221. MENGAPA YESUS TIDAK BIKIN DOSA?
________________________________________________________________________________________________________
Banyak orang
berkata bahwa Yesus tidak berbuat dosa karena Dia Allah yang inkarnasi, ya
sudah pasti Dia tidak berbuat dosa. Walaupun Dia inkarnasi sebagai manusia,
tapi materiNya kan beda, materiNya tidak sama dengan kita.
Itu tidak benar.
Seandainya Yesus
tidak 100% manusia, Dia tidak perlu lahir dari seorang ibu manusia. Dia bisa
langsung saja turun dari Surga dengan tubuh manusia. Apa Dia tidak bisa
menciptakan sebuah tubuh manusia untuk dipakaiNya tanpa melalui kelahiran? Kalau Dia datang ke dunia hanya untuk mati di salib menebus manusia
dari hukuman dosa mereka, Dia tidak perlu lahir sebagai bayi. Untuk
apa Dia harus menjalani 30 tahun hidup sebagai manusia dalam kondisi prihatin?
Langsung saja turun sebagai Yesus dewasa, memperkenalkan DiriNya sebagai
Messias, menjalankan ministriNya selama 3½ tahun, lalu menggenapi janjiNya mati
di salib menggantikan manusia. Cepat, tidak usah lama-lama di dunia, harus
mulai dari bayi hingga dewasa.
Jadi Dia lahir
dari seorang ibu manusia untuk membuktikan bahwa Dia 100% manusia, sama seperti
kita, dan dia menjalani proses kehidupan manusiawi yang sama seperti kita:
lahir – tumbuh – menjadi anak-anak – menjadi remaja – menjadi dewasa – baru Dia
menyelesaikan misiNya untuk mati menggantikan manusia.
1 Yohanes 4:2
Dengan ini
kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengakui bahwa Yesus Kristus telah datang
sebagai manusia, berasal dari Allah,
Ayat ini jelas
mengatakan Kristus datang sebagai manusia, bukan “setengah manusia-setengah
Allah”, tapi sepenuhnya manusia, berdarah dan berdaging sama seperti kita.
Galatia 4:4
Tetapi ketika genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya,
yang lahir dari seorang
perempuan, lahir di bawah Hukum.
Dan Yesus lahir
seperti kita, dari seorang ibu manusia biasa.
Ibrani 2:9
Tetapi kita melihat Yesus, yang dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat
untuk menjalani penderitaan kematian, dimahkotai
dengan kemuliaan dan kehormatan, supaya oleh kasih karunia Allah Ia bisa merasakan kematian bagi
semua manusia
Sebagai manusia
kondisi Yesus dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat, sama seperti
manusia.
Lihat ayat 6-7
di bawah ini, ini bicara tentang manusia, yang juga diciptakan lebih rendah
daripada malaikat, kata-kata yang sama. Jadi Yesus betul-betul sama dengan kita
dalam segala hal.
Ibrani 2:6-7
Tetapi satu di tempat tertentu memberi kesaksian, katanya, ‘Apalah
manusia, sehingga Engkau memperhatikannya? Atau anak manusia, sehingga Engkau mendatanginya?
Engkau telah membuatnya sedikit
lebih rendah daripada malaikat-malaikat. Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan, dan menempatkannya untuk
menguasai karya tanganMu
Jadi Alkitab
dengan jelas mengatakan Yesus itu manusia 100% sama seperti kita, lengkap
dengan kelemahan-kelemahan kita yang memang diambil olehNya, supaya benar-benar
Dia sama dengan kita.
Ibrani 4:14-15
Karena kita sekarang mempunyai satu Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu
Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
Sebab
kita bukan punya seorang Imam Besar yang
tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya dalam segala hal telah
dicobai sama dengan kita,
namun tidak berbuat dosa.
Kitab Ibrani
mengatakan bahwa Yesus Kristus yang sekarang melayani di Surga sebagai Imam
Besar kita, itu ketika hidup sebagai manusia di dunia, memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama dengan kita, karena itu Dia tahu perasaan kita,
dan Dia dicobai sama seperti kita.
Matius 8:17
Agar boleh digenapi apa
yang diucapkan oleh nabi Yesaya, yang mengatakan, ‘Dia Sendirilah yang mengambil
kelemahan-kelemahan kita
dan menanggung penyakit-penyakit kita.’
Sekali lagi Alkitab mengatakan bahwa Yesus mengambil
kelemahan-kelemahan kita. Jadi Dia sama rentannya terhadap bujuk rayu Setan seperti
kita.
Lalu keilahianNya ke mana?
Selama
Dia menjadi manusia, keilahianNya dinon-aktifkan, katakanlah begitu. Dia hidup sebagai manusia biasa, bergantung seluruhnya kepada Allah Bapa di Surga, dan tuntunan Roh
Kudus.
Yesaya 11:2-3
Dan Roh TUHAN akan ada
padaNya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan wibawa, roh pengetahuan dan takut
akan TUHAN;
Dan akan membuat Dia
cepat memahami takut akan TUHAN.
Yohanes 5:19
Maka
Yesus menjawab dan berkata kepada mereka,
‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama.
Nah, kalau Yesus
benar-benar sama dengan kita, 100% manusia, mengapa ketika Dia dicobai Setan,
Dia tidak jatuh dalam dosa, tapi kalau kita dicobai Setan, kita sering jatuh?
Apakah Yesus
dicobai Setan? Berulang-ulang.
Ibrani 4:15
mengatakan “dalam segala hal telah dicobai sama
dengan kita, namun
tidak berbuat dosa”.
Kita lihat saja sewaktu di padang gurun, setelah Yesus
berpuasa 40 hari, Setan langsung menyerangNya dengan tiga pencobaan:
1. Dia dicoba untuk
mengubah batu menjadi roti.
Ini bukan hanya mencobai kondisi
fisiknya yang sangat kelaparan dan lemah setelah 40 hari 40 malam
tidak makan, tetapi ini juga mencobai keilahianNya. Setan tahu Yesus itu Anak
Allah, dan kalau Dia mau, Dia bisa mengubah batu menjadi roti. Tapi andai Yesus
berbuat itu, itu akan menggagalkan misiNya, karena Dia datang ke dunia ini
untuk hidup sebagai manusia, bukan untuk hidup sebagai Allah.
Jadi apakah ini pencobaan yang berat?
Hanya mereka yang pernah tidak makan 40 hari 40 malam tanpa jeda tahu bagaimana
rasanya dorongan nafsu lapar itu. Kita berpuasa satu hari saja merasa berat,
apalagi 40 hari 40 malam di padang gurun, kena panas terik, kena dingin malam,
kena angin debu, tidak ada kasur empuk, yang ada hanya bantal batu. Bisa
bayangkan penderitaanNya?
Tapi Yesus tidak jatuh dicobai. Dia
menjawab Setan dengan “Ada tertulis” dari Firman Allah.
2. Dia dicobai
untuk melemparkan DiriNya dari puncak Bait Suci.
Ini mencobai mentalNya, mencobai
egoNya. “Kalau memang Kamu Anak Allah, jatuhkan DiriMu ke bawah”.
Setan tahu Dia Anak Allah, tetapi dia menantang Yesus untuk membuktikan Dia
Anak Allah. Ini ujian ego. Andai Yesus termakan egoNya, dan menjawab, “Tentu
saja Aku Anak Allah” lalu terjun, habislah kesempatan manusia bisa
diselamatkan.
Setan memang sering mencobai ego kita,
dan tidak seperti Yesus, kita sering makan umpan Setan. Jadi sebaiknya kita
ingat, setiap kali ego kita dicobai, hendaknya kita meniru Yesus menjawab
dengan “Ada tertulis” dari Firman Allah.
3. Dia dicobai
dengan kenikmatan dan harta dunia, asalkan Dia mau menyembah Setan.
Ini mencobai spiritualNya,
penyembahan. Satu-satunya yang boleh disembah adalah Allah. Setan minta Dia
menyembah dirinya. Mengalihkan penyembahan apa pun gratifikasinya adalah
pengkhianatan kepada Allah.
Sebetulnya ini pencobaan Setan yang
sangat bodoh. Bagaimana dia yang makhluk ciptaan minta disembah PenciptaNya? Dia
mengandalkan kondisi fisik Yesus yang lemah, yang masih belum makan setelah
puasa panjang, dia berharap Yesus lengah dan berbuat kesalahan. Tetapi ternyata
Yesus tidak kena tipuan Setan. Lagi-lagi ia menjawab dengan “Ada tertulis” dari
Firman Allah.
Kita sering terjerumus pencobaan yang
konyol. Karena itu kita jangan lengah, dan harus siap dengan “Ada tertulis” di
pikiran kita, untuk mengingatkan kita apa kata Firman Allah.
Jadi pencobaan
yang dijalani Yesus jauh lebih berat daripada kita, secara fisik, secara
mental, dan secara spiritual. Hebatnya Yesus lolos dengan angka 10, Dia tidak
jatuh dalam dosa. Mengapa?
v Yesus punya hubungan yang
dekat dengan BapaNya.
Dia bergantung sepenuhnya kepada Bapa.
Setiap hari Dia berkomunikasi dengan
BapaNya.
v Dia tahu isi Kitab Suci,
semua kitab tulisan Musa dan kitab nabi-nabi, sehingga Dia dikuatkan dengan
itu. Selalu ada “Ada tertulis” di pikiranNya.
v Dia jijik terhadap dosa.
v Dia tidak punya sifat cenderung
kepada dosa.
Mengapa kita
gagal dan sering masuk perangkap Setan?
v Kita tidak punya hubungan dekat dengan Allah.
Mungkin kalau berdoa kita tidak
sungguh-sungguh, banyak hanya rutinitas.
Mungkin bahkan kita jarang berdoa, atau
berdoa dengan separo hati sementara pikiran kita melantur ke tempat lain.
Mungin kita tidak benar-benar mencintai
Allah dengan memelihara Perintah-perintahNya.
v Kita tidak tahu isi Kitab Suci, tidak ada “Ada
tertulis” di ingatan kita.
Pada waktu dibutuhkan, tidak ada Firman
Allah yang bisa membantu kita, karena kita tidak tahu.
v Kita tidak jijik terhadap dosa.
Kita sering merasionalisasi dosa,
mencari pembenaran secara logika untuknya. Padahal jelas-jelas itu dosa menurut
kamus Tuhan, tapi kita berkata, ah tidak apa-apa, itu tidak merugikan siapa-siapa,
itu cuma salah sedikit, semua orang juga berbuat begitu, Tuhan itu kasih bukan
polisi, Tuhan itu menyelamatkan bukan menghakimi, dll. Kita menciptakan segala
alasan yang masuk akal kita.
Karena kita tidak jijik terhadap dosa,
kita juga tidak peka terhadap dosa, karena dosa kita anggap lumrah, bukan dosa.
v Kita sangat cenderung ke arah dosa.
Mengajak manusia melanggar Hukum Allah
itu lebih mudah daripada mengajak manusia memelihara Hukum Allah. Manusia lebih
tertarik kepada dosa. Karena itu Setan tidak punya kesulitan menjatuhkan
manusia, karena kita sendiri sudah cenderung menyukai dosa.
Jadi bagaimana?
Kita harus
berbuat apa supaya kita bisa keluar dari tong Setan ini?
1. Menjalin
hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan.
Berdoa sungguh-sungguh dari hati,
sering-sering.
Mempelajari FirmanNya, karena itu pedang
Roh kita, itu senjata kita menghadapi Setan.
2. Mintalah Tuhan
mengaruniakan Iman Yesus.
Karena hanya dengan Iman Yesus kita bisa
berserah sepenuhnya kepada Allah.
Dengan Iman Yesus kita tidak
memberontak, tidak melawan, tidak protes, tidak menuntut kepada Allah. Kita
bisa menerima segala sesuatu dengan iman, yang baik maupun yang buruk, yang
kita pahami maupun yang tidak kita pahami.
3. Mintalah setiap hari dibaptis oleh Roh Kudus.
Agar kita bisa terus bertumbuh menjadi
manusia ciptaan baru, menjadi semakin baik dari hari ke hari. Pertumbuhan dalam
kekudusan itu bertahap, itu harus kita alami setiap hari sampai kita mati. Kita
tidak akan pernah sampai ke titik sempurna, selesai, tuntas; jadi kita harus
siap untuk senantiasa diperbaiki. Ini pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita harus
mengizinkan Roh Kudus bekerja dalam kita. Kalau kita menurut, pasti hasilnya
lebih bagus. Kalau kita memberontak, ya Roh Kudus tidak bisa bekerja.
4. Minta kepada
Tuhan dikaruniai sifat Yesus yang tidak cenderung kepada dosa.
Kalau kita bisa punya perasaan jijik
sama dosa, kita tidak cenderung kepada dosa, justru kita cenderung menjauhi
dosa.
Mengapa
kita harus mengikuti teladan Yesus?
Karena
Yesus datang ke dunia, lahir sebagai manusia, hidup sebagai manusia selama 33+
tahun sebelum Dia mati sebagai Domba Allah yang dikurban demi dosa kita, itu
untuk memberi teladan kepada manusia bagaimana seharusnya para
pengikutNya hidup.
Mengapa
Dia harus memberi teladan?
1
Yohanes 2:6
Barangsiapa mengatakan,
bahwa ia ada di dalam Dia, ia sendiri wajib
hidup sama seperti Kristus telah hidup.
Jadi ini bukan
opsi, bukan pilihan, ini WAJIB!
Semua yang
mengaku pengikut Kristus, wajib hidup seperti Kristus.
Bagaimana
Kristus hidup?
TIDAK BERBUAT DOSA.
1 Petrus 2:21-22
Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus
pun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan
teladan bagi kita,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya: yang tidak
berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.”
Jadi kita harus
meninggalkan dosa. Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Itu akan dikerjakan
Roh Kudus. Tapi kita harus mengizinkan Roh Kudus bekerja dan tidak
mensabotase pekerjaanNya.
Tuhan mau kita
selamat.
Masalahnya kita
sendiri mau kita selamat atau tidak?
Kadang kita mau,
kadang kita tidak mau. Kadang kita menurut Tuhan, kadang kita menurut keinginan
kita sendiri. Maju selangkah, mundur lima langkah. Kita mensabotase pekerjaan
Roh Kudus.
Tuhan itu baik. Semua orang itu
mulai dari titik start yang berbeda. Perumpamaan di Matius 25:14-30
memberikan contoh pelajaran yang sangat bagus.
Ada hamba yang
diberi 5 talenta, ada yang diberi 2 talenta, ada yang diberi 1 talenta.
Yang 5 talenta
menghasilkan 5 talenta, berarti hasilnya 100%.
Yang 2 talenta
menghasilkan 2 talenta, sama 100%, walaupun dalam jumlah cuma 2.
Tuhan minta dari setiap kita hasil yang
100% sesuai modal yang kita miliki. Kalau memang modalnya kecil, hasilnya
kecil tidak apa, asalkan itu 100%. Jadi yang dilihat Tuhan bukan jumlahnya,
tetapi persentasenya. Seberapa hasil yang diperoleh dari modal kita.
Begitu juga
pekerjaan Roh Kudus menguduskan kita. Asalkan yang tercapai itu sudah yang paling baik dari yang
bisa dicapai, kita lulus.
Tapi agak beda
dengan hamba-hamba yang diberi talenta ini, mereka bisa melihat mereka diberi
berapa talenta, mereka bisa menghitung, dan mereka bisa melihat berapa hasil
yang mereka peroleh. Konkret. Sedangkan talenta yang diberikan kita itu tidak
konkret, tidak bisa kita hitung, tidak bisa kita pegang. Kita tidak tahu kita
mendapat 5, atau 2, atau 1 talenta. Lalu kita juga tidak tahu hasil yang kita
peroleh ada berapa. Kita tidak bisa
menghitung secara konkret. Jadi bisa-bisa kita merasa kita sudah punya hasil sepadan,
ternyata belum, ternyata menurut Tuhan itu belum yang terbaik yang bisa kita
capai. Jadi kita harus selalu bergumul dengan harapan kita mencapai
yang terbaik.
Jangan sampai
kita menjadi seperti hamba yang menerima 1 talenta, yang sama sekali tidak
mengalami proses kelahiran baru, pengudusan Roh Kudus, yang dari hari pertama
kita menerima Kristus sebagai Juruselamat sampai ajal kita, sama sekali tidak
bertumbuh dalam karakter Kristus, maka nasibnya dicampakkan ke kegelapan pekat,
di mana ada tangisan dan kertak gigi.
Semoga kita
semuanya berhasil dikuduskan Roh Kudus dengan hasil yang terbaik.
17 10 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar