204. BENDAHARA YANG CERDIK
________________________________________________________________________________________________________
Siapa
yang pernah bingung dengan Lukas 16:1-9? Saya dulu bingung. Tetapi kemudian
setelah mendengar pembahasan beberapa pakar Alkitab tentang topik ini, ternyata
ini masuk akal bila kita letakkan pada fokus yang benar.
Mari
kita lihat:
Lukas 16
16:1
Dan Yesus juga berkata kepada murid-murid-Nya: Ada seorang kaya yang mempunyai
seorang bendahara. Dan suatu tuduhan disampaikan
kepadanya, bahwa bendahara itu menghamburkan barang-barangnya.
16:2
Lalu ia memanggil bendahara itu
dan berkata kepadanya, ‘Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah
pertanggungan jawab atas pekerjaanmu, sebab
engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.’
16:3
Lalu
kata bendahara itu di dalam hatinya, ‘Apa yang harus aku perbuat? Karena tuanku akan
memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak bisa, mengemis aku malu.
16:4
Aku telah
memutuskan apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari
jabatanku sebagai bendahara, mereka mungkin mau
menampung aku di rumah mereka.’
16:5
Lalu ia memanggil setiap orang yang berutang kepada tuannya, dan berkata kepada yang pertama, ‘Berapakah
utangmu kepada tuanku?’
16:6
Dan
orang itu berkata, ‘Seratus takaran minyak.’ Lalu katanya kepada orang itu,
‘Ambillah surat utangmu, duduklah cepat-cepat, dan tulislah
lima puluh.’
16:7
Kemudian ia berkata kepada yang lain, ‘Dan berapakah utangmu?’ Jawab orang itu,
‘Seratus takaran gandum.’ Dan katanya kepada orang itu, ‘Ambillah surat utangmu, dan tulislah delapan puluh.
16: 8 Lalu
tuan itu memuji bendahara
yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik bertransaksi di dunianya daripada anak-anak
terang.
16:9
Dan Aku berkata kepadamu: ‘Jalinlah
pertemanan dengan menggunakan harta
duniawimu, supaya jika hartamu lenyap, mereka akan menerimamu di kemah abadi.’
Yang
pertama harus kita sadari ialah ini suatu perumpamaan,
suatu parabel yang diceritakan Yesus. Dan kita tahu Yesus sering memakai contoh
yang ekstrem untuk menyampaikan maksudnya. Jadi jangan heran bila kita
menjumpai kondisi yang absurd di sini.
Yang
kedua, kita harus mencari dulu, Yesus bicara kepada siapa. Di ayat 1 kita
melihat bahwa Yesus sedang bicara kepada murid-muridNya, tapi bukan hanya
mereka yang sedang mendengarkan.
Di
ayat 14
kita lihat:
Nah, orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, juga
mendengar semua ini, dan mereka mencemoohkan Dia.
Nah, karena juga ada orang-orang
Farisi, maka tidak heran bahwa Yesus sedang menyindir mereka.
Dan karena mereka mencintai uang, maka khusus Yesus bicara tentang uang karena
itu bisa dimengerti oleh mereka.
Tapi sebenarnya ini perumpamaan tentang
apa?
Seorang kasir yang tidak jujur,
ketahuan, dilaporkan kepada bosnya, dan sedang dalam proses akan dihakimi oleh
bosnya. Bosnya sudah mengatakan ada kemungkinan dia akan dipecat. Lalu sebelum
kasir ini dihakimi, dia cepat-cepat mengontak langganan-langganan bosnya dan
me-markdown pembelian mereka.
Tujuannya, supaya kalau dia benar-benar dipecat, langganan-langganan bosnya ini
ada yang mau menampungnya karena sudah berutang budi padanya. Sampai di sini
tidak ada yang aneh. Banyak kejadian seperti ini di dunia sehari-hari.
Apa yang aneh?
Ayat 8
Lalu tuan itu memuji
bendahara yang tidak jujur itu…
Aneh
kan? Si bos bukannya marah dia dirugikan, malah memuji kelicikan si kasir ini.
Mengapa?
Nah,
karena perumpamaan ini sebenarnya bukan
tentang kejujuran seorang kasir.
Kristus tidak punya urusan dengan berdagang atau jual-beli. Ini adalah perumpamaan tentang Kerajaan Surga.
Si kasir ini dulunya selalu mementingkan kantongnya sendiri.
Dia menilep uang dan barang bosnya untuk keuntungannya sendiri. Sampai ketahuan.
Tapi
begitu dia tahu dia akan dipecat, dia mulai membagikan keuntungan itu kepada
pihak ketiga, tidak lagi hanya ingat dirinya sendiri. Dengan kata lain si kasir ini berinvestasi pada pihak ketiga. Supaya saat dia dipecat, apa yang sudah
diinvestasikannya akan menolongnya. Inilah inti perumpamaan tersebut.
Ayat 9 menjelaskan maksud perumpamaan yang diberikan Kristus
ini.
Jalinlah pertemanan dengan menggunakan
harta duniawimu, supaya jika hartamu lenyap,
mereka akan menerimamu di kemah abadi.
Dengan
ini Kristus mau menanamkan konsep bahwa apa yang ada di dunia
ini tidak kekal. Apa yang
kita miliki itu tidak kekal. Bisa diambil. Kalau sudah diambil, maka kita akan
kehilangan semuanya.
Tetapi
jika kita berinvestasi pada orang lain, memberikan keuntungan
kepada orang lain ~ dalam hal ini jelas bukan materi duniawi
melainkan apa? Keuntungan rohani ~ maka jika
kita membagikan keuntungan rohani kepada orang lain, itu sama seperti kita
berinvestasi di Kerajaan Allah. Suatu hari bila
semua milik kita di dunia ini lenyap, maka kita masih punya investasi di
Kerajaan Allah, kita masih diterima “di kemah abadi".
Kristus
berkata demikian demi pendengar-pendengarnya yang kelompok Farisi. Orang-orang
Farisi menganggap diri mereka
pengikut Allah yang paling hebat, paling bagus, mereka tidak pandang sebelah
mata kepada orang-orang lain, jelas mereka tidak pernah “membagikan keuntungan rohani” kepada orang
lain. Mereka justru membuat mengikuti Allah sedemikian sulitnya
dengan menambah-nambahi peraturan Tuhan dengan peraturan-peraturan mereka yang
berlipat ganda jumlahnya untuk memukul mundur orang lain. Mereka bersikap ekslusif, seolah-olah Surga
hanya milik mereka, orang lain tidak layak.
Mereka tidak punya investasi di Surga.
Karena
itu Krisus di sini berkata, bagikanlah keuntungan rohani
yang sudah kamu nikmati, yang sudah kamu tahu, kepada orang lain yang belum
tahu, supaya orang lain juga mendapatkan manfaatnya. Jangan disimpan sendiri.
Karena suatu hari semua yang kamu miliki itu akan hilang, dan jika kamu sudah
membagikan keuntungan rohani kepada orang lain, kamu masih punya
investasi di Surga, walaupun semua milikmu di dunia lenyap, dan kamu
punya tempat dalam kerajaan Allah.
Jadi ayat 8 yang mengatakan bahwa si
bos memuji kasirnya, itu bukan perbuatan tidak
jujurnya yang dipuji, bukan
tindakan me-markdown jualan bosnya, melainkan
akalnya untuk berinvestasi dalam orang lain.
Dan bahwa ini berkaitan dengan hal
rohani sudah nyata di ayat 9, di mana dikatakan “mereka akan menerimamu di kemah abadi" atau
di Kerajaan Allah.
Bila
kita lanjutkan membaca ayat 10-12, kita melihat Yesus menegaskan bahwa Dia
tidak membenarkan ketidakjujuran, melainkan kejujuran itu sangat penting. Ini
supaya jangan ada yang salah paham menganggap perbuatan si kasir yang me-markdown dagangan bosnya sebagai
tindakan yang dipuji.
16:10
Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa
tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar.
16:11
Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam
hal Mamon yang tidak benar (= hal-hal duniawi),
siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
16:12
Dan jikalau kamu tidak setia dalam
harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
Jadi
jelas bahwa Yesus menghendaki kita jujur dan setia dalam perkara yang kecil dan
perkara yang besar, dalam hal-hal duniawi dan dalam hal surgawi, dalam
kepunyaan orang lain dan dalam kepunyaan kita sendiri.
Jadi
kebenaran Tuhan yang kita ketahui jangan hanya kita
simpan untuk diri sendiri, hanya untuk keuntungan pribadi. Biarlah
orang lain juga bisa mendapatkan manfaatnya. Berbeda dengan pandangan dunia yang
mengatakan, urusan agama itu urusan pribadi, jangan bicara tentang agama dengan
orang lain. Nah, itu pandangan dunia. Tapi Tuhan mengajarkan kita supaya
membagikan kebenaran yang kita tahu kepada orang lain. Tuhan
menyuruh kita menginjil. Tuhan menyuruh kita pergi ke mana-mana dan menjadikan
semua orang muridNya. Itu tugas mulia yang diberikan
Tuhan kepada kita. Karena kelak bila semua milik kita yang berasal
dari dunia ini lenyap dimakan api, kita masih punya investasi di Surga, yaitu nama
orang-orang yang mengenal Kristus yang tertulis di Kitab Kehidupan karena kita
sudah sudi gawe membagikan kebenaran kepada mereka.
Semoga
bermanfaat.
20
06 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar