Senin, 24 Mei 2021

203. MAKNA PARABEL ORANG SAMARIA

 

203. MAKNA PARABEL ORANG SAMARIA

______________________________________________________________________________________________________

 

 

Kita semua tentunya sudah tidak asing dengan parabel/perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik.

Tapi ternyata parabel itu mengandung lebih banyak makna daripada apa yang biasanya kita peroleh di permukaannya saja. Parabel ini bukan hanya mengajarkan bahwa pengikut Kristus itu harus ringan tangan menolong orang lain, tapi lebih dari itu.

 

Mari kita lihat ayat-ayatnya. Terjemahannya disesuaikan dengan terjemahan KJV. Kita akan mengupasnya satu per satu.

 

 

Lukas 10

10:30       Jawab Yesus, Seseorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang merampok semua pakaiannya, dan melukainya, dan pergi, meninggalkannya setengah mati.

ü  Kata “seseorang”

menandakan bahwa ini bisa siapa saja, tua muda, miskin kaya, pintar bodoh. Tetapi yang pasti orang ini orang Yahudi, melambangkan orang percaya, orang yang kenal Tuhan, umat Allah, karena dia datang dari Yerusalem. Orang yang bukan umat Allah tidak ke Yerusalem. Tapi kita akan lihat bahwa walaupun ini orang percaya, umat Allah, tapi kerohaniannya sedang merosot saat itu.

 

ü  “turun dari Yerusalem”

Di dalam Kitab Suci selalu kalau pergi ke Yerusalem itu istilahnya “naik ke Yerusalem” sedangkan sebaliknya kalau meninggalkan Yerusalem itu istilahnya “turun dari Yerusalem”. Ini dikarenakan secara geografis Yerusalem memang terletak di atas bukit.

Tetapi ada makna spiritual yang lebih mendalam. Yerusalem pada waktu itu adalah rumah Tuhan. Ini di zaman sebelum Yesus mati di salib pada waktu Bait Suci masih disebut Yesus “RumahKu” (Matius 21:13). Karena pada waktu itu Yerusalem identik dengan rumah Tuhan, maka semua yang menuju ke Yerusalem identik dengan bergerak naik menuju hadirat Tuhan. Sebaliknya yang meninggalkan Yerusalem identik dengan turun kembali ke dunia.

Perlu dicatat, setelah salib, Bait Suci di Yerusalem sudah bukan rumah Tuhan lagi. Yesus sendiri yang mengatakannya,

Matius 23:38

Lihatlah! Rumahmu ini telah ditinggalkan kepadamu terlantar.  

Jadi sekarang puing-puing sisa Bait Suci Yerusalem sudah bukan Bait Allah lagi. Sudah tidak ada Bait Allah yang terbuat dari batu bata. Sekarang Bait Allah yang di dunia adalah umatNya, kita inilah Bait Allah, karena itu tubuh dan mental kita harus kita pelihara baik-baik, karena kita adalah Bait Allah, Allah tinggal di dalam kita.

 

ü  “ke Yerikho”

Yerikho adalah kota yang terkutuk, kota yang pertama ditaklukkan Israel untuk bisa masuk ke Kanaan. Penaklukannya luar biasa, temboknya diruntuhkan Allah. Jadi Yerikho adalah simbol yang berlawanan dengan Yerusalem, tempat yang penuh kekejian, penyembahan berhala, keduniawian, yang bertolakbelakang dengan Yerusalem.

Yerikho dikutuk Allah melalui Yosua,

Yosua 6:26

Pada waktu itu Yosua bersumpah atas mereka, katanya, ‘Terkutuklah di hadapan TUHAN orang yang bangkit dan membangun kembali kota Yerikho ini; ia akan meletakkan fondasinya dengan anaknya yang sulung dan di atas anaknya yang bungsu ia akan memasang pintu gerbangnya!"   

Jadi siapa yang berani membangun kembali kota Yerikho ini, harus membayar mahal, yaitu dengan nyawa anak-anaknya. Ajaib bukan, padahal sudah ada kutukannya, namun masih ada yang berani menantang Allah dan berani membangun lagi Yerikho.  Ini digenapi di zaman raja Ahab. Mari kita baca,

1 Raja 16:34

Pada zamannya, Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Ia meletakkan dasar kota itu pada Abiram anaknya yang sulung, dan memasang pintu gerbangnya pada anaknya yang bungsu Segub, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya melalui Yosua bin Nun.

 

ü  “Seseorang turun dari Yerusalem ke Yerikho”

Jadi ini menggambarkan orang yang turun dari Yerusalem, dari hubungan yang dekat dengan Allah, menuju ke Yerikho, tempat yang jauh dari Allah, tempat yang dikutuk. Artinya orang ini kerohaniannya sedang menurun, merosot. Dia meninggalkan hubungannya yang dekat dengan Allah, turun ke dunia yang jauh dari Allah. Banyak orang yang tanpa menyadari sudah “turun dari Yerusalem ke Yerikho”, karena kesedihan, karena kesibukan, bahkan karena kesuksesan dan kesenangan dunia. Tiba-tiba dia sudah tidak melihat Tuhan lagi, cahaya dunia telah menariknya, atau kekelaman hatinya sendiri telah menutupi pandangannya, sehingga selangkah demi selangkah dia semakin jauh meninggalkan Tuhan.

 

ü  “ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun”

Siapa yang dilambangkan “penyamun”? Iblis. Jika kerohanian kita sedang menurun, jika kita tidak bisa melihat Tuhan, jika yang ada di depan mata kita hanya masalah-masalah dunia, maka kita mudah sekali jatuh ke tangan Iblis.

Seandainya orang ini tidak turun ke Yerikho, seandainya dia tetap di Yerusalem, dia tidak akan jatuh ke tangan penyamun. Seringkali kita sendiri yang memberi Setan kesempatan untuk menjatuhkan kita.

 

ü  “merampok semua pakaiannya”

Ingat jubah kebenaran Kristus? Pada waktu kita mengakui dan bertobat dari dosa kita, dan kita menerima Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, kita diberi Jubah Kebenaran Kristus, sehingga segala cacat dan kecemaran kita tertutup Jubah Kebenaran Kristus dan kita dibenarkan di hadapan Allah. Inilah pembenaran oleh iman. Kita sendiri tidak punya kebenaran. Kita dibenarkan oleh Kristus, dan kita mendapat jubah KebenaranNya.

Tetapi “penyamun” telah “merampok semua pakaian” orang ini, artinya dia telanjang! Dia kehilangan Jubah Kebenaran Kristus. Artinya dia jatuh kembali ke dalam dosa dan sepertinya tidak tersisa apa pun yang baik padanya.

Jangan lupa, Jubah Kebenaran Kristus itu bisa kotor, bisa hilang. Kalau kotor kita masih bisa membasuhnya dalam darah Kristus. Kata Yesus,

Wahyu 22:14

Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.

 

Wahyu 7:14

Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”

Tapi kalau jubah itu hilang bagaimana? Apa yang mau dicuci?

Ingat Jemaat Laodekia, apa kata Yesus, mereka “miskin, buta, telanjang” (Wahyu 3:17), mereka sama dengan orang yang dirampok ini, jubah kebenarannya sudah hilang, mereka telanjang. Orang itu sudah tidak tahu bagaimana caranya bertobat, sudah sama sekali melepaskan Tuhan.

Tahukah kita bahwa kejatuhan yang parah ini bukan saja bisa terjadi pada seorang penjahat besar yang membunuh banyak orang, melainkan juga bisa terjadi pada orang yang menganggap dirinya sudah sangat suci, orang dengan kesombongan rohani yang merasa dia sudah sukses mencapai Surga dengan usahanya sendiri? Di zaman Yesus ada orang-orang Farisi, para ahli Taurat yang merasa dirinya sudah super hebat dalam Hukum Allah, mereka tidak membutuhkan Kristus lagi. Kerjanya hanya menyombongkan kerohaniannya sendiri.  Di zaman jemaat Laodekia juga banyak orang yang menganggap mereka sudah bisa mencapai Surga karena mereka sudah rajin ke gereja, rajin pelayanan, rajin menghakimi orang, tapi sama sekali tidak memiliki tabiat Kristus. Jika kita tidak merasa kita berdosa, kita tidak akan minta ampun untuk dosa itu, dan itulah yang menjerumuskan.

 

ü  “melukainya, dan pergi, meninggalkannya setengah mati.”

Jadi orang ini dalam kondisi tidak berdaya, sudah setengah mati, tidak bisa mengangkat tubuhnya sendiri, tidak bisa menolong dirinya sendiri. Tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Apakah dalam kondisi setengah mati setengah sadar dia menyadari dia membutuhkan pertolongan? Jika dia sadar dia membutuhkan pertolongan, maka itu adalah langkah pertama untuk penyelamatannya. Barangkali di dalam kondisi setengah sadarnya dia memohon pertolongan Tuhan?  Barangkali dia menyadari dia sudah berdosa dan ingin memohon ampun?

Seringkali kita harus mendapat shock treatment untuk menyadarkan kita. Berbahagialah mereka yang selalu sadar dan tidak menunggu harus mendapat sengatan listrik tegangan tinggi dulu baru ingat bahwa kita telah meninggalkan Tuhan.

 

 

10:31       Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; dan ketika ia melihat orang itu, ia lewat mengambil seberang jalan.

ü  “Kebetulan”

Pada Tuhan tidak ada yang “kebetulan”, Tuhan Mahatahu, Dia tahu di mana ada manusia yang membutuhkan pertolonganNya. Tuhan selalu bertindak dengan tujuan. Lewatnya imam ini sama sekali tidak bermanfaat bagi orang yang terluka itu. Jadi sebetulnya tidak ada yang kebetulan baginya.

 

ü  “seorang imam turun melalui jalan itu”

Nah, imam ini sendiri juga “turun dari Yerusalem”. Imam mestinya kita harapkan selalu dekat dengan Allah, tapi imam ini kerohaniannya juga sedang merosot. Dia turun dari hubungannya dengan Tuhan.

Dan imam ini juga melewati jalan yang apa? Menuju ke Yerikho! Karena itu jalan yang ke Yerikho. Tidak dikatakan bahwa tujuan imam ini mau ke Yerikho, tapi nyatanya dia berjalan di jalan yang menuju ke Yerikho. Apakah ada imam-imam, hamba-hamba Allah yang tidak sadar bahwa mereka sedang menapak di jalan yang akan membawa mereka ke Yerikho, ke tempat yang seharusnya tidak mereka datangi?

 

ü  “ketika ia melihat orang itu, ia lewat mengambil seberang jalan.”

Tindakan ini membuktikan betapa si imam sudah merosot kerohaniannya. Dari jauh dia melihat ada orang tergeletak di jalan, mungkin terluka, yang pasti sedang tidak berdaya, telanjang, bukannya segera dihampiri, ditolong, tetapi dihindari, malah dia menyeberang ke sisi jalan yang lain supaya tidak usah berjalan tepat di samping orang yang terluka itu. Ini Imam yang mempersembahkan kurban! Kemungkinan terjelek hatinya kejam, melihat orang terkapar tidak berdaya, tidak punya belas kasihan. Kemungkinan yang lebih baik, ini orang egois, tidak mau direpotkan dengan yang bukan uursannya. Itu orang toh tidak dikenalnya, jadi tidak mau cari perkara, lebih baik menghindar. Biar orang lain saja yang menolongnya nanti. Adakah imam-imam yang begini sekarang?

Lihat, satu kali orang sudah turun dari Yerusalem, turun dari hubunganya dengan Allah, maka berikutnya yang akan terjadi adalah semakin lama rohaninya semakin merosot.

 

 

10:32       Dan demikian juga seorang Lewi, ketika ia ada di tempat itu, datang dan melihat orang itu, dan ia mengambil seberang jalan.

ü  “juga seorang Lewi”

Berikutnya seorang Lewi. Dia bukan imam tetapi dia orang Lewi, dan orang Lewi adalah mereka yang pekerjaannya melayani di Bait Suci. Berarti ini orang yang seharusnya punya kedekatan khusus dengan Bait Suci dan Tuhan. Melambangkan orang-orang yang sibuk pelayanan di gereja.

 

ü  “ketika ia ada di tempat itu”

Ngapain dia ada di tempat itu? Berarti dia juga turun dari Yerusalem sama seperti imam sebelumnya. Dan dia juga berada di jalan yang menuju Yerikho. Berarti kondisinya tidak beda banyak dengan si imam, sama-sama menuju Yerikho. Kerohaniannya juga merosot.

 

ü  “datang dan melihat orang itu”

Nah, orang Lewi ini sedikit lebih baik daripada si imam, dia datang mendekat dan melihat orang itu. Mungkin dia mau memastikan itu bukan orang yang dikenalnya. Tapi apa yang terjadi setelah dia melihat orang itu? Ternyata itu bukan temannya, bukan keluarganya, bukan orang yang dikenalnya.

 

ü  “dan ia mengambil seberang jalan.”

Orang Lewi ini berbuat yang sama seperti si imam. Dia mencuci tangan, tidak mau repot, itu bukan urusannya. Dan hatinya tidak merasa iba melihat orang yang setengah mati itu. Si imam hanya melihat dari jauh, mungkin tidak melihat luka-luka orang itu dengan jelas, tapi orang Lewi ini melihat dari dekat, dan dia melihat kalau orang tersebut terluka, dan dalam kondisi setengah mati, tapi dia tetap tega meninggalkannya karena orang ini bukan sanak saudaranya. Ini melambangkan manusia yang tidak mengasihi sesamanya, tidak kenal maka tidak sayang.

 

 

10:33       Tetapi seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, datang ke mana ia berada; dan ketika ia melihat orang itu, ia berbelas kasihan padanya.

ü  “seorang Samaria”

Bagi orang Yahudi, orang Samaria itu tidak dipadang sebelah mata, dianggap hina, dibenci, dianggap pengkhianat, disebut dengan segala sebutan yang merendahkan. Orang Yahudi sebisa-bisanya tidak mau berbicara dengan orang Samaria. Mereka tidak boleh masuk ke Bait Suci Yerusalem, jadi mereka punya tempat ibadah sendiri di Gunung Gerizim, atau Jebel et-Tor. Karena itu orang Samaria ini tidak dikatakan turun dari Yerusalem.

 

ü  “sedang dalam perjalanan datang ke mana ia berada”

Berarti orang Samaria ini punya tujuan, punya misi. Ayat ini hebat sekali. Orang Samaria ini memang sengaja datang ke sana. Dia bukan kebetulan lewat seperti si imam dan orang Lewi. Dia sengaja datang ke sana. Mengapa? Karena dia datang ke sana dengan misi untuk menolong orang yang kena rampok itu.

Bagaimana dia bisa tahu ada orang yang kena rampok di situ? Karena orang Samaria ini melambangkan Yesus Kristus. Messias yang ditolak orang Yahudi, yang dihina, yang dibenci mereka. Tapi Dia toh datang karena Dia punya misi untuk menyelamatkan mereka.

 

ü  “dan ketika ia melihat orang itu, ia berbelas kasihan padanya”

Berapa kali Alkitab mencatat bahwa Yesus berbelas kasihan kepada manusia? Tidak perduli bagaimana kondisi kita, Dia berbelas kasihan pada kita dan Dia akan menolong kita supaya kita jangan binasa.

 

 

10:34       Dan pergi kepadanya, dan membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur, dan menaikkan orang itu ke atas hewannya sendiri, dan membawanya ke tempat penginapan, dan merawatnya.

ü  “pergi kepadanya”

Yesus yang datang kepada kita. Pada waktu kita tersesat tidak tahu harus ke mana, tidak tahu bagaimana kita bisa selamat dari masalah yang sedang menenggelamkan kita. Dan Yesus yang melihat kondisi kita yang memprihatinkan, Dia datang untuk menolong kita.

 

ü  “membalut luka-lukanya, menyiraminya dengan minyak dan anggur”

Wow! Jadi orang Samaria itu, Yesus, membalut luka-luka orang yang kena rampok. Yesus bukan hanya peduli dengan pemulihan rohani. Pemulihan fisik juga dilakukannya, aliran darah perlu dihentikan, luka perlu dibalut supaya tidak infeksi.

Kemudian dia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kedua item ini melambangkan apa? Minyak melambangkan Roh Kudus. Anggur melambangkan doktrin/ajaran. Orang yang sudah tersesat, sudah telanjang, kehilangan Jubah Kebenarannya, perlu mengalami pembaruan dalam hidupnya. Dia perlu diberi doktrin/ajaran tentang kebenaran, dan Roh Kudus untuk membawanya kepada pertobatan, dan hidup baru. Jadi Yesus bukan hanya mengobati luka fisiknya tetapi juga luka batinnya.

 

ü  “dan menaikkan orang itu ke atas hewannya sendiri”

Jadi orang yang terluka dinaikkan ke atas hewannya sendiri, orang Samaria itu memakai sarana yang dimilikinya sendiri, tidak memakai sarana orang lain. Yesus Kristus menyelamatkan manusia dengan saranaNya sendiri, dengan darahnya sendiri. Dia sendiri yang memikul dosa manusia, tidak disubkontrakkanNya kepada orang lain.

 

ü  “membawanya ke tempat penginapan, dan merawatnya.”

Apa kira-kira yang dilambangkan oleh “penginapan”? Tempat di mana orang bisa mendapatkan makanan dan minuman. Makanan rohani? Firman Allah. Minuman rohani? Air kehidupan dari Yesus.  Jadi orang yang terluka secara jasmani dan rohani dibawa Yesus ke gereja di mana dia bisa mendapatkan makanan Firman Allah dan air kehidupan dari Yesus, dan dirawat di sana. Penginapan tentunya berarti orang itu akan dirawat di sana cukup lama, bukan setelah diberi makan lalu disuruh pergi. Orang-orang yang tersesat, yang punya luka batin, yang dibawa ke gereja, tentunya harus dirawat selama waktu yang dibutuhkan, diberi makanan Firman Allah dan minum air kehidupan Yesus, hingga luka-luka batin mereka sembuh.

 

 

10:35       Dan  keesokan harinya ketika ia berangkat, ia mengeluarkan dua dinar, dan memberikannya kepada tuan rumah, dan berkata kepadanya, ‘Rawatlah dia, dan apa pun yang kaubelanjakan lebih dari ini, waktu aku kembali, aku akan menggantinya.’

 

ü  “keesokan harinya ketika ia berangkat”

Jadi orang Samaria itu tidak menunggui orang yang telah diselamatkannya di penginapan. Keesokan harinya dia sudah berangkat. Yesus juga tidak tinggal lama di dunia setelah menyelamatkan manusia. Dia kembali ke Surga dan menyerahkan pemeliharaan umatNya kepada rasul-rasulNya, yang adalah gereja apostolik yang pertama.

 

ü  “ia mengeluarkan dua dinar, dan memberikannya kepada tuan rumah”

Ini ayat yang penting. Mengapa harus dua dinar? Mengapa bukan satu dinar, atau tiga dinar, atau empat dinar? Tentunya Yesus tidak asal bicara. Semua parabel/perumpamaan yang diberikanNya, itu punya arti ganda, untuk mengajarkan doktrin kepada pengikut-pengikutNya, dan mengandung aplikasi atau informasi untuk akhir zaman.

Satu dinar adalah upah pekerja untuk satu hari kerja. Di sini ada dua dinar, berarti Yesus bicara tentang upah dua hari kerja. Bila kita bicara nubuat, 1 hari nubuat = 1 tahun literal. Tapi di sini bukan nubuatan melainkan parabel/perumpamaan.

2 Petrus 3:8

Akan tetapi, saudara-saudaraku yang terkasih, jangan lupa satu hal ini, bahwa pada Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun, dan seribu tahun sama seperti satu hari.”

Maka bila kita memakai parameter 1 hari = 1000 tahun literal. Berarti di sini bicara tentang 2000 tahun.

Orang Samaria itu yang melambangkan Yesus, memberikan kepada tuan rumah penginapan itu, yang melambangkan gereja, 2 dinar atau dua hari kerja, yang bisa diartikan waktu 2000 tahun. Untuk apa? Untuk merawat orang yang diselamatkan Yesus. Jadi gereja diberi waktu 2000 tahun untuk merawat semua orang yang telah diselamatkan Yesus sampai Yesus datang lagi, karena Dia akan datang lagi. Di perumpamaan ini pun dikatakan begitu.

 

ü  “berkata kepadanya, ‘Rawatlah dia, dan apa pun yang kaubelanjakan lebih dari ini, waktu aku kembali, aku akan menggantinya.’”

Orang Samaria itu berjanji untuk kembali. Yesus berjanji untuk kembali. Dan kembalinya itu dikaitkan dengan uang yang 2 dinar, karena Dia akan membuat perhitungan pada waktu Dia kembali. Jika tuan rumah penginapan itu memakai lebih untuk merawat orang yang terluka, orang Samaria itu akan menggantinya. Berarti kembalinya Yesus itu dikaitan dengan waktu 2000 tahun yang diberikannya kepada “tuan rumah penginapan” yaitu gereja. Dan bila orang Samaria itu kembali, dia akan membuat perhitungan dengan tuan pemilik penginapan itu. Jadi dia akan minta pertanggungjawaban dari tuan pemilik penginapan itu. Yesus akan minta pertanggungjawaban gereja atas jiwa-jiwa yang dititipkan mereka.

 

Pertanyaan: Sudah sejak berapa lama orang Samaria itu meninggalkan orang yang terluka di penginapan dan pergi? Sudah berapa lama Yesus kembali ke Surga? Dari sejarah kita tahu Yesus mati, bangkit, dan kembali ke Surga itu tahun 31AD. Nah, di sini ada 2000 tahun, tapi kita tidak tahu apakah angka 2000 itu bulat, ataukah itu kurang beberapa tahun atau lebih beberapa tahun. Tidak ada yang tahu kapan persisnya Yesus akan kembali, karena Tuhan memang tidak memberikan tanggalnya yang persis kepada manusia. Tapi kita tahu bahwa waktunya tidak mungkin terlalu lama lagi.

 

 

10:36       Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?

ü  Yesus sudah memberikan aplikasi akhir zamannya,

sekarang Yesus menyampaikan doktrinnya. Apa yang mau diajarkan Yesus dengan parabel ini? Menjadi manusia yang peduli kepada sesama, yang mengasihi sesama, karena jika kita tidak mengasihi sesama manusia yang bisa kita lihat, bagaimana kita bisa berkata bahwa kita mengasihi Allah yang tidak kita lihat?

 

 

10:37       Jawab orang itu, ‘Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.’ Lalu kata Yesus kepadanya, ‘Pergilah, dan perbuatlah sama demikian!’

ü  Dan perintah langsung dari Yesus, “Pergilah, dan perbuatlah sama demikian!”

Yesus sudah memberikan teladan dalam contoh tindakan orang Samaria itu, yang melambangkan DiriNya. Dan semua orang yang mengaku pengikutNya, wajib mengikuti teladanNya.

1 Yohanes 2:6

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

 

Jadi jika kita tidak hanya memperhatikan doktrin yang terdapat di dalam parabel-parabel Yesus tetapi juga melihat aplikasinya untuk akhir zaman, kita akan mendapatkan banyak informasi.

Semoga bermanfaat.

 

 

05 2021

 

2 komentar:

  1. Apakah ini terjemahan dari Pastor Doug juga atau gimana Tan? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku pernah mendengarkan pelajaran dari Walter Veith dan Stephen Bohr ttg topik ini, tapi ini bukan terjemahan melainkan rangkumanku sendiri.

      Hapus