Sabtu, 04 Februari 2023

141. HIDUP SEBAGAI SETERU SALIB KRISTUS

 

141. HIDUP SEBAGAI SETERU

SALIB KRISTUS

_______________________________________

 Renungan kita kali ini ada di kitab Filipi 3:18-20

3:18         Karena, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus,  yang tentang mereka telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan sekarang kukatakan lagi sambil menangis,

3:19         Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, dan kemuliaan mereka ialah aib mereka, yang mementingkan perkara-perkara duniawi.

3:20         Karena kewarganegaraan kita ada di  sorga, dari situ juga kita menanti-nantikan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus

 

 

Ini adalah tulisan Paulus, bukan tulisanku, jadi jangan menganggap aku yang menghakimi. Aku tidak ikut menghakimi, aku cuma mengutip dari Alkitab. Kalau ada yang merasa dihakimi, ya harus menganggap yang menghakimi adalah Firman Tuhan.

 

Walaupun ayat-ayat ini sangat jelas dan tidak mungkin disalah mengerti, tapi baiklah kita baca bersama supaya pasti tidak terjadi kesalahpahaman.

 

Di ayat 18, Paulus menyatakan kesedihannya, bahkan sampai menangis, karena “BANYAK ORANG YANG HIDUP SEBAGAI SETERU SALIB KRISTUS”

 

Pertama-tama yang harus disadari adalah, Paulus menulis ini tentang orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen, bukan tentang orang-orang atheis atau orang-orang yang bukan Kristen.

Dari mana kita tahu?

Karena Paulus mengatakan mereka itu “hidup sebagai seteru salib Kristus”  Orang atheis dan orang non-Kristen tidak perduli dengan salib Kristus, bahkan mereka mungkin tidak kenal Kristus apalagi salibNya, sudah pasti mereka tidak berpikir untuk hidup selaras dengan salib Kristus.

Jadi di sini Paulus berbicara mengenai orang-orang yang mengenal Kristus dan salibNya, dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang mengaku Kristen, yang seharusnya salib Kristus memiliki makna yang penting bagi mereka. Tetapi, cara hidup mereka justru adalah  “seteru salib Kristus”.

 

Lalu di ayat 19, Paulus sendiri menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan  “hidup sebagai seteru salib Kristus”,  yaitu:

1.     Tuhan mereka adalah perut mereka

2.     Kemuliaan mereka adalah aib mereka

3.     Mereka semata-mata mementingkan perkara-perkara duniawi

Kita bahaslah singkat-singkat saja satu per satu,

 

Apa yang dimaksud Paulus dengan “Tuhan mereka adalah perut mereka”? Jika manusia menuhankan perut, maka dia akan makan apa saja semau hatinya, betul? Fast food, junk food, not food, semua dimasukkan mulutnya dan ke perutnya.  Karena yang nomor satu “disembah” olehnya adalah perutnya sendiri. Dan tidak jarang sampai perutnya membuncit seperti perempuan hamil, dan kemudian muncul segala macam penyakit.

 

Pertanyaan: Mengapa hal ini dianggap “hidup sebagai seteru salib Kristus”? Apakah makan semau hati kita itu salah? Jika dianggap “seteru salib  Kristus” jelas berarti berlawanan dengan salib Kristus, dan pasti sesuatu yang tidak berkenan kepada Tuhan.

 

Pertanyaan: Mengapa  makan bebas dianggap tidak berkenan kepada Tuhan? Karena Tuhan sudah menentukan apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Dan itu daftarnya ada di Imamat pasal 11.

Yang tidak boleh dimakan misalnya adalah daging babi dan semua produk olahannya misalnya dendeng, udang dan semua produk olahannya seperti petis, terasi, krupuk, dll., kepiting, ikan lele, tongkol, patin, pindang, kelinci, dan masih banyak lagi.

Banyak orang Kristen tidak perduli dengan larangan makan yang ditentukan oleh Tuhan ini. Mereka lebih menuhankan perut mereka sendiri daripada mematuhi ketentuan Tuhan. Dan karena selama ini Tuhan tidak segera menegur mereka, mereka menganggapnya oke-oke saja, walaupun sudah tertulis di Firman Tuhan.

 

Ada ayat lain yang ditulis Paulus yang memberikan pedoman bagaimana orang Kristen seharusnya makan, yaitu di 

1 Korintus 10:31

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

 

Jadi, jika orang Kristen makan-minum sembarangan, melanggar ketentuan yang sudah diberikan oleh Tuhan sendiri, itu namanya kita tidak makan atau minum untuk kemuliaan Allah, itu namanya kita menuhankan perut kita sendiri. Termasuk di sini makan segala yang jelas-jelas merusak kesehatan: segala fast food yang cara pengolahannya tidak baik bagi kesehatan; segala junk food yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak baik bagi kesehatan; dan segala no-food yang sesungguhnya bukan makanan, karena itu dari bahan buatan dan bukan bahan makanan alami.

Dan ini, konsekuensinya berat. Nanti kita akan tiba di sana.

 

 

Sekarang kita ke poin nomor 2 dulu. Paulus mengatakan, “kemuliaan mereka adalah aib mereka”, artinya apa yang mereka banggakan, sesungguhnya itu adalah aib atau yang memalukan mereka.

Pertanyaan: Mengapa?

Karena mereka membanggakan logika mereka, pengetahuan mereka, sains mereka, ilmu mereka. Lho memangnya logika, pengetahuan, sains, ilmu, itu jelek? Tidak jelek, jika ~ nih, ada syaratnya ~ jika itu sesuai dengan ajaran Alkitab.

Apa yang ada di Alkitab itu berasal dari Tuhan yang mahatahu.

Sepandai-pandainya manusia, dengan IQ tertinggi pun, itu hanya hasil otak seorang manusia, makhluk yang diciptakan Tuhan. Tentu otak manusia tidak bisa disejajarkan dengan kemahatahuan Tuhan, Khalik alam semesta.  

Bilamana manusia lebih mengandalkan otaknya sendiri di atas Tuhan, dan merasa dia lebih tahu dan lebih benar daripada Allah yang menciptakannya, di sanalah aibnya.

 

Kita lihat beberapa contoh:

v   Banyak orang Kristen yang lebih mendahulukan ajaran dunia daripada ajaran Firman Tuhan.

Banyak dari mereka juga lebih kenal dan lebih mematuhi ajaran dunia daripada Firman Tuhan. Tuhan berkata, takut kepada Tuhan adalah awal hikmat. (Mazmur 111:10)

v   Dunia mengajarkan bahwa manusia yang hebat adalah manusia yang percaya kepada dirinya sendiri, bahwa dia adalah tuan/majikannya sendiri.

Tuhan mengajarkan, manusia yang berkenan kepada Tuhan adalah manusia yang berserah sepenuhnya kepada Tuhan.

v   Dunia mengajarkan bahwa manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri, bisa mencapai Surga sendiri dengan amalnya, dengan baktinya, dengan kebaikannya dan upayanya sendiri.

Tapi Tuhan mengajarkan, keselamatan hanya ada di dalam Kristus, tidak ada satu manusia pun yang bisa mencapai Surga dengan upayanya sendiri. Keselamatan itu pemberian, bukan upah atau pahala.

 

Jadi segala yang dibanggakan manusia, reputasinya, pendidikannya, ilmunya, hartanya, silsilahnya, keberhasilannya, apa pun itu, tidak ada harganya jika itu menghalangi dia bisa tetap selamat, dan menyebabkan dia justru merasa tidak membutuhkan Tuhan karena dia sudah bisa menjadi Tuhannya sendiri. Ini termasuk “hidup sebagai seteru salib Kristus.”

 

Yesus berkata, dan ini dicatat di Matius 16:26  

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat ditukarnya sebagai ganti nyawanya?

 

 

Marilah kita ke poin nomor 3 yaitu “Mereka mementingkan perkara- perkara duniawi.”

Apakah perkara duniawi itu salah? Tidak. Karena kita hidup di dunia, kita tetap masih terlibat perkara- perkara duniawi. Bagi yang masih sekolah kita masih terlibat pelajaran kita, bagi yang sudah bekerja kita harus terlibat pekerjaan kita, bagi ibu-ibu rumah tangga, mereka harus mengatur keluarga mereka, tidak ada yang salah. Itu bagian dari kehidupan kita sebagai manusia.

 

Pertanyaan: Lalu yang salah di mana?

Yang salah adalah kata “mementingkan”. Jika kita hanya mementingkan perkara duniawi, dan tidak mementingkan perkara rohani, maka itu termasuk “hidup sebagai seteru salib Kristus.”

 

Contohnya, tentang pemeliharaan hari ketujuh sebagai hari perhentian (sabat) Tuhan. Jelas ini merupakan salah satu perintah dari 10 Perintah Tuhan yang ditulis jari Tuhan, tetapi mayoritas orang Kristen melanggar ini karena apa? Karena lebih berat kepada dunia! Karena mayoritas Kristen tidak mau mendedikasikan 24 jam penuh pada setiap hari Sabat (dari Jumat magrib hingga Sabtu magrib) hanya kepada Tuhan!  Mereka tidak mau mengorbankan bisnis mereka, pekerjaan mereka, kesibukan mereka, hobi mereka, selama 24 jam setiap Sabat dan mempersembahkan waktu itu kepada Tuhan. Yah, 1-2 jam atau bahkan 3-4 jam okelah, tapi masa 24 jam penuh, selama waktu itu sama sekali tidak boleh melakukan apa-apa untuk kesenangan diri sendiri? Padahal kalau harus menutup bisnis satu hari itu rugi berapa? Berat kepada dunia. Dunia lebih menarik. Tawarannya banyak.

 

Sekarang coba kita lihat bagian awal ayat 19, di sana Paulus memberikan alasannya mengapa dia sampai menangis. Apa kata Paulus? ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan”  Wow!  Jadi bukan main-main! Bukan hanya kena slentik telinganya atau kena keplak kepalanya, tapi Paulus berkata ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan”.  Dan tentu saja kebinasaan yang dibicarakan di sini adalah kebinasaan kekal, mati kekal, mati yang kedua.  Kalau mati yang pertama itu adalah kematian kodrati, itu dialami semua orang, baik orang saleh maupun penjahat kakap, semua bakal mati.. Tetapi yang dibicarakan Paulus di sini adalah kematian kekal. Dan itulah sebabnya Paulus menangis. Karena orang-orang yang mengaku sebagai orang Kristen ini, orang-orang yang mengira mereka sudah selamat dan kelak boleh masuk Surga, ternyata kecele, karena ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan”. Mereka tidak bakal melihat Surga. Mereka malah akan dibakar api dari langit hingga musnah menjadi abu.

 

 

Kalau kita tidak mau mengalami kesudahan yang seperti itu, sebaiknya kita JANGAN “hidup sebagai seteru salib Kristus.”

Paulus memberikan resep bagaimana seharusnya kita, orang-orang Kristen, hidup. Paulus mengingatkan, Karena kewarganegaraan kita ada di  sorga, nah, inilah yang harus kita sadari. Kewarganegaraan kita ada di Surga, kita hidup di dunia ini hanya untuk sementara, untuk belajar mensinkronkan diri kita dengan kondisi Surga sebelum kita tiba di sana. Jangan memfokuskan pandangan kita kepada perkara-perkara duniawi. Ini bukan tempat kita. Kita hanya kost sementara saja di dunia. Arahkan fokus kita ke hal-hal surgawi.

 

 

Apalagi kata Paulus?  “dari situ juga kita menanti-nantikan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.”

Dari situ mana? Dari dunia tapi sementara fokus kita di Surga. Kita belum berada di Surga sekarang, tetapi kita harus mengarahkan fokus kita ke Surga sudah sejak sekarang. Dan dari sanalah, kita  menanti-nantikan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus”, karena kita punya harapan bahwa Yesus Kristus akan kembali menjemput kita ke Surga, itulah sebabnya kita menantikan kedatanganNya.

 

 

Jadi, jika kita tidak mau termasuk golongan yang  ”Kesudahan mereka ialah kebinasaan”, kita harus mengubah pola hidup kita dan TIDAK “hidup sebagai seteru salib Kristus.” Sebaliknya kita harus ingat bahwa  kewarganegaraan kita ada di  sorga”, dan target kita adalah menanti-nantikan Sang Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus.”

 

Suatu renungan.

 

 

 

24 08 14

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar