205. TUGAS SEORANG HAMBA
________________________________________________________________________________________________________
Sebelumnya
kalau aku membaca Lukas 17:7-10 aku selalu menganggap masa iya ada majikan yang
seperti itu.
Tapi
belakangan aku sadar, bahwa yang dibicarakan di sini bukanlah si majikan tapi
si hamba. Jadi ini adalah pelajaran bagi si hamba, bukan
pelajaran bagi si majikan.
Jadi
mari kita lihat ayat-ayat itu:
7 Siapa
di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan
ternak, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: ‘Datanglah segera, duduk dan makanlah!’
8 Bukankah
sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu, ‘Sediakanlah sesuatu untuk makanku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai
selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.’?
9 Adakah
ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang diperintahkan kepadanya? Aku rasa tidak.
10 Demikian
jugalah kamu. Setelah kamu melakukan segala
sesuatu yang diperintahkan kepadamu, berkatalah,
‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang adalah kewajiban yang harus kami lakukan.’
Jadi
apa yang bisa kita dapat dari ayat-ayat ini?
Dulu
aku bilang, itu majikan jahat, kasihan si hamba sudah capek kerja masih belum
boleh makan, masih harus melayani majikannya makan dulu.
Tapi
ternyata ini bukan pelajaran bagaimana harus menjadi majikan.
Ini adalah pelajaran bagaimana harus menjadi hamba.
Ayat
10 itu menegaskan bahwa pelajaran itu adalah buat hamba-hamba, dan hamba-hamba itu adalah kita!
Roma 6:22
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan
dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah
yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang
kekal.
Jadi
kita harus tahu, sebagai hamba:
1. Kita harus lebih dulu melayani tuan kita, yaitu Tuhan
Yang pertama ini aja sering tidak
kita lakukan. Kita justru mendahulukan kepentingan kita sendiri
2.
Jangan berharap mendapatkan terima kasih,
karena itu sudah selayaknya.
Kita sering menilai pekerjaan kita
sendiri terlalu tinggi. Kenapa Tuhan tidak mendengar doaku padahal aku sudah
berbuat ini, berbuat itu, berbuat segala macam untuk Tuhan? Kita tidak sehebat yang kita sangka. Pelayanan
kita tidak sebagus yang kita kira. Kita belum mencapai kelas di mana Tuhan bisa
dengan tersenyum berkata, “Well done,
hamba yang setia.” Kurangnya masih banyak.
3. Yang kita lakukan cuma baru kewajiban kita.
Bahkan banyak yang tidak mencapai
itu, banyak kewajiban kita yang masih terbengkalai.
Kita
belum berbuat lebih daripada yang memang sudah menjadi tugas kita untuk kita
selesaikan. Jadi jika kita menyelesaikan tugas kita, kita tidak perlu mengharapkan
pujian, karena itu memang jobdes kita, tidak ada yang istimewa. Kecuali kalau
kita melakukan di atas atau melebihi dari kewajiban kita. Jujur kita nilai
sendiri, adakah pelayanan kita yang memang sudah di atas atau melebihi
kewajiban kita?
Jadi
kita harus menyadari bahwa kita ini harus mendahulukan Tuhan. Itu kewajiban
kita yang pertama. Kita harus patuh pada perintah Tuhan,
bukan kita yang memerintah Tuhan minta Tuhan memenuhi keinginan kita
yang macam-macam. Jika Tuhan sudah mengabulkan macam-macam keinginan kita, itu adalah karena
kemurahanNya, bukan karena kita hamba yang hebat dan layak mendapatkan bonus. Seperti
kata ayat 10 di atas, ‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang adalah kewajiban yang
harus kami lakukan.’
20 06 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar