225. PANTHEISME,
POSTMODERNISME,
FREETHINKERS
_________________________________________________________________
Kebanyakan kita
tidak tertarik bila melihat kata-kata seperti di atas, segala “isme” segala
faham yang tidak ada kaitannya dengan kita. Biar itu jadi urusan para
cendekiawan yang suka membelah sehelai rambut menjadi tujuh bagian saja.
Tapi kita perlu
mengetahui bahayanya.
Faham ini lebih
dikenal di agama atau ajaran timur seperti New
Age, Zen, Tao. Tapi hari ini semua ajaran ini telah menyelinap
masuk menyusup bahkan sampai di dalam agama Kristen.
Bahkan juga ada dalam kehidupan nyata kita sehari-hari, ada di sekeliling kita,
bisa ada pada pemikiran teman-teman dan kerabat kita, dan bahkan mungkin juga
ada pada pemikiran kita sendiri tanpa kita menyadarinya. Ini adalah faham yang
berbahaya, yang pertama diciptakan oleh Lucifer ketika dia masih di Surga.
Kita sedikit
banyak tahu arti kata Pantheisme, yaitu faham yang mengatakan Allah ada dalam
segala sesuatu, atau segala sesuatu itu Allah. Jadi misalnya di
dalam batu ada Allah, di angin ada Allah, di air ada Allah, di kelinci ada
Allah, di pohon ada Allah, dan bahkan di manusia ada Allah. Ada yang menyebut
matahari “Brother sun” (abang matahari) dan bulan disebut “sister moon” (mbak
bulan), karena mereka mengidentifikasi diri mereka sesama saudara dengan
matahari dan bulan dalam hal sesama Allah. Jadi, Allah ada di mana-mana, menyatu dengan
seisi alam. Dan banyak orang Kristen manggut-manggut setuju bahwa
Allah benar ada di mana-mana. Aku ingat ketika aku masih di SD Katolik, di
pelajaran Katekismus dikatakan bahwa “Allah ada di mana-mana”. Betulkah
demikian?
TIDAK. Itu ajaran
yang salah dimengerti.
YANG BETUL
BAGAIMANA?
Yang betul Allah tidak hadir di mana-mana. Allah Mahatahu, karena
kemahatahuanNya itulah, Allah tahu segala sesuatu yang
terjadi di mana-mana kapan saja, pada waktu yang sama, masa lalu,
masa sekarang, masa depan semua terbentang di depan Allah. Bahkan Allah bukan
hanya tahu apa yang terjadi, yang ada di dalam hati manusia pun Allah tahu. Allah
tahu segala yang sudah terjadi di mana-mana tidak peduli sudah lewat berapa
lama, Allah tahu yang sekarang sedang terjadi di mana-mana, dan pada waktu yang
sama Allah tahu segala yang akan terjadi di mana-mana tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Lho, kok bisa begitu? BISA KARENA DIA ALLAH.
Jadi Allah tidak perlu hadir secara pribadi dalam
batu, dalam air, dalam hewan, dalam bunga, dalam gunung, dalam manusia untuk
tahu apa yang telah, sedang, dan bakal terjadi. Allah yang
mahatahu, sudah tahu tanpa perlu hadir.
Menyimpang
sejenak, “Allah tahu” tidak berarti Allah yang menentukan
ya. Karena ada denominasi Kristen yang mengajarkan “predestination” bahwa takdir semua manusia sudah ditentukan oleh
Allah. Jadi menurut doktrin “predestination”
ada manusia-manusia yang sudah ditentukan selamat, ada yang ditentukan tidak
selamat. TIDAK. Doktrin ini juga tidak Alkitabiah. Allah
menginginkan semua orang selamat (darah Kristus laku untuk menebus
semua manusia yang pernah hidup, asal manusianya mau ditebus) tapi Allah
memberi kebebasan setiap orang untuk menentukan pilihannya sendiri. Allah
tidak menentukan si A selamat, si B tidak selamat. ALLAH TIDAK MENENTUKAN.
MANUSIANYA YANG MENENTUKAN SENDIRI. Allah memberi
manusia kebebasan untuk menentukan takdirnya sendiri. Tapi Allah sudah tahu apa yang akan mereka pilih. Itulah sebabnya sebelum manusia
membuat keputusan yang pasti, sebelum manusia benar-benar menolak ajaran Allah,
Roh Allah masih terus berusaha “bergumul” dengan manusia, berusaha menyadarkan
manusia untuk membuat pilihan yang benar. Hingga manusia itu benar-benar menutup hatinya
terhadap suara Roh Allah, menolak segala upaya Roh Allah, dengan demikian mendukakan
Roh Allah yang berusaha menyelamatkannya, barulah manusia ini dibiarkan Allah
dengan pilihannya sendiri.
Kembali ke domisili Allah. Yesus Kristus dengan sangat jelas selalu mengatakan “BapakKu/Bapamu yang di Surga”, tidak pernah “BapakKu/Bapamu yang ada di mana-mana.” Jadi Allah selalu ada di Surga.
Matius 5:16
Hendaknya terangmu
bercahaya sedemikian di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu
yang di sorga.
Matius 5:48
Jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga itu
sempurna.
Matius 6:9
Karena itu berdoalah demikian: Bapa
kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu…
Matius 7:11
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga
memberi yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Matius 10:32
Karena itu barangsiapa yang akan mengakui Aku di depan manusia, Aku juga
akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
Matius 12:50
Sebab
siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga,
dialah saudara-Ku laki-laki, dan saudara-Ku
perempuan, dan ibu-Ku."
Matius 18:14
Demikian
juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki
seorang pun dari anak-anak ini binasa"
Matius 23:9
Dan
janganlah kamu menyebut siapa pun bapamu di bumi ini, karena hanya satu Bapamu,
yang ada di sorga.
Lukas 11:13
Jadi jika kamu yang jahat
tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang
meminta kepada-Nya."
Markus 11:25
Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah
sekiranya ada ganjalan dalam hatimu terhadap
seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga
akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
Dan masih banyak
ayat yang lain, tapi 10 ayat di atas (kan angka 10 mewakili keseluruhannya?) seharusnya
sudah cukup meyakinkan kita bahwa Allah ada di Surga, Allah tidak keluyuran
masuk ke batu, ke gunung, ke tikus, dll. Allah sebagaimana layaknya Raja yang
Mahatinggi, duduk dengan anggun di atas takhta kemuliaanNya di Surga,
dikelilingi oleh para malaikat yang kudus.
Jadi kita yang Kristen, harus tahu bahwa Allah ada di Surga.
Artinya apa?
Faham Pantheisme dan anak-cucunya yang
mengajarkan Allah ada di mana-mana, dalam seluruh ciptaan alam semesta, bertentangan
dengan ajaran Alkitab.
Kita perlu yakin bahwa ajaran Alkitab itu benar. Bukan hanya baik, tapi BENAR. Karena seringkali apa yang dianggap baik di mata manusia, ternyata itu tidak benar di mata Allah. Jadi kita perlu menetapkan dulu bahwa kita meyakini ajaran Alkitab itu benar dan baik. Jika kita tidak meyakini Alkitab itu kebenaran, kita tidak punya dasar berpijak yang kokoh, kita bisa diombang-ambingkan segala ajaran salah yang lewat di depan mata.
Jadi sebagai orang Kristen, kita harus meyakini:
Alkitab itu
Firman Allah,
dan itu
kebenaran yang mutlak.
Jangan pernah
meragukan kebenaran Alkitab. Meragukan Firman Allah,
perkataan Allah, ajaran Allah, itu membuat kita celaka. Lihat apa
yang terjadi pada Hawa, karena dia meragukan Firman Allah yang melarangnya
makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, dia celaka, dan kita jadi ikut
celaka karena perbuatannya.
Mazmur 119:160
Firman-Mu dari permulaan
itu benar, dan
setiap penghakimanMu yang adil, bertahan selama-lamanya.
Yohanes 17:17
Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; firman-Mu adalah kebenaran.
Jadi Alkitab itu kebenaran. Mengapa? Karena itu datang
dari Allah, disuruh tulis oleh Allah, di bawah inspirasi/ilham dari Roh Allah.
Selama beberapa ribu tahun Allah telah
menjaga keberadaan FirmanNya ini supaya tidak lenyap walaupun Setan
berulang-ulang dari zaman ke zaman berusaha melenyapkan Firman Allah. Alkitab
tetap merupakan buku yang paling banyak dicetak dan paling banyak diterjemahkan
di dunia, semua ini karena Allah mau manusia mengetahui ajaranNya yang benar.
Nah, salah
penerjemahan bisa terjadi, tetapi itu bisa ditelusuri, karena tidak ada suatu kebenaran di Alkitab yang hanya ditulis satu kali.
Roh Kudus yang menginspirasi para nabi dan rasul yang menulis Firman Allah itu
selalu mengulang-ulangi kebenaran yang sama, sehingga bila terjadi salah
penerjemahan di satu ayat, kita bisa mencari ayat-ayat lain tentang tema yang
sama, sehingga kita akan mendapatkan terjemahan yang benar. Selain itu baiklah
jika kita bisa mengeceknya dengan keterangan tulisannya yang asli di Strong Concordance. Jadi ada banyak
sarana untuk mendapatkan terjemahan yang benar dari tulisan di Alkitab, asal
kita memang mau mencarinya.
Nah, kalau kita
sudah yakin Alkitab itu kebenaran, maka kesimpulan yang logis dari itu ialah,
semua
faham/teori/pandangan/ajaran
yang
bertentangan dengan ajaran Alkitab,
itu bukan
berasal dari Allah,
dan BUKAN
KEBENARAN.
Berarti faham Pantheisme
dan anak-cucunya yang sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab ini, suatu
kesalahan, dan sesungguhnya adalah penyesatan. Jangan kita ikuti.
Jadi dari mana
asalnya faham Pantheisme ini?
Kita semua
tentunya bisa menjawab ini. Segala yang bertentangan dengan
ajaran yang benar, itu pasti berasal dari yang menentang Allah.
Siapa? Lucifer.
Faham Pantheisme ini beranak-cucu
menjadi faham postmodernisme dan freethinkers.
Kita sudah tahu
bahwa faham Pantheisme itu Allah ada dalam segala sesuatu, baik benda mati
maupun benda hidup, termasuk dalam manusia.
Oh, itu kan
zaman purba dulu, sekarang mana ada orang percaya Pantheisme?
Wah, banyak,
hanya saja kita tidak menyadarinya.
Ingat lagu Sabda
Alam?
Diciptakan alam
pria dan wanita
Dua makhluk
dalam asuhan dewata…
dst.
Siapa yang
mencipta? Alam. Bukan Allah.
Siapa yang
mengasuh? Dewata. Bukan Allah.
Ketika manusia
menyanyikan lagu ini, dia mengakui Pantheisme, tapi tidak merasa.
Ah, itu cuma
bahasa personifikasi.
Bukan, itu Setan yang sedang menanamkan faham Pantheisme secara halus ke dalam
pikiran tidak sadar kita.
Jadi faham Patheisme ini pertama muncul di hati Lucifer ketika
dia masih kerub penudung takhta Allah di Surga. Tiba-tiba muncul ide cemerlang
di otak Lucifer bahwa dia itu setara dengan Allah, dia juga Allah. Dia tidak
usah menyembah Allah yang menciptakannya. Dia mau duduk di takhta yang sama
tinggi atau bahkan bisa melebihi ketinggian takhta Allah.
Yesaya 14:12-14
14:12 Betapa
engkau sudah jatuh dari Surga, hai Lucifer
(Bintang Fajar), putera fajar! Engkau sudah ditebang
dan jatuh ke tanah, engkau yang melemahkan bangsa-bangsa!
14:13 Karena engkau telah
berkata dalam hatimu: ‘Aku akan naik ke Surga, aku akan meninggikan takhtaku di atas
bintang-bintang Allah, dan aku juga
akan duduk di bukit pertemuan, di sebelah
utara yang paling jauh.
14:14 Aku akan
naik mengatasi ketinggian awan-awan, aku akan menjadi seperti Yang Mahatinggi!’
Lalu apa
akibatnya nanti? Apakah Lucifer benar-benar bisa menjadi Allah? Tidak.
14:15 Sebaliknya engkau akan dibawa
turun ke Sheol (kubur), ke tempat yang paling dalam di liang kubur.
Apa akibat yang paling menonjol dari faham ini?
Karena segala
sesuatu mengandung Allah, maka segala sesuatu itu Allah.
Seharusnya
orang Pantheisme itu tidak bisa makan apa-apa, karena semua tanaman itu Allah,
semua hewan itu Allah, masa Allah makan Allah? Atau masa Allah mau
dimakan oleh Allah? Jadi seharusnya semua yang memeluk Pantheisme
sudah langsung mati karena mereka tidak bisa makan dan minum, karena air pun
Allah. Tapi mereka tidak berpikir sejauh itu. Itulah kelicikan Setan, membuat
orang pandai menjadi bodoh.
Mari kita lihat
apa lagi akibat dari menganut faham ini.
· Karena aku Allah,
aku tidak
perlu menyembah Allah lagi, karena aku sendiri sudah Allah.
Ini yang paling disukai Setan, yaitu
manusia tidak menyembah Allah.
· Karena aku Allah,
segala pencapaianku itu atas kemampuanku sendiri,
aku tidak berutang apa pun kepada Allah
yang benar, aku tidak usah bersyukur kepadaNya. Ini juga sangat disukai Setan,
Allah dianggap bukan sumber segala berkat. Manusia menganggap dirinya bisa hidup tanpa Allah.
· Karena aku Allah,
aku bebas berbuat sesuka hatiku,
aku tidak perlu mempertanggungjawabkan perbuatanku kepada
Allah lagi. Ini juga penipuan Setan, padahal Setan tahu bahwa setiap
manusia akan dihakimi perbuatannya oleh pengadilan surgawi.
· Karena aku Allah,
tidak ada
yang menghakimi aku,
aku hakimku sendiri, aku aman, aku sudah
Allah kok. Bayangkan betapa kagetnya manusia ketika Allah menjatuhkan hukuman
mati kekal kepadanya.
· Karena aku Allah,
aku hanya tunduk pada peraturanku sendiri.
Betul
atau salah, aku sendiri yang menentukan. Nah, inilah
anak faham Pantheisme, yaitu Postmodernisme. Apa
yang aku bilang benar, itu benar bagiku, persetan kata orang lain. Kamu boleh
punya kebenaranmu sendiri, aku punya kebenaranku sendiri. Yang benar bagiku
tidak perlu benar bagimu. Kebenaran itu relatif tergantung
siapa yang mengatakannya.
· Karena aku Allah,
aku tidak berdosa,
jadi aku tidak butuh penebusan, aku tidak butuh
diselamatkan, aku tidak butuh Yesus Kristus.
Inilah tujuan utama Setan, agar manusia menolak diselamatkan oleh penebusan
Yesus Kristus dan akhirnya binasa bersama dirinya.
· Karena aku Allah,
aku tidak diciptakan oleh Allah ~
maka banyak orang Pantheisme yang juga memeluk teori
Evolusi. Mereka tidak mengakui diciptakan Allah, tapi lebih memilih
status sebagai procotan dari monyet. Sangat kasihan, mereka menolak fakta bahwa
mereka diciptakan dalam keserupaan Allah Khalik mereka, tapi mereka merendahkan diri mereka sedemikian sampai mereka memilih sebagai
produk “kebetulan” monyet. Mengapa produk “kebetulan”? Karena
setelah tiba-tiba secara “kebetulan” monyet menghasilkan manusia, setelah masa “kebetulan”
itu lewat, monyet kembali hanya bisa melahirkan monyet. Hari ini dengan segala
teknologi canggih yang dibuat manusia, kita tidak pernah melihat ada satu
monyet pun yang melahirkan manusia. Kalau manusia yang bodohnya seperti monyet,
banyak.
Maka faham ini
terus-menerus melahirkan konsep-konsep yang membawa manusia semakin jauh dari
kebenaran, semakin jauh dari Allah yang telah menciptakan dia.
Tadi sudah disinggung bahwa faham ini juga melahirkan faham Postmodernisme. Apa itu? Karena ada kata “modern” tidak berarti bahwa faham ini baru muncul di zaman kita, zaman modern, zaman setelah abad ke-19. Tidak. Faham ini sudah lama ada. Faham ini mengajarkan bahwa standar moral itu relatif, menurut masing-masing manusia. Kalau aku mengatakan hubungan seksual sejenis itu benar, itu benar bagiku. Orang lain tidak boleh menyalahkan aku. Kalau orang lain mengatakan itu salah, itu hak dia, aku tidak akan mengganggunya. Maka setiap orang boleh berbuat apa pun yang benar menurut pemikirannya sendiri. Tidak ada satu standar yang berlaku objektif, semuanya bersifat subjektif.
Ingat lagu My
Way yang dinyanyikan Frank Sinatra?
To think I did all that
And may I say, not in a shy way
Oh, no, oh, no, not me
I did it MY WAY
Wah, bukankah ini
kata-kata orang yang macho, orang yang jantan, orang yang punya karakter, orang
yang punya tulang punggung, bukan orang lemah yang selalu bergantung pada
sesuatu? Ini benar-benar laki-laki, berani berbuat berani bertanggung jawab
sendiri. Benar? SALAH!
Bisa dibayangkan kekacauan yang terjadi
apabila setiap orang menerapkan standar moralnya sendiri? Kamu punya barang,
menurut aku, aku yang layak memilikinya, aku ambil barangmu. Walaupun kamu
bilang itu mencuri tapi menurut aku itu bukan mencuri. Aku berbuat apa yang
menurut aku benar. Tidak ada hukum. Hukum rimba yang berlaku. Yang kuat yang
menang. Yang lemah tersingkir.
Alkitab mengajarkan bahwa Allahlah yang menentukan apa yang
benar apa yang salah. Hukum moral Allah ialah Kesepuluh PerintahNya, yang ditulis
oleh jari Allah sendiri pada dua loh batu yang diberikannya kepada Musa untuk
disampaikan kepada manusia. Hukum Allah itu objektif,
mutlak, dan berlaku selama-lamanya di seluruh alam semesta.
Manusia tidak
boleh berbuat sesuka hatinya sendiri, bukan untuk “do it My Way” seperti lirik lagu di atas, tapi harus “do it YaH Way”. Bukan mengikuti kehendak sendiri,
tetapi mengikuti kehendak Allah.
Lucifer-lah yang
mengajarkan supaya kita selalu “do it My Way”. Itu yang telah dilakukannya, dan
kita tahu apa akibat baginya nanti.
Dari Postmodernisme ini muncul banyak
pemberontakan, baik secara spiritual maupun secara sosial. Manusia
berbuat sesuka hatinya, menuruti kehendaknya sendiri. Masalahnya, manusia yang tidak menyerahkan dirinya kepada Allah, kehendaknya
sesungguhnya sudah dikuasai oleh Setan sehingga segala pertimbangan
dan pemikirannya salah dan menuju kebinasaan.
Ingat kelompok
hippy yang mulai muncul 40-50an tahun yang silam? Mereka penganut
Postmodernisme semua.
Aku
tidak mau mandi satu tahun itu urusanku, kalau ada yang tidak tahan bau
badanku, itu urusan mereka, ya menyingkirlah dariku.
Aku
mau pakai pakaian compang camping ke mana-mana (walaupun punya pakaian yang
utuh), itu urusanku. Kamu tidak suka melihatnya, ya tutuplah matamu.
Rambutku
aku biarkan tidak pernah disisir tidak pernah dikeramasi sampai berkutu pun itu
urusanku. Kamu takut tertular ya jangan dekat-dekat aku.
Perkataan “Itu urusan gue” inilah motto mereka. Tidak ada peraturan
yang standar, tidak ada hukum yang dihormati selain kehendak dirinya sendiri.
Umumnya anak-anak kecil memiliki sifat
demikian.
Mereka mau sesuatu, kalau tidak diberi, mereka menangis, tantrum, memaksa supaya
keinginannya dituruti. Ketika mereka bisa lebih mengerti, ada yang bisa
menerima penjelasan orangtuanya mengapa keinginan mereka tidak dituruti, tetapi
ada yang tidak bisa, yang tetap memaksakan kehendak. Jadi faham Postmodernisme ini bukan makanan asing yang tidak kita
kenal, ini sudah ada dalam kehidupan kita dari usia manusia yang
paling dini.
Pernahkah kita
bertemu dengan orang-orang dewasa yang punya sifat demikian? Banyak. Kita
memberi mereka label “sak karepe dewe”. Ya itu postmodernisme.
Pernahkan kita
sendiri berperilaku demikian? Jangan-jangan sering juga. Semoga setelah ini
kita lebih sadar, bahwa setiap kali kita bersikap “semau gue”, itu kita sudah
ikut faham Postmodernisme ciptaan Lucifer.
Nah, dari Postmodernisme lahirlah para “free-thinkers”.
Apa pula ini?
Free-thinkers adalah mereka
yang mengakui ada standar yang objektif, tetapi mereka bebas berpikir di luar kerangka
standar objektif tersebut. Jadi mereka tidak mau dibatasi oleh standar yang
ada, mereka menganggap mereka boleh bebas berpikir, bebas
berpendapat, bahkan kalaupun itu bertentangan dengan standar atau kaidah yang
ada.
Free-thinkers terdapat dalam
banyak aspek, tetapi yang sekarang kita bahas di sini
adalah aspek agama, khususnya agama Kristen.
Jadi free-thinkers dalam agama (Kristen) sesugguhnya
menganggap diri mereka lebih tahu daripada Allah, lebih
baik daripada Allah, karena itu mereka punya pendapat yang berbeda dari ajaran
Allah.
Apa dasar faham
ini? Kesombongan tingkat dewa.
Menganggap diri
sendiri melebihi kebaikan dan kebenaran Allah, itu kesombongan tingkat dewa.
Mengapa mereka bisa merasa sombong begini? Karena merasa mereka Allah (lihat,
akibat sudah terpolusi faham Pantheisme).
Misalkan,
Alkitab mengatakan hubungan seksual sesama jenis itu kekejian di mata Allah.
Bukan sekadar dosa, tapi sudah sampai menjadi kekejian.
Apa kata Free-thinkers? Oh, itu penyakit, justru
orang-orang gay yang berani mengakui
kondisi mereka itu orang-orang hebat. Dan orangtua yang secara terbuka mengakui
dan mendukung anaknya yang gay, itu
orangtua yang hebat.
Sadarkah mereka
bahwa para orangtua yang demikian justru mengantarkan anaknya ke neraka?
Jadi dengan kata
lain, si free-thinker ini berkata,
“Allah itu cupet pikiranNya dengan mengkategorikan hubungan gay sebagai dosa. Allah itu kaku. Allah
itu sok suci. Allah itu salah. Katanya Allah itu kasih, tapi ternyata Allah
tidak mengasihi yang gay. Aku lebih baik
daripada Allah, karena aku bisa menerima hubungan sesama jenis sebagai
hal yang wajar.” Maka jadilah si free-thinker
ini lebih allah daripada Allah sendiri.
Lalu bagaimana
tentang ayat bahwa orang gay tidak
bisa masuk Surga? Que sera sera.
Jangan heran,
ada banyak lho orang yang bersikap demikian. Apa yang dikatakan Allah sebagai
dosa, free-thinkers berkata itu tidak
apa-apa, ada penjelasan sainsnya, ada penjelasan medisnya, dll. Pokoknya apa
yang dikatakan Allah dosa, bagi mereka bukan dosa. Jadi mereka merasa
lebih baik, lebih mengasihi, lebih pengertian daripada Allah yang kejam dan
hanya mau menghukum saja.
Jika kita mengaku Kristen, maka apa yang Allah
kategorikan sebagai dosa, kita harus memandangnya sebagai dosa,
ü jangan
menyentuhnya,
ü jangan
melakukannya,
ü jangan
memfasilitasinya,
ü jangan
mendukungnya,
ü jangan berusaha
membenarkannya (menjustifynya).
Allah Khalik Pencipta alam semesta yang berhak menentukan mana yang dosa mana tidak tidak. Bukan kita, yang hanya makhluk ciptaan. Kita tinggal patuh kepada ketentuan Allah.
Siapa free-thinker yang pertama?
Lucifer.
Dia menganggap
dirinya bisa menjadi Allah yang lebih baik daripada Allah yang telah
menciptakannya, karena itu dia mau mengkudeta takhta Allah. Dia mau
menggantikan Allah karena dia merasa dia lebih kompeten daripada Allah.
Yehezkiel 28:2
Hai anak manusia,
katakanlah kepada pangeran Tirus: Beginilah
firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan engkau berkata: Aku adalah Allah! Aku
duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah
manusia, bukan Allah, walau engkau menempatkan
hatimu seperti hati Allah.
Di sini Allah
menyebut Lucifer sebagai “Pangeran Tirus”.
Kalau raja
Tirus, itu raja negeri Tirus yang asli. Tetapi sebutan “Pangeran Tirus”
diberikan kepada Lucifer.
Lihat, Lucifer “menjadi
tinggi hati, dan engkau berkata: Aku adalah
Allah!” Karena itu jangan tinggi hati, jangan
sombong, karena keangkuhan itu mendahului kejatuhan, kata
Amsal 16:18
Kecongkakan
itu mendahului kehancuran, dan tinggi hati itu mendahului kejatuhan.
Kita kembali ke
Yehezkiel 28:2. Jadi Lucifer ingin menjadi Allah dan duduk di takhta Allah, di
mana? “di tengah-tengah lautan”.
Kok takhta Allah ada di tengah-tengah
lautan?
Istilah “lautan” atau “banyak air” itu selalu melambangkan
bangsa-bangsa, suku-suku, kaum-kaum dan bahasa-bahasa.” Alkitab yang berkata
begitu.
Wahyu 17:15
Lalu ia berkata kepadaku:
‘Semua air
yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah
kaum-kaum, dan orang banyak, dan bangsa-bangsa dan
bahasa-bahasa.
Jadi yang dimaksud Lucifer ialah ia ingin duduk di takhta Allah yang berkuasa atas semua bangsa, bahasa, kaum, dan suku.
Di ayat ini juga disebutkan bahwa “engkau adalah manusia, bukan Allah”, lalu ada yang berkata, kok Lucifer disebut “manusia”? Ya, ini ungkapan untuk membedakan antara makhluk ciptaan dengan Allah Sang Pencipta. Di Alkitab sering dikatakan “seorang malaikat” (Kel. 23:20, 33:2, 1 Raja 13:18, Zakharia 2:3, Matius 28:2, Kisah 5:19, dll.). Jadi malaikat disetarakan dengan manusia dalam hal sama-sama makhluk ciptaan. Manusia diciptakan sedikit lebih rendah dari malaikat, tapi sama-sama makhluk yang diciptakan bisa berpikir, bisa bertindak, sama-sama diberi kebebasan memilih, sama-sama punya hati nurani, sama-sama tahu bahwa dirinya bukan Allah.
4 apalah manusia, sehingga Engkau mempedulikannya? Dan anak
manusia, sehingga Engkau mendatanginya? 5 Karena Engkau telah
membuatnya sedikit lebih
rendah daripada malaikat, dan Engkau
telah memahkotainya dengan kemuliaan dan
kehormatan.
Kembali ke
Lucifer, yang tiba-tiba merasa dirinya begitu hebat sehingga layak menandingi
Allah yang menciptakannya. Dia punya kebebasan berpikir, dan dia memakai
kebebasan itu di luar kerangka kebenaran yang telah diberikan Allah kepada
semua makhlukNya. Dia mau menjadi free-thinker.
Siapa free-thinker pertama di bumi?
Hawa.
Nah, Hawa
mengira dirinya seorang free-thinker
murni, tetapi sesungguhnya tidak ada manusia yang free-thinker murni, karena semua manusia
mendapatkan masukan data dari sumber yang lain.
ü Manusia yang mau setia kepada Allah, memegang teguh masukan
data dari Allah, dari ajaran Allah.
Semua data lain yang lewat di depannya,
akan diukurnya menurut standar Allah. Segala apa yang tidak sama dengan ajaran Allah, dia tahu
itu salah, dan tidak akan diikutinya.
ü Manusia yang tidak terlalu setia pada Allah, menerima masukan
data dari mana-mana.
Dia tidak memegang teguh masukan data
dari Allah, dan dia terbuka menerima segala data lain yang lewat di depannya,
tanpa mengujinya dengan ajaran Allah. Dia tidak tahu mana yang salah, dan dia mengikuti
mana yang dia suka. Ini para free-thinker.
Jadi Hawa adalah
free-thinker pertama di bumi.
Allah berkata
kepadanya, “Jangan makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Yang makan
pasti akan mati.”
Ular yang
kesurupan Setan berkata kepadanya, “Makan saja, kamu pasti tidak akan mati.”
Dua data yang
bertentangan masuk ke kepala Hawa.
Lalu ular itu
menambahkan, “Kamu malah akan jadi seperti Allah, tahu mana yang baik dan
jahat.”
Hawa free-thinking. Dan dia memilih untuk
mempercayai kata-kata ular.
Mengapa?
Karena lebih
menarik! Bisa menjadi seperti Allah lho! Jadi di dalam hatinya Hawa juga ingin menjadi Allah. Ini namanya benar-benar tidak tahu diri.
Hawa berani
makan buah itu. Mengapa? Karena dia tidak percaya kata-kata
Allah. Allah bilang orang yang makan buah itu pasti akan mati. Jelas
Hawa tidak mau mati. Tapi dia berani makan buah itu, berarti itu sama dengan
dia berkata, “aku tidak percaya, Allah pasti bohong.”
Jadi para free-thinkers ini menyangkal ajaran
Allah, dan sesungguhnya mereka berkata Allah itu bohong.
Padahal Allah
tidak berbohong. Justru ular yang disurupi Setan itu yang berbohong. Tapi Hawa
salah pilih. Mengapa? Karena kebohongan yang ditawarkan Setan
itu selalu lebih sedap lebih menarik daripada kebenaran yang dikatakan Allah.
Apakah Hawa merasa
dirinya lebih pintar dari Allah? Oh, iya, dia merasa dia tidak bisa dibohongi
Allah. Allah bilang yang makan buah itu pasti mati, tapi dia tahu, itu cuma
bohong. Jadi Hawa merasa dia lebih pintar daripada Allah, dia
tidak bisa dibohongi Allah. Tapi malah dia kena dibohongi Setan.
Apa yang terjadi ketika Hawa ber-free-thinking?
Dia memakai
logikanya untuk menimbang Firman Allah.
v Kenapa makan
buah pohon ini pasti mati? Buahnya bagus kok. Apa yang menyebabkan makan buah
ini bisa mati?
v Kenapa kalau buahnya
tidak boleh dimakan kok pohon ini ditanam di sini?
Jadi berdasarkan free-thinking Hawa, dia menyimpulkan peringatan Allah bahwa makan buah pohon itu pasti mati, itu tidak benar. Hawa punya pendapat sendiri berdasarkan apa yang dipikirnya sendiri. Hawa mengira itu hasil pemikirannya sendiri. Dia tidak tahu bahwa sebetulnya pikirannya sudah kemasukan data dari Setan, dan Setan sudah mengendalikan pikirannya.
Jadi sebetulnya tidak ada free-thinking yang murni itu. Kita tidak mau dikendalikan oleh
ajaran Allah, kita menganggap kita punya otak yang bisa berpikir sendiri, tapi sebetulnya jika
kita tidak dikendalikan oleh ajaran Allah, ya kita dikendalikan oleh penipuan
Setan. Pada akhirnya hanya dua sumber itu yang ada, yang satu benar,
yang satu salah; yang satu baik, yang satu jahat. Allah mengajar kita supaya
selamat. Setan mengajar kita supaya binasa. Mengapa? Karena dari semula Setan
itu adalah penipu dan pembunuh.
Ini
perkataan Yesus sendiri ketika Dia bicara kepada orang-orang Farisi.
Yohanes 8:44
Kamu
berasal dari bapakmu, si Iblis, dan keinginan bapakmulah
yang kamu mau lakukan. Ia adalah
pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam
dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, itu bersumber dari dirinya
sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapak segala dusta.
Lihat,
jadi Iblis/Setan/dulu namanya Lucifer, itu:
ü pembunuh manusia sejak semula dan
ü tidak hidup dalam kebenaran,
ü di dalam dia tidak ada kebenaran.
ü pendusta dan bapak segala dusta.
Tapi manusia tidak tahu bahwa Iblis/Setan ini sudah mempengaruhi pikirannya sehingga manusia menganggap percaya kepada Allah itu sudah kuno, terbelakang, tidak canggih, tidak modern, tidak smart, tidak saintifik. Percaya pada Allah itu hanya untuk orang-orang bodoh yang otaknya disetir oleh agama. Memang benar ada banyak agama yang salah, tapi kita di sini bicara tentang agama yang benar, yang Alkitabiah, yang diajarkan Allah.
Bagi mereka yang menganggap diri mereka adalah manusia
yang modern, yang terpelajar, yang saintifik, Alkitab itu hanya buku dongeng
yang tidak masuk akal. Mana ada seluruh dunia bersama isinya bisa
diciptakan dari nol dalam 6 hari, 6 x matahari terbenam dan 6 x matahari terbit?
Mana ada Allah bersabda, lalu semua terjadi?
Bahkan seorang
Paus saja mengatakan kok di kitab Kejadian, Allah seperti tukang sulap menciptakan
segala sesuatu dengan tongkat wasiatNya. (Paus Francis berkata kepada Papal Academy of the Sciences pada 14 Oktober 2014 ~ “When
we read about creation in Genesis, we run the risk of imagining God was a
magician with a magic wand able to do everything, but that is not so.” ).
Seorang Paus saja tidak percaya
bahwa tulisan di Kitab Kejadian itu benar-benar Firman Allah yang diilhami. Maka
tidak heran jika banyak manusia yang menjadi free-thinkers dan menganggap Firman Allah itu kitab dongeng.
Apa
mereka benar? Atau Alkitab yang benar?
Kalau kita mengaku Kristen, sampai kapan pun kita harus meyakini
Alkitab itu benar. Itu
Firman Allah, “firman-Mu
adalah kebenaran” sudah kita baca tadi di Yohanes 17:17.
Lha
mereka mengukur dengan kemampuan mereka sendiri. Mereka menciptakan sebuah
mobil dari nol saja tidak bisa dalam waktu satu hari. Mereka “bersabda”
anak-anak mereka saja tidak ada yang menurut. Jadi mereka menurunkan derajat
Allah ke derajat mereka. Mereka membuat Allah setara
dengan mereka. Itu dasarnya faham apa? Faham Pantheisme! Mereka ini
menganggap mereka setara dengan Allah, jadi kalau mereka tidak bisa
naik menyamai Allah, ya Allah yang dibawa turun ke level mereka. Maka kalau mereka
tidak bisa mencipta, Allah juga tidak bisa karena mereka itu juga Allah.
Lihat? Apa dasar teori Evolusi? Pantheisme!
Orang-orang
yang mengatakan Firman Allah itu kitab dongeng, itu karena mereka tidak bisa
membuktikan Allah mencipta langit dan bumi dan segala isinya ini dalam enam
hari literal. Lha jelas mereka tidak bisa membuktikan karena itu karya Allah.
Pikiran manusia mana bisa mencapai pikiran Allah?
Tapi
mereka mengatakan teori Evolusi itu kebenaran, padahal mereka juga tidak bisa
membuktikan semua teori Evolusi, di antaranya mulai titik mana monyet bisa
berubah menjadi manusia, lalu setelah itu tidak bisa lagi, dan tetap menjadi
monyet? Darwin sendiri mengakui dia tidak bisa menemukan “missing link”nya, mata rantainya yang hilang. Tapi manusia modern
yang “pintar-pintar” para ilmuwan yang mahasaintifik, bisa mempercayai data
yang tidak klop karena ada mata rantainya yang hilang.
Dan
mereka lebih memilih menjadi anak monyet ketimbang anak Allah yang diciptakan
secara supranatural dalam keserupaan dengan Allah.
Segala yang diajarkan Setan itu kebalikan dari yang
sebenarnya.
Alkitab
mengajarkan bahwa Adam, ciptaan yang keluar dari tangan Allah sendiri, itu
makhluk yang mulia, “Engkau
telah
memahkotainya
dengan kemuliaan dan kehormatan.” (Maz. 8:5). Adam hidup hingga 930 tahun.
Alkitab
mencatat semua manusia pra-air bah itu usianya mendekati 10 abad.
Berapa
usia manusia sekarang? Bisa mencapai 1/10 usia Adam saja sudah bagus.
Jadi
menurut Alkitab manusia semakin lama semakin merosot,
baik dalam fisik maupun mentalnya. Orang dulu lebih hebat daripada
orang sekarang.
ü Nuh tanpa
teknologi bisa membangun bahtera yang muat semua hewan berpasang-pasang plus
seluruh keluarganya, plus semua makanan untuk jatah satu tahun lebih bagi semua
hewan itu dan keluarganya. Bayangkan seberapa besarnya bahtera itu.
ü Nimrod dan anak
buahnya bisa membangun menara Babel yang diruntuhkan Allah.
ü Orang Mesir bisa
membangun piramida.
ü Nebukadnezar
bisa membangun taman gantung Babilon. Semua tanpa teknologi.
Tetapi
teori Evolusi yang adalah ajaran Setan, mengatakan justru kebalikannya. Manusia tambah lama tambah maju,
yang tadinya berasal dari monyet, tangan menggelantung, berjalan membungkuk,
melompat-lompat dari pohon, cuma garuk-garuk dan cari kutu, semakin lama
semakin tegak, dan hari ini bisa pakai dasi dan menciptakan roket.
Alkitab mengatakan Allah menciptakan semua makhluk dengan
tujuan, sesuai rencanaNya, sempurna dari awal diciptakan.
Teori Evolusi mengatakan semua makhluk ciptaan terjadi
secara kebetulan.
Pada suatu hari ada amuba (asalnya dari mana?) yang satu menjadi burung yang
bisa terbang, yang satu menjadi ikan yang harus hidup di air, yang satu menjadi
sapi yang memamah biak, yang satu menjadi monyet yang lompat-lompat, dan
tiba-tiba dari antara monyet ada yang menjadi manusia yang bisa memanah burung,
menangkap ikan, menyembelih sapi dan membuat monyet sebagai tontonan tandak bedes.
Sedangkan
di antara burung saja jenisnya ada begitu banyak, yang burung pagi, yang burung
malam, yang kecil sekali, yang gede sekali, yang tidak bisa terbang, yang
berdiri dengan satu kaki, dll. Bagaimana ada amuba yang sama bisa berubah
menjadi macam-macam makhluk ini? Organ-organnya saja berbeda semuanya. Secara
kebetulan?
Dan
yang lebih ajaib lagi, proses evolusi (perubahan) ini terjadi selama
berjuta-juta-juta tahun dan tidak langsung jadi makhluk yang sempurna.
Maksudnya kalau burung tidak langsung jadi burung, mungkin perutnya dulu, lalu
sayapnya, lalu kepalanya. Lha selagi baru ada perut belum ada kepala bagaimana
makhluk ajaib ini bisa hidup dan melanjutkan evolusinya?
Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh teori
Evolusi, tapi manusia yang menganggap dirinya lebih pintar dari Allah, manusia
yang ngaku saintifik, bersikokoh mempercayai teori buatan manusia yang Darwin
sendiri pun belum pernah menyaksikan langsung transformasi dari amuba menjadi
burung itu. Dan mereka mengatakan Firman Allah itu yang dongeng tapi asumsi Darwin
itu saintifik.
Yang
lebih lucu lagi, manusia yang mengaku saintifik ini lebih suka
mengakui monyet yang tidak saintifik sebagai sumber eksistensinya daripada
mengakui Allah yang supersaintifik sebagai Penciptanya.
Apa
tidak lebih masuk akal ada Sosok Ilahi yang mahakuasa yang menciptakan segala
sesuatu langsung jadi dalam segala bentuk dan aneka rupa secara supranatural
karena kemahakuasaanNya?
Sebagai orang Kristen kita tidak anti-sains. Tapi kita hanya menerima sains yang tidak bertentangan dengan Firman Allah. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman Allah, itu bukan kebenaran, itu penyesatan Setan.
Jadi
baiklah kita yang mengaku Kristen ini tidak membuat malu Allah kita, dan
berpegang teguh pada ajaran Alkitab. Jangan tertipu oleh segala macam faham dan
teori ciptaan manusia. Jangan menjadi Pantheistis, jangan menjadi Postmodernis,
jangan menjadi Free-thinker, jangan
menoleh ke teori Evolusi, dan ke teori Big Bang. Yakinlah bahwa
Allah kita itu Allah yang mahakuasa yang menciptakan semesta alam dan seluruh
isinya dengan kemahakuasaanNya. Allah tidak perlu menggunakan teori
Evolusi untuk mencipta. Allah bersabda, langsung jadi. Allah memberi nafas
hidup, maka makhluk itu hidup.
Semua
makhluk hidup hanya bisa hidup selama diberi suplai nafas hidup oleh Allah Sang
Pencipta. Begitu suplainya distop oleh Allah, makhluk itu mati.
Sampai
sekarang sains belum bisa menciptakan nafas hidup. Sains tidak bisa
membangkitkan orang mati. Tapi Allah bisa. Jadi sampai kapan pun
Allah itu lebih besar daripada sains, Allah itu mahakuasa.
13
01 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar