141. HIDUP SEBAGAI SETERU
SALIB KRISTUS
_______________________________________
3:18
Karena, banyak orang yang hidup
sebagai seteru salib Kristus, yang tentang mereka telah kerap kali kukatakan kepadamu,
dan sekarang kukatakan lagi sambil menangis,
3:19
Kesudahan mereka ialah kebinasaan,
Tuhan mereka ialah perut mereka, dan kemuliaan
mereka ialah aib mereka, yang
mementingkan perkara-perkara
duniawi.
3:20 Karena kewarganegaraan kita
ada di sorga, dari situ juga kita menanti-nantikan Sang
Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus
Ini
adalah tulisan Paulus, bukan tulisanku, jadi jangan menganggap aku yang
menghakimi. Aku tidak ikut menghakimi, aku cuma mengutip dari Alkitab. Kalau
ada yang merasa dihakimi, ya harus menganggap yang menghakimi adalah Firman
Tuhan.
Walaupun
ayat-ayat ini sangat jelas dan tidak mungkin disalah mengerti, tapi baiklah
kita baca bersama supaya pasti tidak terjadi kesalahpahaman.
Di
ayat 18, Paulus menyatakan kesedihannya, bahkan sampai menangis, karena “BANYAK ORANG YANG HIDUP SEBAGAI SETERU SALIB KRISTUS”
Pertama-tama
yang harus disadari adalah, Paulus menulis ini tentang orang-orang yang
mengaku sebagai orang Kristen, bukan tentang orang-orang atheis atau
orang-orang yang bukan Kristen.
Dari
mana kita tahu?
Karena
Paulus mengatakan mereka itu “hidup sebagai seteru salib Kristus” Orang atheis dan orang non-Kristen tidak
perduli dengan salib Kristus, bahkan mereka mungkin tidak kenal Kristus apalagi
salibNya, sudah pasti mereka tidak berpikir untuk hidup selaras dengan salib
Kristus.
Jadi
di sini Paulus berbicara mengenai orang-orang yang mengenal Kristus dan salibNya,
dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang
mengaku Kristen, yang
seharusnya salib Kristus memiliki makna yang penting bagi mereka. Tetapi, cara
hidup mereka justru adalah “seteru salib Kristus”.
Lalu
di ayat 19, Paulus sendiri menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan “hidup sebagai seteru salib Kristus”, yaitu:
1.
Tuhan
mereka adalah perut mereka
2.
Kemuliaan
mereka adalah aib mereka
3.
Mereka
semata-mata mementingkan perkara-perkara duniawi
Kita bahaslah singkat-singkat saja satu per satu,
Apa
yang dimaksud Paulus dengan “Tuhan mereka adalah perut
mereka”? Jika manusia menuhankan perut, maka dia akan makan apa saja
semau hatinya, betul? Fast food, junk
food, not food, semua
dimasukkan mulutnya dan ke perutnya. Karena yang nomor satu “disembah” olehnya
adalah perutnya sendiri. Dan tidak jarang sampai perutnya membuncit seperti
perempuan hamil, dan kemudian muncul segala macam penyakit.
Pertanyaan:
Mengapa hal ini dianggap “hidup sebagai seteru salib Kristus”? Apakah makan semau hati kita itu salah? Jika
dianggap “seteru
salib Kristus” jelas berarti berlawanan dengan salib Kristus, dan pasti sesuatu
yang tidak berkenan kepada Tuhan.
Pertanyaan:
Mengapa makan bebas dianggap tidak
berkenan kepada Tuhan? Karena Tuhan sudah menentukan
apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Dan itu daftarnya ada
di Imamat pasal 11.
Yang
tidak boleh dimakan misalnya adalah daging babi dan semua produk olahannya
misalnya dendeng, udang dan semua produk olahannya seperti petis, terasi,
krupuk, dll., kepiting, ikan lele, tongkol, patin, pindang, kelinci, dan masih
banyak lagi.
Banyak orang Kristen tidak perduli dengan larangan makan
yang ditentukan oleh Tuhan ini. Mereka
lebih menuhankan perut mereka sendiri daripada mematuhi ketentuan Tuhan. Dan
karena selama ini Tuhan tidak segera menegur mereka, mereka menganggapnya
oke-oke saja, walaupun sudah tertulis di Firman Tuhan.
Ada ayat lain yang
ditulis Paulus yang memberikan pedoman bagaimana orang Kristen seharusnya
makan, yaitu di
1
Korintus 10:31
Aku menjawab: Jika engkau makan
atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
Jadi, jika orang
Kristen makan-minum sembarangan, melanggar ketentuan yang sudah diberikan oleh
Tuhan sendiri, itu namanya kita tidak makan atau minum untuk kemuliaan Allah,
itu namanya kita menuhankan perut kita sendiri. Termasuk di sini makan segala
yang jelas-jelas merusak kesehatan: segala fast
food yang cara pengolahannya tidak baik bagi kesehatan; segala junk food yang terbuat dari bahan-bahan
yang tidak baik bagi kesehatan; dan segala no-food
yang sesungguhnya bukan makanan, karena itu dari bahan buatan dan bukan bahan
makanan alami.
Dan
ini, konsekuensinya berat. Nanti kita akan tiba di sana.
Sekarang kita ke poin
nomor 2 dulu. Paulus mengatakan, “kemuliaan mereka adalah aib
mereka”, artinya apa yang mereka banggakan, sesungguhnya itu adalah
aib atau yang memalukan mereka.
Pertanyaan: Mengapa?
Karena mereka
membanggakan logika mereka, pengetahuan mereka, sains mereka, ilmu mereka. Lho
memangnya logika, pengetahuan, sains, ilmu, itu jelek? Tidak jelek, jika ~ nih, ada syaratnya ~ jika itu
sesuai dengan ajaran Alkitab.
Apa yang ada di Alkitab
itu berasal dari Tuhan yang mahatahu.
Sepandai-pandainya
manusia, dengan IQ tertinggi pun, itu hanya hasil otak seorang manusia, makhluk
yang diciptakan Tuhan. Tentu otak manusia tidak bisa disejajarkan dengan
kemahatahuan Tuhan, Khalik alam semesta.
Bilamana manusia lebih
mengandalkan otaknya sendiri di atas Tuhan, dan merasa dia lebih tahu dan lebih
benar daripada Allah yang menciptakannya, di sanalah aibnya.
Kita lihat beberapa
contoh:
v
Banyak orang
Kristen yang lebih mendahulukan ajaran dunia daripada ajaran Firman Tuhan.
Banyak dari
mereka juga lebih kenal dan lebih mematuhi ajaran dunia daripada Firman Tuhan.
Tuhan berkata, takut
kepada Tuhan adalah awal hikmat. (Mazmur
111:10)
v
Dunia
mengajarkan bahwa manusia yang hebat adalah manusia yang percaya kepada dirinya
sendiri, bahwa dia adalah tuan/majikannya sendiri.
Tuhan mengajarkan, manusia yang
berkenan kepada Tuhan adalah manusia yang berserah sepenuhnya kepada Tuhan.
v
Dunia
mengajarkan bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, bisa mencapai
Surga sendiri dengan amalnya, dengan baktinya, dengan kebaikannya dan upayanya
sendiri.
Tapi Tuhan
mengajarkan, keselamatan hanya ada di dalam Kristus, tidak ada satu manusia pun
yang bisa mencapai Surga dengan upayanya sendiri. Keselamatan itu
pemberian, bukan upah atau pahala.
Jadi segala yang
dibanggakan manusia, reputasinya, pendidikannya, ilmunya, hartanya,
silsilahnya, keberhasilannya, apa pun itu, tidak ada harganya jika itu menghalangi
dia bisa tetap selamat, dan menyebabkan dia justru merasa tidak membutuhkan
Tuhan karena dia sudah bisa menjadi Tuhannya sendiri. Ini termasuk “hidup sebagai
seteru salib Kristus.”
Yesus berkata, dan ini
dicatat di Matius 16:26
Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat ditukarnya sebagai
ganti nyawanya?
Marilah kita ke poin
nomor 3 yaitu “Mereka mementingkan
perkara- perkara duniawi.”
Apakah perkara duniawi
itu salah? Tidak. Karena kita hidup di dunia, kita tetap masih terlibat
perkara- perkara duniawi. Bagi yang masih sekolah kita masih terlibat pelajaran
kita, bagi yang sudah bekerja kita harus terlibat pekerjaan kita, bagi ibu-ibu
rumah tangga, mereka harus mengatur keluarga mereka, tidak ada yang salah. Itu
bagian dari kehidupan kita sebagai manusia.
Pertanyaan: Lalu yang
salah di mana?
Yang salah adalah kata “mementingkan”. Jika kita hanya mementingkan perkara
duniawi, dan tidak mementingkan perkara rohani, maka itu termasuk “hidup sebagai
seteru salib Kristus.”
Contohnya, tentang
pemeliharaan hari ketujuh sebagai hari perhentian (sabat) Tuhan. Jelas ini
merupakan salah satu perintah dari 10 Perintah Tuhan yang ditulis jari Tuhan,
tetapi mayoritas orang Kristen melanggar ini karena apa? Karena
lebih berat kepada dunia! Karena mayoritas Kristen tidak mau mendedikasikan
24 jam penuh pada setiap hari Sabat (dari
Jumat magrib hingga Sabtu magrib) hanya
kepada Tuhan! Mereka tidak
mau mengorbankan bisnis mereka, pekerjaan mereka, kesibukan mereka, hobi
mereka, selama 24 jam setiap Sabat dan mempersembahkan waktu itu kepada Tuhan.
Yah, 1-2 jam atau bahkan 3-4 jam okelah, tapi masa 24 jam penuh, selama waktu
itu sama sekali tidak boleh melakukan apa-apa untuk kesenangan diri sendiri?
Padahal kalau harus menutup bisnis satu hari itu rugi berapa? Berat kepada
dunia. Dunia lebih menarik. Tawarannya banyak.
Sekarang coba kita
lihat bagian awal ayat 19, di sana Paulus memberikan alasannya mengapa dia
sampai menangis. Apa kata Paulus? ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan” Wow! Jadi bukan main-main! Bukan hanya kena
slentik telinganya atau kena keplak kepalanya, tapi Paulus berkata ”Kesudahan
mereka ialah kebinasaan”. Dan
tentu saja kebinasaan yang dibicarakan di sini adalah kebinasaan kekal, mati
kekal, mati yang kedua. Kalau mati yang
pertama itu adalah kematian kodrati, itu dialami semua orang, baik orang saleh
maupun penjahat kakap, semua bakal mati.. Tetapi yang dibicarakan Paulus di
sini adalah kematian kekal. Dan itulah sebabnya
Paulus menangis. Karena orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen ini, orang-orang yang mengira mereka sudah selamat dan kelak
boleh masuk Surga, ternyata kecele, karena ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan”. Mereka
tidak bakal melihat Surga. Mereka malah akan dibakar api dari langit hingga
musnah menjadi abu.
Kalau kita tidak mau
mengalami kesudahan yang seperti itu, sebaiknya kita JANGAN “hidup sebagai
seteru salib Kristus.”
Paulus memberikan resep
bagaimana seharusnya kita, orang-orang Kristen, hidup. Paulus mengingatkan, Karena kewarganegaraan kita
ada di sorga, nah, inilah yang harus
kita sadari. Kewarganegaraan kita ada di Surga, kita hidup di
dunia ini hanya untuk sementara, untuk belajar mensinkronkan diri kita dengan
kondisi Surga sebelum kita tiba di sana. Jangan memfokuskan pandangan kita
kepada perkara-perkara duniawi. Ini bukan tempat kita. Kita hanya
kost sementara saja di dunia. Arahkan fokus kita ke hal-hal surgawi.
Apalagi kata Paulus? “dari situ juga kita menanti-nantikan Sang
Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.”
Dari situ mana? Dari dunia
tapi sementara fokus kita di Surga. Kita belum berada di Surga sekarang, tetapi
kita harus mengarahkan fokus kita ke Surga sudah sejak sekarang. Dan dari sanalah, kita “menanti-nantikan Sang Juruselamat,
Tuhan Yesus Kristus”, karena kita
punya harapan bahwa Yesus Kristus akan kembali menjemput kita ke Surga, itulah
sebabnya kita menantikan kedatanganNya.
Jadi, jika kita tidak
mau termasuk golongan yang ”Kesudahan
mereka ialah kebinasaan”, kita harus mengubah pola hidup kita dan TIDAK “hidup sebagai
seteru salib Kristus.” Sebaliknya kita harus ingat bahwa “kewarganegaraan kita ada
di sorga”, dan target kita
adalah “menanti-nantikan
Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.”
Suatu renungan.
24 08 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar