Rabu, 18 September 2013

MENJADI GARAM DUNIA BUKAN TUGAS YANG ENAK

MENJADI GARAM DUNIA

Matius  5:13
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.


Markus  9:50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Teman-teman yang Kristen pasti sudah sangat mengenal dua ayat ini. Tetapi sebenarnya, apakah kita sudah benar-benar menangkap apa yang dikatakan Yesus di sini?

Pemahaman yang paling umum dari makna dua ayat ini adalah, kita harus membuat hidup orang lain lebih “sedap” sebagaimana garam membuat makanan menjadi  sedap.
Dan karena setelah itu Yesus berkata:
“Kamu adalah terang dunia..... hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14, 16)
Maka garam pun dianggap satu paket dengan terang, dalam fungsinya.

Namun, sebenarnya kata-kata Yesus ini mengandung arti yang jauh lebih mendalam. Mari kita lihat satu per satu kegunaan garam:
·         Garam fungsinya membuat asin, membuat makanan lebih sedap.
·         Garam fungsinya mengawetkan, karena membunuh kuman.
·         Garam fungsinya mengeringkan, karena menyedot keluar air.
·         Garam fungsinya membersihkan, karena bersifat disinfektan.

Sehubungan dengan beberapa fungsi garam ini, apa makna kata-kata Yesus?

1. Garam itu hanya bermanfaat bagi yang digarami, tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Garam itu kalau berkumpul dengan sesama garamnya di dalam wadahnya, tidak bermanfaat apa-apa bagi dirinya. Dia hanya bermanfaat bila ditaburkan atau ditambahkan pada sesuatu di luar dirinya. Garam tidak bisa menggarami dirinya sendiri. Dia hanya bisa menggarami barang lain di luar dirinya.
Ini berarti, kita sebagai murid-murid Kristus tidak bermanfaat bagi diri kita sendiri. Kita hanya bermanfaat bila kita “ditaburkan” kepada sesuatu yang berada di luar diri kita.
Sebagaimana garam itu bisa mempengaruhi barang yang digaraminya, demikianlah kita dipanggil Kristus untuk “mempengaruhi” kondisi di sekitar kita.
Bagaimana kita menggarami kondisi di sekitar kita?
·         dengan menyampaikan kabar selamat/kabar baik kepada semua.
·         dengan menjadi saksi bagi Kristus dengan perkataan dan perbuatan kita.


2. Sebagai “penyedap” dalam kehidupan adalah MEMBERI ARTI.
Bagaimana kita bisa “memberi arti” kepada kehidupan orang lain? Hidup di dunia ini hanya sementara. Mereka yang hanya hidup untuk dunia ini, hidupnya sia-sia, karena dunia ini akan lenyap, juga semua orang yang tidak selamat akan lenyap.

Dengan mengenalkan Jalan Kebenaran yang menuju kepada hidup kekal kepada orang lain, maka kita bisa memberi arti pada hidup mereka. Kita tahu bahwa:
“... keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini TIDAK ADA NAMA LAIN YANG DIBERIKAN KEPADA MANUSIA YANG OLEHNYA KITA DAPAT DISELAMATKAN." (Kis 4:12),
jadi dengan mengenalkan “DIA” kepada mereka yang belum mendapat keselamatan ini, kita bisa membuat hidup mereka menjadi berarti, karena mereka akan punya kesempatan untuk hidup kekal.


3. Sebagai pembunuh kuman dan disinfektan
Nah, ini adalah fungsi garam yang jarang dipahami oleh banyak orang Kristen. Kita dipanggil juga untuk “membersihkan” orang lain. Artinya, jika orang tersebut telah terpolusi oleh konsep-konsep yang salah, adalah tugas kita untuk menunjukkan kesalahan konsepnya itu. Sebagai garam, kita harus membersihkan orang lain dari kuman yang menginfeksi hidupnya, yang menimbulkan borok rohani.
Disinfektan itu pada waktu dibubuhkan pada borok, pasti  rasanya pedih dan sakit. Jadi, sebagai garam dunia, kita harus siap untuk membuat orang lain merasa pedih dan sakit, asalkan itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, dan demi keselamatan orang itu sendiri.

Menunjukkan kesalahan konsep orang lain itu meletakkan diri kita pada posisi yang sangat tidak nyaman, karena kita membuka diri untuk diserang oleh orang yang kita tunjukkan kesalahannya itu. Bisa saja orang itu berkata, “Emang kamu sudah sempurna ya, sudah tidak punya dosa, kok menunjukkan kesalahanku?” Nah, tuh, tidak enak kan?  Sebagian besar dari kita memilih untuk tidak mengemban tugas ini saja. Tetapi, karena kita telah dipanggil menjadi garam dunia, beranikah kita mengabaikan tugas yang sudah diberikan oleh Juruselamat kita? Susahnya, kita juga tidak bisa menunggu sampai kita sendiri sudah sempurna tidak punya dosa baru menunjukkan kesalahan konsep orang lain, karena itu berarti sampai mati pun mungkin kita tidak bakalan bebas dari dosa. Lha kapan kita memberitahu orang lain bahwa konsepnya salah dan dia perlu belajar Alkitab lagi supaya dia berjalan di Jalan Keselamatan?

Tugas kita sebagai garam dunia adalah “membersihkan” kesalahan konsep pada orang-orang lain dan mengenalkan kepada mereka konsep yang alkitabiah, konsep yang diajarkan Tuhan.
Jadi, kalau kita menimbulkan rasa pedih, rasa sakit, dan reaksi marah pada orang-orang yang kita tunjukkan kesalahan konsepnya, itu adalah resiko yang harus kita pikul. Jika untuk sementara kita dibenci oleh orang itu, itu pun adalah resiko yang harus kita pikul. Itulah yang dialami oleh Paulus, karena itu dia menulis di Galatia 4:16
“Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?”

Tidak, kita tidak bermaksud menjadi musuh siapa pun. Bahkan di Markus 9:50 dikatakan dengan jelas agar kita “selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Namun kebenaran tetap harus kita sampaikan, jika kita mau menjadi garam dunia seperti yang dikomisikan Tuhan kepada kita.

Tuhan meletakkan suatu tanggung jawab ke atas kita yang sudah mengaku sebagai orang percaya. Sebagaimana garam itu tidak untuk mengasinkan dirinya sendiri melainkan untuk mengasinkan yang lain, maka kita pun harus menjangkau ke luar dari diri kita sendiri.

Marilah kita simak apa yang ditulis oleh Yehezkiel di
Yehezkiel 3:18-21
Kalau Aku [Tuhan] berfirman kepada orang jahat: “Engkau pasti dihukum mati!” --dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu."

Dan apa yang ditulis oleh Yakobus 5:19-20
“Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik,  ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”


Jadi, semoga penjelasan tentang komisi Yesus agar pengikutNya menjadi garam dunia ini bisa membuat orang-orang yang pernah aku buat pedih, sakit, atau marah karena merasa aku telah menyalahkan konsep mereka, mengerti mengapa itu kulakukan. Bukan tujuanku untuk menyakiti, tetapi begitulah garam itu bekerja bila dipakai sebagai disinfektan, dia membersihkan boroknya supaya luka bisa menutup. Jika borok tidak dibersihkan, luka tidak akan menutup. Jadi, garam itu  tidak bertujuan jelek, namun bisa membuat pedih dan perih. Tujuannya hanya satu, yaitu  mengenalkan kebenaran yang hakiki agar semua boleh selamat kelak.





2013-09-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar