Sabtu, 24 Juni 2017

182. PILIH HIDUP ATAU PILIH MATI

182. PILIH HIDUP ATAU PILIH MATI

_______________________________________________________

 

 

Sebenarnya dari kehidupan binatang-binatang, kita mendapat banyak pelajaran yang bila kita amati, kita akan menemukan banyak hikmat di dalamnya.

Kali ini kita diajak untuk menangkap pelajaran yang diberikan oleh burung elang.

Nah, contoh ini sudah pernah dikhotbahkan oleh Pdt. Kristiyono Sarjono beberapa tahun yang lalu, dan Sabat siang tadi juga menjadi bagian dari khotbah Pdt. Otiesinus. Karena kebetulan pelajaran ini pas dengan pelajaran Sekolah Sabat hari ini, jadi aku bagikan.

 

Burung elang. Kita semuanya tentu tahu bagaimana bentuk seekor burung elang, burung yang besar, dengan tatapan mata yang tajam, dengan sayap yang kokoh, yang begitu kuatnya bukan hanya untuk menerbangkan dirinya sendiri jauh di atas angkasa, tetapi juga kuat membawa mangsa-mangsa yang berhasil diterkamnya; cakar-cakar yang tajam dan kokoh untuk mencengkeram mangsanya sehingga mangsanya tidak bisa melepaskan diri; dan paruh yang kuat untuk mematuk mangsanya.

 

Sekitar awal-awal abad 21, muncul suatu presentasi berjudul The Rebirth of the Eagle (= Kelahiran Kembali Burung Elang).  Sebagaimana teori-teori yang lain, presentasi ini kemudian dianggap hanya sebuah mitos yang diragukan kebenarannya oleh beberapa pihak. Nah, kita sekarang tidak akan mendebatkan apakah ini benar atau tidak, apakah ini mitos atau fakta, tetapi marilah kita melihat ke pelajaran yang ada dalam The Rebirth of the Eagle ini.

 

Seekor elang, dikatakan, bisa hidup hingga 70 tahun. Kata kuncinya adalah “BISA”.  “Bisa” berarti punya kesempatan, ada kemungkinan. Tetapi “bisa” tidak berarti “PASTI.” Ini poin yang pertama.

Mengapa tidak pasti?

Kita tidak berbicara tentang kemungkinan elang itu mati ditembak pemburu, atau mati saat bertarung dengan binatang buas lainnya. Kita di sini berbicara tentang elang yang mati sendiri secara wajar.

Nah, presentasi The Rebirth of the Eagle ini menyatakan bahwa elang itu sendiri harus memilih apakah dia mau hidup sampai sekitar 70 tahun, atau mati sekitar usia 30-40 tahun.

Untuk bisa hidup hingga 70 tahun, elang itu sendiri yang harus menentukan. Dia “bisa” jika dia memilih untuk “bisa”. Tetapi bila dia memilih untuk “tidak mau”, maka dia “tidak bisa.”

 

Jadi melampaui usia 30-an tahun, dikatakan, elang ini kuku-kuku cakarnya sudah begitu panjang sehingga bentuknya melengkung dan dia tidak bisa lagi mencengkeram; bulu-bulunya sudah begitu tebal sehingga sayapnya menjadi berat dan dia kesukaran untuk terbang tinggi; dan paruhnya sudah begitu tebal dia kesulitan mematuk makanannya.

Pada saat inilah elang ini harus membuat pilihan secara naluri, apakah dia mau berbuat sesuatu untuk menghilangkan masalah-masalahnya, atau dia menyerah begitu saja kepada nasibnya, dan mati perlahan-lahan karena sudah tidak bisa berburu mangsa dan tidak bisa makan lagi.

 

Bila elang ini menyerah kepada nasib, maka dia akan mati. Tamat ceritanya.

Tetapi bila  elang ini mau mempertahankan hidupnya, dia berusaha untuk menghilangkan hal-hal yang mencegahnya melanjutkan hidupnya. Secara naluri dia tahu bahwa cakar-cakarnya sudah tidak berfungsi seperti dulu, sayap-sayapnya tidak berfungsi seperti dulu, paruhnya juga tidak berfungsi seperti dulu. Maka konon dia akan melakukan sesuatu untuk memperbaiki semua itu.

Jadi dia akan terbang ke tempat yang sepi, di mana terdapat batu-batu yang keras. Dia membutuhkan batu-batu itu untuk mengupas paruhnya, dan dia membutuhkan tempat yang sepi di mana dia tidak akan diganggu predator lainnya karena selama proses perbaikan itu elang ini dalam kondisi yang lemah.

 

Maka selama waktu sekitar 5 bulan, atau 150 hari, konon elang ini akan membenturkan paruhnya pada batu-batu itu, sampai bagian-bagian yang menebal terlepas, suatu proses yang pasti sangat menyakitkan. Jika elang ini tidak tahan uji dan berhenti sebelum selesai, maka sia-sialah upayanya. Hanya elang yang bertahan sampai seluruh proses itu selesai yang menikmati hasilnya ketika dia mendapatkan paruh yang baru. Tapi penderitaannya masih belum selesai. Dia masih harus mencabuti cakar-cakarnya yang panjang, supaya yang baru bisa tumbuh. Dan dengan cakar-cakar yang baru, kemudian dia mencabuti bulu-bulu sayapnya supaya yang baru bisa tumbuh. Singkatnya selama waktu 5 bulan itu elang ini sangat menderita. Tetapi setelah itu dengan paruh yang baru, cakar yang baru, dan bulu-bulu sayap yang baru, dia bisa hidup selama sekitar 30 tahun lagi.

 

Pelajaran apa yang kita peroleh dari kelahiran baru elang ini?

 

Di dalam Alkitab Yesus berkata,

Yohanes 3:7

Janganlah heran kalau Aku berkata kepadamu,  ‘Kamu harus dilahirkan kembali.’

 

Kapan kita dilahirkan kembali?

Roma 6:3-4

Tidak tahukah kamu, bahwa seberapa banyak dari kita yang telah dibaptis dalam Yesus Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Dengan demikian melalui baptisan kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita harus  hidup dalam hidup yang baru.

 

2 Korintus 5:17

Jadi jika seseorang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu; lihatlah, semuanya telah menjadi baru.

Jadi, bagi kita yang telah memilih untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat kita,  menjalani hidup baru bersama Kristus itu suatu KEHARUSAN (Yohanes 3:7).

 

Nah, sebagaimana elang yang diilustrasikan itu, maka proses kelahiran baru kita juga sangat menyakitkan. Si elang menjalaninya selama 5 bulan, tetapi kita harus menjalaninya SEUMUR HIDUP KITA. Seumur hidup kita, kita harus seperti elang itu, membuang semua kebiasaan kita yang lama yang berlawanan dengan kehendak Allah, dengan semua Perintah dan ajaran Kristus.

ü   Cara hidup kita yang lama harus kita tinggalkan,

ü   kebiasaan dan kegemaran kita yang lama harus kita tinggalkan,

ü   makanan kita yang lama harus kita tinggalkan,

ü   cara berpakaian kita yang lama harus kita tinggalkan,

ü   bahkan mungkin pekerjaan kita yang lama pun harus kita tinggalkan

ü   dan jangan heran bila suatu saat kita juga harus meninggalkan (atau ditinggalkan oleh) orang-orang yang kita kasihi, yang tidak lagi bisa berjalan bersama kita yang berbeda dari kita yang lama.

 

Demi apa?

Jika elang itu mau menderita selama 5 bulan demi mendapatkan kelahiran barunya supaya dia bisa hidup 30an tahun lagi, maka kita melakukannya demi apa?

 

Jika kita menjawab demi memperoleh keselamatan, demi memperoleh hidup kekal, maka kita sudah melakukannya untuk motif yang salah!

Tidak!

KESELAMATAN DAN HIDUP KEKAL ITU PEMBERIAN TUHAN, tidak bisa kita peroleh dengan usaha kita sendiri betapa pun menderitanya kita untuk mencapainya.

 

 

KESELAMATAN ADALAH DARI TUHAN!

Yunus 2:9

 

 

Jadi demi apa kita meninggalkan kehidupan kita yang lama, atau lebih tepatnya “orang lama” kita?

DEMI KASIH KITA KEPADA TUHAN YANG TELAH MENYELAMATKAN KITA.

 

Yohanes 14:15

Jikalau kamu mengasihi Aku, turuti Perintah-perintah-Ku.

 

Jadi motivasi kita menuruti Perintah-perintah Tuhan itu apa? Harus karena kita mengasihi Dia. Ini kata Yesus sendiri.

Motivasi yang lain tidak benar.

Karena kita tahu Tuhan ingin kita menjadi tidak bercacat cela, tidak memelihara dosa, Tuhan ingin kita kembali ke rancanganNya semula menciptakan kita dalam keserupaan dengan DiriNya.

Kebanggaan orangtua yang terbesar ialah bilamana anak-anak mereka dinilai mirip dengan mereka. Mengapa? Karena kemiripan membuktikan tanda kepemilikan, bahwa anak-anak itu memang tidak diragukan adalah anak-anak mereka, bukan anak-anak tetangga.

Demikian pula Bapa kita yang di Surga. Dia akan merasa bahagia bila anak-anakNya memiliki keserupaan denganNya, dalam sifat, dalam watak, dalam perbuatan, dalam kerohanian.

 

 

Proses kelahiran baru itu tidak mudah, bukan  tanpa penderitaan.  Sudah sejak dalam kandungan hingga seusia sekarang kita terpolusi oleh hidup kedagingan, baik secara fisik maupun secara mental. Kita hidup sama dengan dunia, kita makan sama dengan yang dimakan dunia (yang haram, yang halal, semua kita makan), kita berpikir dan berpendapat sama dengan cara berpikir dan berpendapat dunia (yang salah, yang benar, semua kita lakukan), karena kita lahir dan besar di dunia  yang terpolusi dosa ini, jadi tidak heran kita sudah sama dengan dunia.

Alkitab bilang apa?

 

Roma 12:2

Dan janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi jadilah berubah oleh pembaharuan pikiranmu, supaya kamu dapat membedakan manakah yang baik dan berkenan dan sempurna menurut kehendak Allah.

 

Efesus 4:22-24

agar kamu menanggalkan tingkah laku yang dulu dari orang yang lama, yang sudah rusak karena menuruti nafsu-nafsu yang menyesatkan dan jadilah baru  dalam roh pikiranmu, dan agar kamu mengenakan manusia yang baru, yang diciptakan mengikuti Allah, dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati.

 

Yesus berkata:

Matius 10:38

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

 

Salib itu berat atau ringan? Ya beratlah.

Jika kita memikul salib, apa kita masih bisa membawa barang-barang yang lain?  Tentu tidak. Berarti untuk bisa memikul salib, semua beban yang lain harus kita tinggalkan dulu, kan? Kita perlu melepaskan semua keduniawian kita ~ dan ini yang disebut menyangkal diri ~ baru kita bisa mengangkat salib kita.

Kita lihat apa kata Lukas menjelaskan poin ini.

 

Lukas 9:23

Dan Ia berkata kepada mereka semua,  ‘Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus (1) menyangkal dirinya, dan (2) memikul salibnya setiap hari, dan (3) mengikut Aku.’

Jadi itu tahapannya, pertama harus menyangkal diri dulu, menyingkirkan segala yang mengikat kita kepada keduniawian, baru kita bisa mengangkat salib. Dan kerelaan mengangkat salib itu bukan kadang-kadang, bukan setahun sekali, bukan sesuka hati kita, tapi setiap hari, artinya tidak ada jedanya, kita harus siap dan rela mengangkat salib kita setiap hari. Baru kalau kita punya pola pikir yang demikian, kita bisa mengikuti Kristus.

 

Galatia 5:24

Dan mereka yang adalah milik Kristus Yesus, mereka telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

 

 

Jadi bagi teman-teman Kristen, kita semua harus menjalani proses kelahiran baru setiap hari. Kita harus meninggalkan semua kebiasaan lama kita yang bertentangan dengan ajaran Kristus, lalu kita juga harus memikul salib kita.

Ternyata untuk mendapatkan keselamatan itu mudah, cuma bermodalkan iman kepada Kristus, maka kita ditebus oleh darah Kristus. Yang sulit setelah itu.

Masalahnya setelah kita ditebus, kita menjadi milik Kristus, jadi tidak bisa hidup semau kita sendiri, harus mengikuti persyaratan yang ditentukan Kristus, yaitu mengalami kelahiran baru itu (Yoh. 3:7), menjadi ciptaan yang baru (2 Kor. 5:17), menjalani hidup yang baru (Rom 6:4).

 

Jangan lupa penghakiman Tuhan itu sungguh-sungguh ada dan sedang terjadi.

 

1 Petrus 4:17

Karena telah tiba saatnya penghakiman harus dimulai di rumah Allah; dan jika penghakiman itu dimulai dari kita, bagaimanakah akhirnya mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?

 

Penghakiman ini untuk menentukan nama-nama siapa yang tetap layak ada di Kitab Kehidupan dan nama-nama siapa yang gugur.

 

Wahyu 3:5

Dia yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih; dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengakui namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.

 

Karena itu, jika kita tidak mengalami kelahiran baru, tidak menjadi ciptaan baru, tidak menjalani hidup yang baru, jika kita tidak meninggalkan kedagingan kita, dan menjadi berbeda dengan dunia (Rom 12:2) nama kita bakal gagal dipilih untuk dipertahankan dalam Kitab Kehidupan. Itulah sebabnya Kristus berkata,

 

Matius 22:14

          Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.

 

Saat dipanggil, kita sudah datang. Nama kita sudah dicantumkan di dalam Kitab Kehidupan. Kita sudah diberi keselamatan. Tapi itu belum finalnya. Kita harus bisa mempertahankan keselamatan itu sampai nafas kita yang terakhir.  Jika kita tidak seperti burung elang itu yang mau menjalani penderitaan demi mengalami kelahiran yang baru, nama kita bisa gagal dipilih untuk tetap berada dalam Kitab Kehidupan.

Apa yang terjadi dengan nama-nama yang dihapus dari Kitab Kehidupan?

 

Wahyu 20:15

Dan barangsiapa yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam Kitab Kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

 

 

The Rebirth of the Eagle mungkin hanya sebuah mitos, tetapi kita umat yang telah ditebus ini bukan mitos.

Kristus sudah berpesan, kita harus mengalami kelahiran baru, menjalani hidup baru, menjadi ciptaan baru. Burung elang itu harus melakukan semuanya sendiri, tetapi Tuhan telah memberi kita  Roh Kudus untuk menolong kita dalam segala hal, dalam setiap pergumulan kita melepaskan semua kedagingan kita, melepaskan semua keduniawian kita. Jika burung elang yang hanya seekor burung bisa melakukannya sendiri, masa kita yang manusia dengan bimbingan dan bantuan Roh Kudus tidak bisa?

Yang kita perlukan hanya NIAT MAU saja, maka dengan doa yang tulus Roh Kudus akan memberi kita kemampuan dan keteguhan iman untuk mengalami perubahan itu. Itulah yang dijanjikan Tuhan.

 

Kisah Rasul 2:38-39

Lalu kata Petrus kepada mereka, ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa, dan kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi semua yang  jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.

 

Roma 8:28

Dan kita tahu, bahwa segala sesuatu bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil menurut tujuanNya.

 

2 Korintus. 13:14

Rahmat Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin.

 

Yohanes 14:26

tetapi Penghibur itu, yaitu Roh Kudus, yang akan dikirim oleh Bapa dalam nama-Ku,  Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkan kamu akan semuanya, apa pun yang telah Kukatakan kepadamu.

 

Mengikuti bimbingan Roh Kudus, kita pasti bisa, jika kita memilih untuk bisa. Tuhan telah membayar mahal untuk menebus kita. Kita sudah ditebus, sekarang kita perlu mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Filipi 2:12) supaya apa yang sudah kita terima, jangan hilang karena kecerobohan kita.

Mari kita semua mengklaim janji Tuhan ini. Jangan kalah dengan burung elang.

 

 

 

25 06 17

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar