Sabtu, 15 Oktober 2022

221. MENGAPA YESUS TIDAK BIKIN DOSA?

221. MENGAPA YESUS TIDAK BIKIN DOSA?

________________________________________________________________________________________________________

 

Banyak orang berkata bahwa Yesus tidak berbuat dosa karena Dia Allah yang inkarnasi, ya sudah pasti Dia tidak berbuat dosa. Walaupun Dia inkarnasi sebagai manusia, tapi materiNya kan beda, materiNya tidak sama dengan kita.

Itu tidak benar.

Seandainya Yesus tidak 100% manusia, Dia tidak perlu lahir dari seorang ibu manusia. Dia bisa langsung saja turun dari Surga dengan tubuh manusia. Apa Dia tidak bisa menciptakan sebuah tubuh manusia untuk dipakaiNya tanpa melalui kelahiran? Kalau Dia datang ke dunia hanya untuk mati di salib menebus manusia dari hukuman dosa mereka, Dia tidak perlu lahir sebagai bayi. Untuk apa Dia harus menjalani 30 tahun hidup sebagai manusia dalam kondisi prihatin? Langsung saja turun sebagai Yesus dewasa, memperkenalkan DiriNya sebagai Messias, menjalankan ministriNya selama 3½ tahun, lalu menggenapi janjiNya mati di salib menggantikan manusia. Cepat, tidak usah lama-lama di dunia, harus mulai dari bayi hingga dewasa.

 

Jadi Dia lahir dari seorang ibu manusia untuk membuktikan bahwa Dia 100% manusia, sama seperti kita, dan dia menjalani proses kehidupan manusiawi yang sama seperti kita: lahir – tumbuh – menjadi anak-anak – menjadi remaja – menjadi dewasa – baru Dia menyelesaikan misiNya untuk mati menggantikan manusia.

 

1 Yohanes 4:2

Dengan ini kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengakui bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah,

 

Ayat ini jelas mengatakan Kristus datang sebagai manusia, bukan “setengah manusia-setengah Allah”, tapi sepenuhnya manusia, berdarah dan berdaging sama seperti kita.

 

Galatia 4:4

Tetapi ketika genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan, lahir di bawah Hukum.

 

Dan Yesus lahir seperti kita, dari seorang ibu manusia biasa.

 

Ibrani 2:9

Tetapi kita melihat Yesus, yang dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat untuk menjalani penderitaan kematian, dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, supaya oleh kasih karunia Allah Ia bisa merasakan kematian bagi  semua manusia

 

Sebagai manusia kondisi Yesus dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat, sama seperti manusia.

Lihat ayat 6-7 di bawah ini, ini bicara tentang manusia, yang juga diciptakan lebih rendah daripada malaikat, kata-kata yang sama. Jadi Yesus betul-betul sama dengan kita dalam segala hal.

 

Ibrani 2:6-7                              

Tetapi satu di tempat tertentu memberi kesaksian, katanya, ‘Apalah manusia, sehingga Engkau memperhatikannya? Atau anak manusia, sehingga Engkau mendatanginya?

Engkau telah membuatnya sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat. Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan kehormatan, dan menempatkannya untuk menguasai karya tanganMu

 

Jadi Alkitab dengan jelas mengatakan Yesus itu manusia 100% sama seperti kita, lengkap dengan kelemahan-kelemahan kita yang memang diambil olehNya, supaya benar-benar Dia sama dengan kita.

 

Ibrani 4:14-15

            Karena kita sekarang mempunyai satu Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. 

Sebab kita bukan punya seorang Imam Besar yang tidak dapat disentuh oleh perasaan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa.

 

Kitab Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus yang sekarang melayani di Surga sebagai Imam Besar kita, itu ketika hidup sebagai manusia di dunia, memiliki kelemahan-kelemahan yang sama dengan kita, karena itu Dia tahu perasaan kita, dan Dia dicobai sama seperti kita.

 

Matius 8:17

Agar boleh digenapi apa yang diucapkan oleh nabi Yesaya, yang mengatakan, ‘Dia Sendirilah yang mengambil kelemahan-kelemahan kita dan menanggung penyakit-penyakit kita.’

 

Sekali lagi Alkitab mengatakan bahwa Yesus mengambil kelemahan-kelemahan kita. Jadi Dia sama rentannya terhadap bujuk rayu Setan seperti kita.

 

Lalu keilahianNya ke mana?

Selama Dia menjadi manusia, keilahianNya dinon-aktifkan, katakanlah begitu. Dia hidup sebagai manusia biasa, bergantung seluruhnya kepada Allah Bapa di Surga, dan tuntunan Roh Kudus.

 

Yesaya 11:2-3

Dan Roh TUHAN akan ada padaNya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan wibawa, roh pengetahuan dan takut akan TUHAN;

Dan akan membuat Dia cepat memahami takut akan TUHAN.

 

Yohanes 5:19

Maka Yesus menjawab dan berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat melakukan apa-apa dari Diri-Nya Sendiri, tetapi apa yang Dia lihat dilakukan Bapa. Sebab apa pun yang dikerjakan Bapa, itu juga dilakukan Anak dengan cara yang sama.

 

Nah, kalau Yesus benar-benar sama dengan kita, 100% manusia, mengapa ketika Dia dicobai Setan, Dia tidak jatuh dalam dosa, tapi kalau kita dicobai Setan, kita sering jatuh?

 

Apakah Yesus dicobai Setan? Berulang-ulang.

Ibrani 4:15 mengatakan dalam segala hal telah dicobai sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa”.

Kita lihat saja sewaktu di padang gurun, setelah Yesus berpuasa 40 hari, Setan langsung menyerangNya dengan tiga pencobaan:

1.   Dia dicoba untuk mengubah batu menjadi roti.

Ini bukan hanya mencobai kondisi fisiknya yang sangat kelaparan dan lemah setelah 40 hari 40 malam tidak makan, tetapi ini juga mencobai keilahianNya. Setan tahu Yesus itu Anak Allah, dan kalau Dia mau, Dia bisa mengubah batu menjadi roti. Tapi andai Yesus berbuat itu, itu akan menggagalkan misiNya, karena Dia datang ke dunia ini untuk hidup sebagai manusia, bukan untuk hidup sebagai Allah.

Jadi apakah ini pencobaan yang berat? Hanya mereka yang pernah tidak makan 40 hari 40 malam tanpa jeda tahu bagaimana rasanya dorongan nafsu lapar itu. Kita berpuasa satu hari saja merasa berat, apalagi 40 hari 40 malam di padang gurun, kena panas terik, kena dingin malam, kena angin debu, tidak ada kasur empuk, yang ada hanya bantal batu. Bisa bayangkan penderitaanNya?

Tapi Yesus tidak jatuh dicobai. Dia menjawab Setan dengan “Ada tertulis” dari Firman Allah.

 

2.   Dia dicobai untuk melemparkan DiriNya dari puncak Bait Suci.

Ini mencobai mentalNya, mencobai egoNya. “Kalau memang Kamu Anak Allah, jatuhkan DiriMu ke bawah”. Setan tahu Dia Anak Allah, tetapi dia menantang Yesus untuk membuktikan Dia Anak Allah. Ini ujian ego. Andai Yesus termakan egoNya, dan menjawab, “Tentu saja Aku Anak Allah” lalu terjun, habislah kesempatan manusia bisa diselamatkan.

Setan memang sering mencobai ego kita, dan tidak seperti Yesus, kita sering makan umpan Setan. Jadi sebaiknya kita ingat, setiap kali ego kita dicobai, hendaknya kita meniru Yesus menjawab dengan “Ada tertulis” dari Firman Allah.

 

3.   Dia dicobai dengan kenikmatan dan harta dunia, asalkan Dia mau menyembah Setan.

Ini mencobai spiritualNya, penyembahan. Satu-satunya yang boleh disembah adalah Allah. Setan minta Dia menyembah dirinya. Mengalihkan penyembahan apa pun gratifikasinya adalah pengkhianatan kepada Allah.

Sebetulnya ini pencobaan Setan yang sangat bodoh. Bagaimana dia yang makhluk ciptaan minta disembah PenciptaNya? Dia mengandalkan kondisi fisik Yesus yang lemah, yang masih belum makan setelah puasa panjang, dia berharap Yesus lengah dan berbuat kesalahan. Tetapi ternyata Yesus tidak kena tipuan Setan. Lagi-lagi ia menjawab dengan “Ada tertulis” dari Firman Allah.

Kita sering terjerumus pencobaan yang konyol. Karena itu kita jangan lengah, dan harus siap dengan “Ada tertulis” di pikiran kita, untuk mengingatkan kita apa kata Firman Allah.

 

Jadi pencobaan yang dijalani Yesus jauh lebih berat daripada kita, secara fisik, secara mental, dan secara spiritual. Hebatnya Yesus lolos dengan angka 10, Dia tidak jatuh dalam dosa. Mengapa?

 

v   Yesus punya hubungan yang dekat dengan BapaNya.

Dia bergantung sepenuhnya kepada Bapa.

Setiap hari Dia berkomunikasi dengan BapaNya.

v   Dia tahu isi Kitab Suci, semua kitab tulisan Musa dan kitab nabi-nabi, sehingga Dia dikuatkan dengan itu. Selalu ada “Ada tertulis” di pikiranNya.

v   Dia jijik terhadap dosa.

v   Dia tidak punya sifat cenderung kepada dosa.

 

Mengapa kita gagal dan sering masuk perangkap Setan?

v   Kita tidak punya hubungan dekat dengan Allah.

Mungkin kalau berdoa kita tidak sungguh-sungguh, banyak hanya rutinitas.

Mungkin bahkan kita jarang berdoa, atau berdoa dengan separo hati sementara pikiran kita melantur ke tempat lain.

Mungin kita tidak benar-benar mencintai Allah dengan memelihara Perintah-perintahNya.

v   Kita tidak tahu isi Kitab Suci, tidak ada “Ada tertulis” di ingatan kita.

Pada waktu dibutuhkan, tidak ada Firman Allah yang bisa membantu kita, karena kita tidak tahu.

v   Kita tidak jijik terhadap dosa.

Kita sering merasionalisasi dosa, mencari pembenaran secara logika untuknya. Padahal jelas-jelas itu dosa menurut kamus Tuhan, tapi kita berkata, ah tidak apa-apa, itu tidak merugikan siapa-siapa, itu cuma salah sedikit, semua orang juga berbuat begitu, Tuhan itu kasih bukan polisi, Tuhan itu menyelamatkan bukan menghakimi, dll. Kita menciptakan segala alasan yang masuk akal kita.

Karena kita tidak jijik terhadap dosa, kita juga tidak peka terhadap dosa, karena dosa kita anggap lumrah, bukan dosa.

v   Kita sangat cenderung ke arah dosa.

Mengajak manusia melanggar Hukum Allah itu lebih mudah daripada mengajak manusia memelihara Hukum Allah. Manusia lebih tertarik kepada dosa. Karena itu Setan tidak punya kesulitan menjatuhkan manusia, karena kita sendiri sudah cenderung menyukai dosa.

 

Jadi bagaimana?

Kita harus berbuat apa supaya kita bisa keluar dari tong Setan ini?

 

1.     Menjalin hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan.

Berdoa sungguh-sungguh dari hati, sering-sering.

Mempelajari FirmanNya, karena itu pedang Roh kita, itu senjata kita menghadapi Setan.

2.     Mintalah Tuhan mengaruniakan Iman Yesus.

Karena hanya dengan Iman Yesus kita bisa berserah sepenuhnya kepada Allah.

Dengan Iman Yesus kita tidak memberontak, tidak melawan, tidak protes, tidak menuntut kepada Allah. Kita bisa menerima segala sesuatu dengan iman, yang baik maupun yang buruk, yang kita pahami maupun yang tidak kita pahami.

3.     Mintalah setiap hari dibaptis oleh Roh Kudus.

Agar kita bisa terus bertumbuh menjadi manusia ciptaan baru, menjadi semakin baik dari hari ke hari. Pertumbuhan dalam kekudusan itu bertahap, itu harus kita alami setiap hari sampai kita mati. Kita tidak akan pernah sampai ke titik sempurna, selesai, tuntas; jadi kita harus siap untuk senantiasa diperbaiki. Ini pekerjaan Roh Kudus, tetapi kita harus mengizinkan Roh Kudus bekerja dalam kita. Kalau kita menurut, pasti hasilnya lebih bagus. Kalau kita memberontak, ya Roh Kudus tidak bisa bekerja.

4.     Minta kepada Tuhan dikaruniai sifat Yesus yang tidak cenderung kepada dosa.

Kalau kita bisa punya perasaan jijik sama dosa, kita tidak cenderung kepada dosa, justru kita cenderung menjauhi dosa.

 

 

Mengapa kita harus mengikuti teladan Yesus?

Karena Yesus datang ke dunia, lahir sebagai manusia, hidup sebagai manusia selama 33+ tahun sebelum Dia mati sebagai Domba Allah yang dikurban demi dosa kita, itu untuk memberi teladan kepada manusia bagaimana seharusnya para pengikutNya hidup.

Mengapa Dia harus memberi teladan?

 

1 Yohanes 2:6

Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia sendiri wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.

 

Jadi ini bukan opsi, bukan pilihan, ini WAJIB!

Semua yang mengaku pengikut Kristus, wajib hidup seperti Kristus.

Bagaimana Kristus hidup?

TIDAK BERBUAT DOSA.

 

1 Petrus 2:21-22

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kamu mengikuti jejak-Nya: yang tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.”

 

Jadi kita harus meninggalkan dosa. Kita tidak bisa melakukannya sendiri. Itu akan dikerjakan Roh Kudus. Tapi kita harus mengizinkan Roh Kudus bekerja dan tidak mensabotase pekerjaanNya.

Tuhan mau kita selamat.

Masalahnya kita sendiri mau kita selamat atau tidak?

Kadang kita mau, kadang kita tidak mau. Kadang kita menurut Tuhan, kadang kita menurut keinginan kita sendiri. Maju selangkah, mundur lima langkah. Kita mensabotase pekerjaan Roh Kudus.

 

Tuhan itu baik. Semua orang itu mulai dari titik start yang berbeda. Perumpamaan di Matius 25:14-30 memberikan contoh pelajaran yang sangat bagus.

Ada hamba yang diberi 5 talenta, ada yang diberi 2 talenta, ada yang diberi 1 talenta.

Yang 5 talenta menghasilkan 5 talenta, berarti hasilnya 100%.

Yang 2 talenta menghasilkan 2 talenta, sama 100%, walaupun dalam jumlah cuma 2.

Tuhan minta dari setiap kita hasil yang 100% sesuai modal yang kita miliki. Kalau memang modalnya kecil, hasilnya kecil tidak apa, asalkan itu 100%. Jadi yang dilihat Tuhan bukan jumlahnya, tetapi persentasenya. Seberapa hasil yang diperoleh dari modal kita.

Begitu juga pekerjaan Roh Kudus menguduskan kita. Asalkan yang tercapai itu sudah yang paling baik dari yang bisa dicapai, kita lulus.

Tapi agak beda dengan hamba-hamba yang diberi talenta ini, mereka bisa melihat mereka diberi berapa talenta, mereka bisa menghitung, dan mereka bisa melihat berapa hasil yang mereka peroleh. Konkret. Sedangkan talenta yang diberikan kita itu tidak konkret, tidak bisa kita hitung, tidak bisa kita pegang. Kita tidak tahu kita mendapat 5, atau 2, atau 1 talenta. Lalu kita juga tidak tahu hasil yang kita peroleh ada berapa.  Kita tidak bisa menghitung secara konkret. Jadi bisa-bisa kita merasa kita sudah punya hasil sepadan, ternyata belum, ternyata menurut Tuhan itu belum yang terbaik yang bisa kita capai. Jadi kita harus selalu bergumul dengan harapan kita mencapai yang terbaik.

Jangan sampai kita menjadi seperti hamba yang menerima 1 talenta, yang sama sekali tidak mengalami proses kelahiran baru, pengudusan Roh Kudus, yang dari hari pertama kita menerima Kristus sebagai Juruselamat sampai ajal kita, sama sekali tidak bertumbuh dalam karakter Kristus, maka nasibnya dicampakkan ke kegelapan pekat, di mana ada tangisan dan kertak gigi.

 

 

Semoga kita semuanya berhasil dikuduskan Roh Kudus dengan hasil yang terbaik.

 

 

 

 

 

 

17 10 22

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar