lucifer, yang mau meninggikan dirinya sama dengan Allah, menganggap dirinya sejajar Allah, lalu mencoba mengkudeta kedudukan Allah.
Kita, karena tidak bisa meninggikan diri kita sama dengan Allah, kita menarik Allah turun ke derajat kita, ke keterbatasan kita. Kalau kita tidak bisa, berarti Allah juga tidak bisa.

Kemarin aku menemukan pembahasan Prof. Walter Veith tentang sejarah Mesir dan tulisan Alkitab. Membuktikan bahwa kisah Musa itu bukan karangan manusia. Sekarang aku bagikan supaya kita juga tahu.


Firaun pertama dinasti ke-18 Mesir, bernama Amoses, dia memerintah dari 1570-1553 BC, sebelum Masehi.

Firaun kedua ialah Aminhotep, dia memerintah dari 1553-1532 BC.
Harun, kakak Musa lahir 1533 BC di zaman ini. Karena itu dia lolos pembunuhan bayi laki-laki Israel, karena pada waktu itu belum ada titah membunuh bayi laki-laki Israel.

Firaun ketiga ialah Tutmoses I, dan dia memerintah dari 1532-1508 BC.
Dia yang mengeluarkan titah untuk membunuh semua bayi laki-laki bangsa Israel.
Musa lahir di zaman ini, tahun 1530 BC.

Tutmoses I tidak punya anak laki-laki. Dia punya anak perempuan bernama Hatshepsut, dan putri inilah yang menyelamatkan Musa dari sungai, dan membawa Musa masuk istana Mesir untuk dididik sebagai bangsawan Mesir dan direncanakan sebagai firaun berikutnya.
Tetapi ketika Tutmoses I meninggal, Musa menolak untuk menjadi firaun menggantikannya. Pada waktu itu Musa masih di istana Mesir.

Ibrani 11:24-25 

Karena iman,  Musa setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, ia lebih memilih menderita sengsara bersama umat Allah daripada menikmati kenikmatan dosa untuk suatu masa





Firaun keempat bergelar Tutmoses II, dia adalah suami Hatshepsut, dan memerintah dari 1508-1504 BC, hanya empat tahun yang singkat.
Ketika Tutmoses II meninggal, kembali Musa punya kesempatan untuk menjadi firaun, tetapi kembali Musa menolaknya. Karena itu ibu angkatnya, harus naik takhta sendiri.


Hapshepsut sebagai Firaun diberi jenggot 


Firaun kelima adalah Hatshepsut menggantikan suaminya, dan dia memerintah dari 1504-1482 BC.
Tetapi dia mengajak anak hubungan gelap suaminya untuk memerintah bersamanya yang bergelar Tutmoses III.
Di masa pemerintahannya inilah Musa melarikan diri ke Midian, tahun 1490 BC.

Ada yang menarik dan menyedihkan dari Hatshepsut ini. Sejak 6 tahun sebelum kematiannya, semua catatan tentang aktivitasnya sebagai firaun lenyap, tidak ada. Selain itu patung-patungnya dan lukisan-lukisan resmi dalam istana dan di makamnya dirusak.
Seorang firaun tidak akan dihapus catatannya dan dirusak patung dan gambarnya kecuali jika dia dianggap berani melanggar dewanya. Di zaman itu dewa yang disembah adalah Amun, yang adalah dewa terbesar, di samping dewa-dewa yang lain. Mesir   waktu itu politheis, mengakui adanya banyak allah.             
Maka diperkirakan sejak 1488 BC Hatshepsut diketahui menjadi pengikut Allahnya Musa, sehingga dianggap telah berkhianat terhadap dewa-dewa Mesir, terutama dewa Amun, oleh karena ini semua catatan sejarahnya sejak 1488 lenyap, dan patung serta gambarnya semua dirusak terutama di bagian wajah untuk menghilangkan identitasnya.

Di Midian, tempat pelariannya, Musa mendengar tentang kematian ibu angkatnya. Dan itu tercatat di:
Keluaran 2:23 
        Dengan berlalunya waktu, matilah raja Mesir.


Setelah kematian Hatshepsut, Tutmoses III memerintah hingga tahun 1450 BC. Dia adalah raja yang luar biasa, disebut sebagai firaun terbesar dalam sejarah Mesir.
Dan dengan matinya Hatshepsut, maka Tutmoses III merajalela terhadap bangsa Israel yang ditindasnya tanpa ampun.
Keluaran 2:23 
Kemudian orang Israel mengerang karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, dan seruan mereka karena perbudakan itu sampai kepada Allah.

Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang penting.

Amenemhab yang menulis biografi Tutmoses III ini mengatakan, "Lo, the king completed his lifetime of many years, splendid in valour, in might and triumph: from year 1 to 54." (Lihat, firaun menyelesaikan hidupnya yang panjang, istimewa dalam keberanian, dalam keperkasaan dan kejayaan: dari tahun 1 ke 54).
Jadi dari 1504 memerintah 54 tahun berarti berakhir tahun 1450 BC (menghitungnya mundur ya karena sebelum Masehi)
Amenemhab menyebutkan bulan dan hari kematian Tutmoses III ini: "The last day of the third month of the second season... He mounted to heaven, he joined the sun: the divine limbs mingled with him who begot him." (Hari yang terakhir bulan ketiga musim kedua… dia naik ke langit, dia bergabung dengan matahari: dan tangan-tangan ilahi menyatu dengannya, yang melahirkan dia.)
Menurut Egyptologis James Breasted, menurut hitungan ini adalah tanggal 17 Maret 1450 BC.

Menurut kronologi 1 Raja-raja 6:1 tahun eksodus (migrasi orang Israel secara menyeluruh dari Mesir, di bawah pimpinan Musa) adalah 1450 BC. Kita bisa menghitung karena tanggal Passah yang pertama tercatat di Alkitab.
Tahun kematian Tutmoses III juga 1450 BC. Menurut Alkitab saat itu ada firaun yang mati tenggelam di Laut Merah ketika mengejar bangsa Israel yang menyeberang. Karena Tutmoses III ini tercatat sejarah mati tahun 1450 BC, maka pasti dia inilah firaun yang tidak mau melepaskan bangsa Israel.

Sekarang, di Museum Kairo, ada mumi Tutmoses III. Ini dianalisa oleh dua orang Egyptologis di tahun 1973, bernama Harris dan Weeks, dan yang mereka temukan ternyata mumi tersebut adalah mumi seorang yang masih muda, sementara Tutmoses yang usianya sepantaran Musa, pada saat kematiannya di tahun 1450 BC seharusnya sekitar 80 tahun. Berarti itu bukan mumi Tutmoses III, itu adalah upaya orang Mesir untuk menutupi aib yang terjadi pada firaun mereka. Diperkirakan jasad Tutmoses III yang tercebur Laut Merah tidak pernah ditemukan, sehingga mereka membuat mumi dari jasad orang lain.

Firaun keenam: Amenhotep II. Setelah kematian Hatshepsut, Tutmoses III mengangkat anaknya Amenhotep II  memerintah bersamanya.  Pada waktu eksodus bulan Maret tahun 1450 BC, Amenhotep II tidak berada di Mesir. Dia sedang menumpas pemberontakan di Syro-Palestina bersama sebagian besar tentara Mesir. Dia kembali ke Mesir bulan Juni 1450 BC dan mendapatkan anak sulungnya mati kena tulah ke-10, bapaknya Tutmoses III juga mati ditelan Laut Merah, dan semua orang Israel yang diperbudak di Mesir lenyap. Aminhotep II mengamuk, dan merusak banyak monumen di Mesir.

Firaun berikutnya ialah Tutmoses IV, anak kedua Amenhotep II (anak sulungnya mati kena tulah ~ jadi poin-poin sejarah semua cocok dengan Alkitab). Untuk menjelaskan mengapa bukan anak sulung yang menjadi firaun, tanpa mau mengakui aib bahwa anak sulungnya mati kena tulah, maka dibuatlah tulisan di Sphinx bahwa ada suara yang mengatakan anak kedua yang akan menjadi firaun, bukan anak pertama.

Firaun berikutnya bergelar Amenhotep III, anak Tutmoses IV. Dia masih seorang penyembah berhala.
Tetapi rupanya ibadah monotheis di Mesir tidak seluruhnya lenyap dengan kematian Hatshepsut. Ternyata monotheisme masih ada di Mesir.

Dan firaun berikutnya, anak Amenhotep III, bergelar Amenhotep IV menandai pergeseran dari ibadah kepada dewa Amun menjadi kepada dewa Aten. Atenisme ini ialah ibadah kepada satu Allah Pencipta (monotheisme).  Matahari tidak lagi disembah dalam Atenisme, melainkan dipakai sebagai simbol pemeliharaan Allah kepada manusia. Ada bukti-bukti kuat bahwa Atenisme mempunyai dasarnya dalam agama Ibrani.
Amenhotep IV kemudian mengubah gelarnya mejadi Akhenaten, menandai perubahan dari penyembahan Amun menjadi penyembahan Aten.  Dia juga memindahkan ibukotanya dari Luxor ke kota baru yang disebut Akhetaten.
Dia menulis sebuah pujian kepada allahnya dan di dalam pujian itu ada 17 ayat yang mirip dengan Mazmur 104.


Nefertiti

Di bawah pemerintahan Akhenaten, patung-patung firaun tidak lagi dibuat besar-besar yang melambangkan mereka setara dengan dewa, melainkan menjadi sama dengan ukuran manusia biasa. Selain itu patung dan gambar Akhenaten dengan keluarganya digambarkan dengan segala kewajarannya, tidak dibuat lebih bagus daripada aslinya.
Istri Akhenaten ialah Nefertiti yang terkenal.
Mereka punya 6 anak perempuan, dan yang seorang bernama Ankensenpaaten menikah dengan seorang yang bernama Tutankaten. Nama-nama ini semuanya berakhir dengan kata “aten” yang menandai siapa yang mereka sembah.

Setelah Akhenaten meninggal, dia digantikan menantunya Tutankaten. Namun kemudian Tutankaten mengubah namanya menjadi Tutankamun, perubahan nama ini menandakan perubahan agamanya, kembali ke penyembahan Amun.
Rupanya manusia lebih memilih kemuliaan duniawi daripada mengikuti Allah yang benar. Setelah perubahan ini maka patung dan gambar zaman Akhenaten banyak dirusak, membuktikan betapa bencinya Setan terhadap ibadah kepada Allah.
Penemuan arkeologi terbanyak berasal dari masa Tutankamun.


Nah, dengan melihat perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa Alkitab itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah kitab sejarah, yang mencatat khusus perjalanan umat Allah dan bangsa-bangsa yang berkaitan dengan pergerakan umat Allah, dari mulai Adam hingga nanti Yesus Kristus kembali untuk memerintah bumi. Mengapa sejarah bangsa-bangsa lain tidak terdapat di dalamnya? Biarpun mereka itu bangsa-bangsa yang besar, bangsa-bangsa yang berkebudayaan tua, atau bangsa-bangsa yang terkenal, bangsa-bangsa yang meninggalkan bekas-bekas mereka yang indah-indah di atas bumi, tapi mereka tidak tercatat di Alkitab. Mengapa?
Perlu direnungkan.      






17 07 20


Tidak ada komentar:

Posting Komentar