Minggu, 20 Juni 2021

205. TUGAS SEORANG HAMBA

 

205.  TUGAS SEORANG HAMBA

________________________________________________________________________________________________________

 

 

Sebelumnya kalau aku membaca Lukas 17:7-10 aku selalu menganggap masa iya ada majikan yang seperti itu.

Tapi belakangan aku sadar, bahwa yang dibicarakan di sini bukanlah si majikan tapi si hamba. Jadi ini adalah pelajaran bagi si hamba, bukan pelajaran bagi si majikan.

 

Jadi mari kita lihat ayat-ayat itu:

 

7        Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: ‘Datanglah segera, duduk dan makanlah!’

8        Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu, ‘Sediakanlah sesuatu untuk makanku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.’?

9        Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang diperintahkan kepadanya? Aku rasa tidak.

10      Demikian jugalah kamu. Setelah kamu melakukan segala sesuatu yang diperintahkan kepadamu, berkatalah, ‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang adalah kewajiban  yang harus kami lakukan.’

 

Jadi apa yang bisa kita dapat dari ayat-ayat ini?

Dulu aku bilang, itu majikan jahat, kasihan si hamba sudah capek kerja masih belum boleh makan, masih harus melayani majikannya makan dulu.

Tapi ternyata ini bukan pelajaran bagaimana harus menjadi majikan.

Ini adalah pelajaran bagaimana harus menjadi hamba.

 

Ayat 10 itu menegaskan bahwa pelajaran itu adalah buat hamba-hamba, dan hamba-hamba itu adalah kita!

Roma 6:22

Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.

 

Jadi kita harus tahu, sebagai hamba:

1.   Kita harus lebih dulu melayani tuan kita, yaitu Tuhan

Yang pertama ini aja sering tidak kita lakukan. Kita justru mendahulukan kepentingan kita sendiri

2.   Jangan berharap mendapatkan terima kasih, karena itu sudah selayaknya.

Kita sering menilai pekerjaan kita sendiri terlalu tinggi. Kenapa Tuhan tidak mendengar doaku padahal aku sudah berbuat ini, berbuat itu, berbuat segala macam untuk Tuhan?  Kita tidak sehebat yang kita sangka. Pelayanan kita tidak sebagus yang kita kira. Kita belum mencapai kelas di mana Tuhan bisa dengan tersenyum berkata, “Well done, hamba yang setia.” Kurangnya masih banyak.

3.   Yang kita lakukan cuma baru kewajiban kita.

Bahkan banyak yang tidak mencapai itu, banyak kewajiban kita yang masih terbengkalai.

 

Kita belum berbuat lebih daripada yang memang sudah menjadi tugas kita untuk kita selesaikan. Jadi jika kita menyelesaikan tugas kita, kita tidak perlu mengharapkan pujian, karena itu memang jobdes kita, tidak ada yang istimewa. Kecuali kalau kita melakukan di atas atau melebihi dari kewajiban kita. Jujur kita nilai sendiri, adakah pelayanan kita yang memang sudah di atas atau melebihi kewajiban kita?

 

Jadi kita harus menyadari bahwa kita ini harus mendahulukan Tuhan. Itu kewajiban kita yang pertama. Kita harus patuh pada perintah Tuhan, bukan kita yang memerintah Tuhan minta Tuhan memenuhi keinginan kita yang macam-macam. Jika Tuhan sudah mengabulkan macam-macam keinginan kita, itu adalah karena kemurahanNya, bukan karena kita hamba yang hebat dan layak mendapatkan bonus. Seperti kata ayat 10 di atas, ‘Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang adalah kewajiban yang harus kami lakukan.’

 

 

 

 

20 06 21

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar