Sabtu, 02 Agustus 2014

138. PAKAIAN ACARA PERKAWINAN

138. PAKAIAN ACARA PERKAWINAN

_______________________________________

Matius 22:2-14

22:2         ‘Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perkawinan untuk anaknya.

22:3         dan mengutus hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perkawinan itu, dan mereka tidak mau datang.

22:4         Lagi-lagi ia mengutus hamba-hamba lain, pesannya, ‘Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Lihat, aku telah mempersiapkan makan malam, lembu-lembu jantanku dan ternakku yang tambun telah disembelih; dan semuanya telah siap. Datanglah ke perkawinan ini.’

22:5         Tetapi mereka menyepelekannya dan pergi ke urusan mereka sendiri; yang satu ke ladangnya, yang lain ke usahanya, 

22:6         dan sisanya menangkap hamba-hambanya, memperlakukan mereka dengan kejam, dan membunuh mereka.

22:7         Tetapi ketika raja itu mendengar tentang hal itu, murkalah dia. Dan dikirimnya  pasukannya, membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.

22:8         Lalu ia berkata kepada hamba-hambanya, ‘Perkawinan sudah siap, tetapi mereka yang diundang tidak layak.

22:9         Sebab itu pergilah ke jalan-jalan raya dan seberapa banyak yang kalian temukan, undanglah ke perkawinan itu.

22:10       Maka pergilah hamba-hamba itu ke jalan-jalan raya dan mereka mengumpulkan semua orang yang mereka temukan, baik yang jahat maupun yang baik. Dan ruang perkawinan itu dipenuhi dengan tamu.

22:11       Tetapi ketika raja itu masuk untuk meneliti tamu-tamu itu, ia melihat di sana seorang yang tidak mengenakan pakaian untuk acara perkawinan.

22:12       Maka ia berkata kepadanya, 'Teman, bagaimana engkau masuk kemari dengan tidak mengenakan pakaian untuk acara perkawinan?' Dan orang itu tidak bisa menjawab.

22:13       Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya, ‘Ikatlah kaki dan tangannya, bawalah dia keluar dan campakkan orang itu ke dalam kegelapan di luar, di sanalah akan ada ratapan dan kertak gigi.’

22:14       Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.

 

Pertama-tama yang harus dijelaskan dulu ialah ada perbedaan antara “perkawinan” dengan “perjamuan/pesta perkawinan”. Alkitab terjemahan-terjemahan baru, termasuk  LAI sering merancukan kedua peristiwa tersebut, bukan saja di Matius 22, tetapi juga di ayat-ayat yang lain. Karena itu supaya kita tidak bingung, kita harus tahu bedanya sehingga ketika kita membaca ayat-ayat itu kita tahu mana yang bicara tentang “perkawinan” dan mana “perjamuan perkawinan”.

Ayat-ayat Matius 22 di atas terjemahannya sudah disesuaikan dengan terjemahan KJV yang benar.

Terlalu panjang untuk dibahas tuntas di sini perbedan tersebut berdasarkan ayat-ayat Alkitab, jadi singkatnya demikian:

v   Perkawinan Sang Domba ialah peristiwa Yesus menerima KerajaanNya dari Allah Bapa setelah melalui proses penghakiman investigasi.

ü   Ini setara dengan apa yang kita kenal sebagai akad nikah.

ü   Perkawinan ini tidak dihadari mempelai perempuan secara fisik.

Mempelai perempuan hanya hadir dalam nama. Nama-nama umat Allah yang ada di Kitab Kehidupan Anak Domba, di penghakiman investigasi (yang dimulai sejak 22 Oktober 1844), diperiksa satu per satu apakah mereka lulus penghakiman dan layak menjadi bagian dari mempelai Kristus.

ü   Jadi penghakiman investigasi itu yang menentukan siapa-siapa yang layak menjadi mempelai Kristus (mempelai Kristus = kerajaanNya).

Yang lulus penghakiman akan tergabung menjadi mempelai perempuan Sang Domba, yang juga disebut Yerusalem Baru.

ü   Jadi peristiwa perkawinan ini terjadi di Surga,

ü   sebelum kedatangan kedua Kristus.

 

v   Perjamuan perkawinan Sang Domba, itu pestanya,

ü   Istilah yang lebih kita kenal ialah, ini resepsinya.

ü   Peristiwa ini dihadiri secara literal oleh mempelai perempuan Kristus, yaitu semua umat Allah yang sudah resmi dinikahkan dengan Kristus sebelum kedatangan kedua Kristus.

ü   Perjamuan/resepsi ini juga terjadi di Surga,

ü   Peristiwa ini terjadi setelah kedatangan kedua Kristus yang datang menjemput umatNya dan membawa mereka ke Surga.

 

Kita jangan rancu dengan dua peristiwa yang berbeda ini.

Ini mengikuti tata cara perkawinan kuno.

1.   Pertama, Kristus menerima nama-nama mempelaiNya (atau KerajaanNya) dari Allah Bapa dulu, setelah selesai penghakiman investigasi.

Mempelainya sendiri tidak hadir. Hanya namanya yang diserahkan Kristus. Itu akad nikahnya, itu perkawinannya. Jadi perkawinan ini meresmikan bahwa nama-nama itu sudah sah menjadi mempelai Kristus.

2.   Lalu pintu kasihan tutup.

3.   Masa kesukaran besar menimpa dunia.

4.   Kristus datang untuk menjemput mempelaiNya.

Seperti kata Kristus, Dia pergi menyediakan rumah indah bagi kita, sebagaimana seorang suami menyediakan rumah bagi mempelainya, dan nanti Dia akan kembali menjemput mempelaiNya (Yohanes 14:1-3).

5.   Kristus membawa mempelaiNya ke Surga, dan mempresentasikan mereka ke hadapan BapaNya.

6.   Baru diadakan Perjamuan/resepsi perkawinan di Surga.

 

Sekarang mari kita kupas Matius 22:2-14

Semua orang Kristen tentunya sudah tahu, paling tidaknya pernah mendengar tentang perumpamaan yang diberikan Yesus ini. Tetapi marilah kita simak lagi karena terkadang apa yang kita anggap sudah kita ketahui, ternyata kurang kita perhatikan maknanya.

Kita sinkronkan dulu lambang-lambang yang dipakai Yesus.

1.   Ayat 2

Perumpamaan ini mengenai apa? KERAJAAN SURGA ~ topiknya sudah langsung diberikan Yesus di ayat 2.

Raja itu siapa? Karena ini bicara tentang Kerajaan Surga, maka sudah pasti RAJA ITU ALLAH BAPA.

Anaknya itu siapa?  ANAK ITU YESUS KRISTUS karena Dia-lah sang Mempelai laki-laki. Apakah ada ayatnya ang menyatakan Kristus itu Sang Mempelai laki-laki?

Matius 9:14-15

14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus, berkata, ‘Mengapa kami dan orang Farisi sering berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?’ 15 Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Bisakah pengiring-pengiring mempelai berkabung selama Mempelai laki-laki itu bersama mereka? Tetapi hari-harinya akan datang ketika Mempelai laki-laki itu akan diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.’ 

Perkawinan itu apa? PERISTIWA KETIKA YESUS MENERIMA KERAJAANNYA SEBAGAI PENGANTINNYA. 

Wahyu 19:7

Marilah kita bergembira dan bersukacita, dan memuliakan Dia!  Karena   perkawinan Sang Domba telah tiba, dan istri-Nya telah mempersiapkan dirinya.’

Jadi, yang dimaksud dengan perkawinan Sang Domba adalah peristiwa ketika Yesus menerima mempelaiNya (atau KerajaanNya) dari Allah Bapa. Semua nama umat Allah yang ada di Kitab Kehidupan sudah dihakimi, dan mereka yang didapati lulus penghakiman, mereka layak menjadi pengantin Sang Domba. Jadi perkawinan Sang Domba atau Anak Raja di perumpamaan ini, adalah diresmikannya umat Allah sebagai mempelai perempuan Kristus.

 

2.   Ayat 3

Hamba-hamba itu siapa? SEMUA UTUSAN ALLAH, utamanya nabi-nabi dan rasul-rasulnya, kemudian juga orang-orang awam yang mengabarkan Injil.

Yang diundang itu siapa? Yang pertama diundang adalah ORANG ISRAEL, bangsa pilihan Allah yang dalam segala hal selalu didahulukan oleh Allah. Tapi mereka tidak mau datang. Mereka menyepelekan panggilan Allah. Dengan kata lain  mereka menolak panggilan Tuhan, mereka menolak Kristus, bahkan mereka yang membunuh Kristus. Jadi bangsa pilihan Allah yang pertama diundang, justru menolak panggilan Allah. Dengan demikian mereka membuang sendiri kesempatan hadir di perkawinan Anak Raja.

 

3.   Ayat 4-6

Tapi Allah belum putus asa. Allah mengirimkan undangan kedua kepada ORANG ISRAEL lagi, setelah mereka menyalibkan Kristus.

Lembu jantan dan ternak tambun melambangkan kurban Kristus di salib. Jadi panggilan kedua ini diberikan setelah kematian Kristus, Israel masih diberi waktu 3½ tahun lagi untuk menerima panggilan Allah. Tapi ini pun mereka tolak. Dengan membunuh nabi terakhir untuk Israel, yaitu Stefanus, mereka memutuskan hubungan mereka dengan Tuhan sebagai bangsa pilihanNya.


4.   Ayat 7

TUHAN MURKA, dan mengirim pasukanNya untuk menghancurkan mereka yang telah membunuh Kristus dan utusan-utusanNya. Tahun 70AD kota Yerusalem bersama Bait Suci dibakar dan dihancurkan tentara Roma, menandakan itu sudah bukan Bait Suci Allah lagi.

 

5.   Ayat 8-10

Panggilan sekarang diberikan kepada SEMUA BANGSA, termasuk kita-kita ini. Yang diterjemahkan “jalan-jalan raya” tulisan aslinya adalah διέξοδος (diexodos) yang artinya adalah suatu jalan raya dari mana keluar banyak sekali cabangnya yang menuju ke arah-arah yang berbeda. Dengan demikian bisa dibayangkan betapa beragamnya kelompok kedua yang mendapatkan undangan ini, secara geografis (banyak arah, artinya segala bangsa).

Dan ternyata banyak yang datang karena dikatakan ruang perkawinan itu penuh. Kekristenan berkembang, dan hari ini menjadi kelompok agama terbesar di dunia. Yang dipanggil tidak diseleksi hanya orang yang baik, melainkan orang baik dan buruk semua dipanggil, asal mereka mau, mereka bisa datang.

 

6.   Ayat 11-13

Nah karena pada waktu dipanggil tidak ada seleksi, seleksinya dilakukan setelah para undangan tiba di ruang perkawinan. Ini mengacu kepada penghakiman investigasi. Pada waktu kita mengaku percaya dan dibaptis, itu kita menerima panggilan Tuhan. Tapi motivasi hati kita tidak dipertanyakan. Apakah kita benar-benar bertobat, atau hanya ikut-ikutan? Atau kita punya alasan dan motivasi yang lain yang tidak ada kaitannya dengan keselamatan jiwa kita? Jadi pemeriksaan baru dilakukan pada saat akhir, saat kita sudah datang ke ruang perkawinan.

Siapa yang memeriksa? Dikatakan di sini Allah Bapa. Kita masuk ke penghakiman Allah Bapa.

Bagaimana standar seleksinya? Apakah MENGENAKAN “PAKAIAN ACARA PERKAWINAN” ATAU TIDAK. Mereka yang diizinkan tetap hadir untuk mengikuti perkawinan Anak Raja, harus mengenakan pakaian untuk acara perkawinan, yang melambangkan karakter orang beriman, karakter orang yang sudah lahir baru, karakter orang yang memiliki keserupaan dengan karakter Kristus. Mereka yang tidak berpakaian layak untuk acara perkawinan itu, artinya yang tidak mengalami perubahan karakter, tidak mengalami kelahiran baru, tidak bertumbuh dalam kerohaniannya, tidak mendekati karakter Kristus, mereka yang masih hidup menurut cara hidup mereka yang lama,  mereka yang masih makan makanan mereka yang lama, mereka yang masih melakukan dosa-dosa mereka yang lama, mereka yang tidak memiliki kebenaran Kristus, tidak diizinkan mengikuti perkawinan Anak Raja. Dikatakan di ayat ini mereka dicampakkan ke kegelapan. Sudah, hilang.

Jadi datang ke undangan perkawinan itu tidak menjamin bahwa kita akan mengikuti perkawinan Anak Raja. Ada syarat yang harus kita penuhi, yaitu mengenakan pakaian untuk acara perkawinan itu. Pakaian atau jubah di Alkitab itu selalu identik dengan kebenaran. Tentunya kebenaran Kristus yang harus kita kenakan. Kita sendiri tidak punya kebenaran, sama seperti pakaian kita tidak layak untuk mengikuti perkawinan Anak Domba. Kita butuh kebenaran Kristus.

Yesaya 61:10

10Aku akan sangat bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku akan bersukacita di dalam Allahku, sebab Ia telah mengenakan pakaian keselamatan kepadaku, Dia telah menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan pada dirinya hiasan-hiasan, dan seperti pengantin perempuan yang menghiasi dirinya dengan permata-permatanya.

 

7.   Ayat 14

Ini merupakan kesimpulan dari perumpamaan ini, ”banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Yang tidak terpilih artinya gagal lulus penghakiman, dan harus dikeluarkan dari ruang perkawinan, dengan kata lain namanya di Kitab Kehidupan Sang Domba, dicoret.

 

 

Sekarang mari kita lihat sejarah orang Yahudi sebagai bangsa pilihan.

Ketika Yesus memberikan perumpamaan ini, ini sekitar tahun 30 AD, saat itu bangsa Yahudi masih bangsa pilihan Tuhan, jadi mereka masih diberi waktu beberapa tahun lagi untuk insyaf dari kesalahan mereka. Yesus sudah menyatakan dengan begitu jelas, bahwa jika mereka tetap menolak, maka mereka akan binasa, kota mereka akan dibakar. Tetapi orang Yahudi memilih untuk menutup mata dan hati mereka, dan mereka terus menolak undangan itu, maka akhirnya mereka bukan saja kehilangan kota mereka dan Bait Suci mereka, bahkan nyawa mereka, tetapi mereka kehilangan keselamatan mereka dan status mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan!

 

Mungkin ada yang berkata, bukankah di atas salib Yesus memohonkan ampun bagi massa Yahudi yang menyalibkan Dia? Bukankah Yesus berkata, "Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." [Luk 23:34]

Betul, Yesus memang berkata demikian, tetapi Alkitab tidak menulis bahwa Allah Bapa mengampuni mereka! Seandainya Allah Bapa mengampuni mereka, kehancuran Yerusalem tidak akan terjadi, kan mereka sudah diampuni semua? Pengampunan itu gratis, artinya tidak usah bayar apa-apa, tetapi ada syaratnya untuk mendapatkan pengampunan itu:

ü   Yang bersangkutan harus insyaf/sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah dan mengakuinya kepada Tuhan.

ü   Yang bersangkutan harus benar-benar menyesali perbuatannya.

ü   Yang bersangkutan harus berduka atas kesalahan yang dilakukannya. Penyesalannya harus datang dari hati, bukan cuma di bibir.

ü   Yang bersangkutan harus bertobat, artinya tidak mengulangi berbuat dosa itu lagi.

Apakah massa Yahudi yang berteriak “salibkan Dia! Salibkan Dia!” pernah bertobat? Mungkin ada yang akhirnya bertobat, dan mereka diampuni; tapi secara bangsa mereka tidak bertobat dan merasa mereka justru berbuat hal yang benar, karena itu secara bangsa mereka tidak lagi dianggap bangsa pilihan Allah.

 

Lalu untuk apa Yesus berkata begitu? Yesus berkata begitu karena Dia adalah manusia yang sempurna, Domba Allah yang tidak bercacat cela, tidak berdosa. Sampai mati pun tidak ada setetes dosa padaNya. Dia tidak mau berbuat dosa “membenci”  atau “marah” atau “dendam” kepada orang-orang yang mencelakakanNya. Dia mengampuni mereka sebagai sesama manusia yang wajib saling mengampuni.  Jadi, DI ATAS SALIB ITU YESUS MATI DENGAN HATI YANG BERSIH DARI SEGALA DOSA APA PUN!

Dan teladan itu ditinggalkan Yesus kepada kita. Dia yang mengajar kita untuk mengampuni orang lain tanpa batas ( sampai 70 x 7 kali!), Dia yang mengajar kita dalam doa Bapa Kami untuk mengampuni orang lain karena Tuhan telah mengampuni dosa kita. Di atas salib itu kita lihat Yesus mempraktekkan apa yang Dia ajarkan kepada kita. Jadi Yesus bukan cuma omong kosong, Dia mempraktekkan apa yang diajarkanNya. Dan itu diikuti oleh Stefanus, yang mati dirajam 3½ tahun kemudian, mengakhiri status bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Tuhan. Hendaknya kita juga berusaha untuk mengikuti teladanNya ini. Jika ada yang menyalahi kita, jangan maki-maki, ampunilah dia, karena dosa-dosa kita yang banyak juga diampuni Bapa kita di Surga.

 

 

Sebagai renungan akhir, bisakah undangan yang hadir tanpa mengenakan pakaian untuk acara perkawinan itu melambangkan kita? 

ü   yang sudah menerima panggilan Kristus, artinya sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat,

ü   bahkan sudah resmi menjadi orang Kristen, anggota gereja, sudah dibaptis,

ü   mungkin juga sibuk melayani,

ü   tetapi perbuatan dan perkataan kita tidak mencerminkan seorang pengikut Kristus?

ü   Apakah kita masih melanggar Perintah dan Hukum Allah dalam hidup kita, dengan kata lain kita masih belum meninggalkan apa yang kita tahu adalah dosa di mata Tuhan?

Teman-teman, sudahkah kita memakai pakaian yang layak untuk acara perkawinan itu? Atau apakah pakaian kita masih berlepotan lumpur segala macam pelanggaran terhadap Hukum Allah?

Apakah kita akan termasuk tamu-tamu yang terpilih untuk ikut menghadiri akad perkawinan Anak Raja, atau kita akan dilemparkan keluar ke tempat yang gelap penuh ratapan dan kertak gigi?

Hanya kita yang bisa menjawabnya.

 

 

 

 

 

 

02 08 14

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar