Selasa, 26 April 2022

214. BAIT SUCI PETA KITA ~ PART 2

 

214. BAIT SUCI PETA KITA – PART 2

________________________________________________________________________________________________________

 

 

Di pembahasan nomor 213. Bait Suci Peta Kita, aku membahas bagaimana urut-urutan upacara Bait Suci itu menggambarkan pekerjaan penebusan Kristus, bahwa Allah telah memberikan kepada bangsa Israel lewat nabi Musa, gambaran bagaimana proses penyelamatan manusia itu langkah demi langkah. Ini linknya bagi yang mau membaca lagi.

 

https://smaragd84.blogspot.com/2022/03/213-konsep-bait-suci-peta-kita.html

 

Sesungguhnya itu bukan hanya diberikan kepada bangsa Israel jasmani (orang-orang yang berdarah Yahudi), melainkan juga kepada umat Israel rohani/spiritual, yaitu kita-kita. Itulah mengapa Tuhan menyuruh nabi-nabi dan rasul-rasulNya menulis semua ini, supaya bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi-generasi selanjutnya.

 

Yang dimaksud “Israel rohani/Israel spiritual” adalah mereka yang menyembah Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub, yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka, walaupun mereka tidak berdarah Yahudi.

 

Galatia 3

26               Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus.

27               Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

28               Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

29            Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah benih Abraham dan menurut janji Allah, adalah ahliwarisnya.

 

Jadi sangat jelas menurut Galatia 3:26-29,

v   bahwa siapa pun (bangsa apa pun, posisi apa pun, jenis kelamin apa pun ~ ayat 28),

v   asalkan dia beriman dalam Yesus Kristus (ayat 26), artinya dia mengaku sebagai orang Kristen, dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya,

v   dibaptis ke dalam Kristus, maka dia adalah milik Kristus (ayat 27)

v   dan dia diperhitungkan sebagai benih/keturunan Abraham ~ ayat 29.

Artinya walaupun dia tidak berdarah Yahudi, dia dianggap keturunan Abraham, dia dianggap orang Israel (Abraham adalah cikal-bakal bangsa Israel).

v   Karena dia tidak berdarah Yahudi, berarti bukan Israel alami atau Israel literal,  rasul Paulus menyebutnya “Yahudi secara rohani” menurut terjemahan Alkitab TB-LAI.

Roma 2:29

Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara harafiah.

 

Dengan kata lain, kata “rohani” di sini bukan berarti “saleh/kudus” tetapi adalah lawan dari kata “harafiah/literal”. Sebenarnya kata yang lebih tepat adalah “batiniah” atau “secara batin” artinya “Yahudi dalam hatinya”, tapi kalau aku pakai kata tersebut nanti dicari di Alkitab TB-LAI, tidak ketemu.

Jadi orang tersebut walaupun tidak berdarah Yahudi, bukan bangsa Israel secara alami/literal, tetapi di dalam hatinya, secara batiniah, dia adalah orang Israel seperti Abraham nenek-moyangnya.

Jadi Paulus berkata, setelah salib, mereka yang dianggap “Israel” bukan lagi bangsa Israel di Timur Tengah, melainkan semua umat Allah di seluruh dunia yang beriman dalam Yesus Kristus, dibaptis dalam Kristus, dan adalah milik Kristus. Berarti semua orang yang mengaku Kristen, tidak masalah berdarah apa, kewarganegaraan mana, betul tidak?

 

 

Pertanyaan: Mengapa orang Kristen kok disebut “Israel”? Bukankah Israel yang telah menyalibkan Kristus? Bukankah Israel sudah di-PHK oleh Allah?

Betul, BANGSA Israel sudah di-PHK, jadi secara bangsa pada tahun 34 AD mereka sudah di-PHK sebagai bangsa pilihan Allah.

Dari mana kita tahu itu terjadi tahun 34 AD? Dari Alkitab. Dari perumpamaan-perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus (Lukas 13:6-9), dari nubuatan Daniel (70 minggu – Daniel 9:24-27), dari Kisah 6:8-15, 7:1-60. Jadi ketika Stefanus mati dirajam, habislah kesempatan bangsa Israel mempertahankan status mereka sebagai bangsa pilihan Allah. Di Kisah 7:56, sebelum kematiannya Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah Bapa. Setiap kali Yesus dilihat berdiri, itu berarti berakhirnya suatu masa kemurahan, itu menutupnya suatu pintu kasihan.

·       Di Kisah 7:56 itu berakhirnya masa kemurahan bagi bangsa Yahudi.

·       Di nubuatan Daniel 12:1 itu berakhirnya masa kemurahan bagi seluruh dunia nanti.

 

Maka bangsa Israel sejak 34 AD sudah kehilangan status mereka sebagai umat Allah. Sekarang kedudukan mereka sama dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, mereka tidak punya posisi istimewa lagi. Sekarang semua manusia diterima secara individu, secara pribadi, secara perorangan sebagai umat Allah. 27 Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.”  

Dan mereka ini disebut Israel/Yahudi batiniah, atau Israel/Yahudi secara rohani menurut Alkitab terjemahan LAI.

Mengapa masih tetap ada kata “Israel” yang melekat pada orang Kristen padahal Israel sudah dipecat sebagai bangsa pilihan?  Mengapa mereka masih disebut “Israel secara rohani” atau “Israel batiniah?”

Kata “Israel” bahasa aslinya יִשְׂרָאֵ֑ל [yiś-rā-’êl] berarti “Pangeran Allah” jadi maknanya bagus sekali, bukan sembarangan orang melainkan seorang Pangeran Allah. Seorang Pangeran itu anak Raja! Kedudukannya tinggi.

 

Sebagai “pangeran” apakah dia dituntut bersikap dan bertindak lebih baik, lebih luhur, lebih bijaksana, lebih terhormat, lebih bermartabat daripada yang bukan? Jelas! Seorang pangeran itu anak raja, kalau anak raja itu tingkah polanya memalukan, maka yang menderita malu paling besar adalah rajanya.

Jadi, Allah punya tujuan menyebut umatNya “Israel” atau “Pangeran Allah”. Kita harus ingat bahwa kita dituntut bersikap sebagai seorang Pangeran Allah. Karena itu nama “Israel” tetap melekat pada orang Kristen, karena orang-orang Kristen tetap “Pangeran Allah”, umat Allah itu tetap “Pangeran Allah”, karena itu kita disebut “Israel batiniah” atau “Israel rohani.”

 

Pertanyaan: Apakah seorang Pangeran harus selalu tunduk kepada Sang Raja, Bapanya? Tentu! Justru seorang Pangeran tidak boleh melawan Rajanya. Jika seorang pangeran tidak tunduk kepada Rajanya, berarti dia sudah menjadi pemberontak, dia sudah berkhianat, dia sedang melakukan kudeta, dia mau merebut takhta bapanya, dan dia akan dihukum mati.

Karena itu, jika kita, orang Kristen, disebut “Pangeran Allah” oleh Allah, kita harus tunduk pada Allah Sang Raja. Jika tidak, itu namanya kita makar.

 

Orang Yahudi, bangsa Israel literal, ketika mereka tidak tunduk kepada Allah, setelah Allah memberi mereka kesempatan berulang-ulang untuk bertobat, pada akhirnya Allah tidak merasa sayang membuang mereka walaupun mereka tadinya sudah diangkat menjadi “Pangeran Allah”.

Apakah Allah akan sayang membuang kita jika kita juga tidak tunduk pada Allah?

Silakan membaca dari Roma 11, mulai ayat 7-32. Di sini aku hanya akan mengutip ayat 17-21.

Roma 11

17            Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai pohon zaitun liar telah dicangkokkan di antara mereka dan bersama-sama mereka turut mendapat bagian dari akar pohon zaitun dan asupan dari pohon zaitun itu,

18            janganlah kamu menyombong terhadap cabang-cabang itu! Tetapi jikalau kamu tetap menyombong, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.

19             Mungkin kamu akan berkata: ‘Cabang-cabang itu dipatahkan supaya aku boleh dicangkokkan masuk.

20            Tidak salah. Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka dan kamu teguh oleh iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!

21            Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.

 

Paulus di bawah ilham Roh Kudus menulis bahwa orang-orang Yahudi literal (berdarah Yahudi) diibaratkan cabang-cabang dari sebuah pohon zaitun yang sejati. Jelas pohon zaitun sejati ini adalah Allah.

Ayat 19-20 mengatakan bahwa cabang-cabang itu dipatahkan karena mereka tidak percaya, mereka menolak Kristus sebagai Juruselamat mereka.

Lalu kita, yang berasal dari pohon zaitun yang liar dicangkokkan ke pohon zaitun yang sejati.

Yang harus kita ingat ialah ayat 21, jika Allah tidak sayang mematahkan cabang-cabang yang asli (Israel literal) karena mereka tidak percaya dan tidak taat, Allah juga tidak akan sayang mematahkan cabang-cabang cangkokan jika kita juga tidak percaya dan tidak taat.

 

Di perikop ini jelas Paulus mengingatkan kepada orang-orang Kristen Perjanjian Baru, yaitu cabang-cabang dari pohon zaitun yang liar, yang dicangkokkan kepada pokok zaitun yang sejati, janganlah kita sombong dan menganggap cabang-cabang yang asli yang dipatahkan itu sampah. Mereka itu “Israel” (Pangeran Allah) yang asli. Kita ini hanya “Israel rohani” atau katakanlah “Israel cangkokan”. Kepada Israel yang asli Allah telah memberikan doktrin-doktrin, nubuatan-nubuatan, dan janji-janji untuk mereka pegang dan lakukan. Kalau kita mau benar-benar menjadi bagian integral dari pokok zaitun yang sejati itu, kita sama harus mempelajari, memahami, dan mengasimilasikan doktrin-doktrin, nubuatan-nubuatan, dan janji-janji yang diberikan Allah kepada Israel yang asli.

Dalam pembicaraan Yesus dengan perempuan Samaria, Dia berkata, “keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yoh. 4:22). Yesus sendiri lahir sebagai orang Yahudi. Jadi mau tidak mau, kita harus mempelajari semua doktrin yang diberikan Allah kepada bangsa Yahudi, walaupun mereka sebagai cabang-cabang sudah dipatahkan. Alkitab itu nyaris semuanya ditulis oleh orang Yahudi, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

 

Jadi, itulah alasannya mengapa kita harus mempelajari konsep Bait Suci Israel, karena konsep yang diberikan Allah kepada Israel yang asli, ini diaplikasikan juga kepada kita. Apa yang berfungsi sebagai pedoman bagi mereka, itu berfungsi juga sebagai pedoman bagi kita, jika kita mau tetap tercangkok pada pokok zaitun yang sejati.

 

Nah, ada satu hal yang perlu kita pahami lebih dulu. Semua perayaan hari-hari raya Bait Suci yang diajarkan kepada bangsa Israel literal, adalah tipe/lambang/bayangan dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam sejarah. Jadi mereka hanya berfungsi sebagai suatu lambang, hingga peristiwa yang dilambangkan itu terjadi. Setelah peristiwa yang dilambangkan itu terjadi, maka lambang/tipenya sudah selesai fungsinya.

Makna hari-hari perayaan itu sebagian besar sudah digenapi oleh Yesus ketika Dia hidup dan mati di dunia ini, dan dilanjutkan oleh Yesus ketika Dia kembali ke Surga. Karena itu semua upacara hari-hari raya yang bersifat tipe/lambang ini sudah tidak perlu dirayakan lagi di dunia. Inilah yang ditulis Paulus di Kolose bahwa semua upacara hari raya, hari libur (sabat) keagamaan sudah selesai fungsinya ketika yang asli yaitu Kristus menggenapinya.

Kolose 2

16            Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghakimi kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai suatu hari raya, atau bulan baru, atau sabat-sabat,

17            yang adalah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan substansinya ialah Kristus 

 

Makanan dan minuman yang disebutkan di sini adalah persembahan-persembahan makanan dan minuman di Bait Suci, bukan makanan-minuman di meja makan kita. Juga sabat-sabat yang disebutkan di sini bukan Sabat Hari Ketujuh. Dari mana kita tahu? Karena ayat berikutnya mengatakan bahwa mereka itu adalah “bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan substansinya ialah Kristus”.  Baik makanan-minuman yang kita makan maupun Sabat Hari Ketujuh bukanlah bayangan dari Kristus, walaupun banyak orang Kristen suka memakai ayat ini untuk mendukung pendapat mereka bahwa ayat ini memberi mereka izin untuk makan dan minum apa saja sesuka hati, dan tidak usah memelihara Sabat Hari Ketujuh lagi. Tapi itu adalah pengawuran, karena Kolose 2:16 khusus bicara tentang upacara hari-hari raya Bait Suci Yahudi yang adalah bayangan dari pekerjaan penebusan Kristus. Kristus itu substansinya, aslinya. Ayatnya jelas mengatakan demikian.

 

 

Bagi bangsa Israel ada 7 upacara besar Bait Suci setiap tahunnya. Upacara-upacara ini dulunya dilakukan oleh imam dan imam besar dengan partisipasi bangsa Israel. Tetapi setelah Yesus, bagian yang dilakukan imam/imam besar itu dilakukan oleh Yesus sendiri, Imam Besar kita. Kita lihat saja secara singkat:  

1.     Passah – di musim panen jelai, pada tanggal 14 bulan Nisan. Bukan hari libur.

Aslinya memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, yang melambangkan kematian Kristus yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa.

Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia mati di salib sebagai Domba Allah yang dikurbankan.

2.     Roti Tidak Beragi – tanggal 15-21 bulan Nisan selama 7 hari. Tanggal 15 dan 21 adalah hari-hari libur (sabat seremonial) itu BUKAN SABAT HARI KETUJUH!

Melambangkan saat Yesus terbaring dalam kubur.

Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia terbaring dalam kubur.

Karena Yesus tidak pernah berbuat dosa Dia dilambangkan oleh roti yang tidak beragi. Salah satu yang dilambangkan oleh ragi di Alkitab ialah dosa. Tanpa ragi berarti tanpa dosa.

3.     Buah Sulung ~ tanggal 16 Nisan. Bukan hari libur.

Imam mengunjukkan seberkas jelai dan itu melambangkan kebangkitan Yesus yang membawa beberapa buah sulung kembali ke Surga.

Digenapi Yesus tahun 31 AD ketika Dia bangkit dan naik ke Surga, dengan membawa beberapa orang yang bangkit bersamaNya sebagai buah sulung yang dipersembahkan kepada Allah Bapa.

4.     Pentakosta ~ di musim panen gandum, pada tanggal 6 bulan Sivan. Hari libur (sabat seremonial).

Upacara pengurapan Harun sebagai imam besar di gunung Sinai melambangkan pengurapan Yesus sebagai Imam Besar di Surga. Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia diurapi sebagai Imam Besar di Surga pada hari ke-50 setelah kebangkitanNya.

Peristiwa di Surga itu di umumkan di bumi dengan turunnya Roh Kudus ke bumi pada pagi itu untuk menggantikan tugas Yesus mendampingi murid-muridNya. Sampai sekarang Roh Kudus masih mendampingi semua pengikut Yesus.

 

Empat perayaan yang pertama ini penggenapannya berkaitan dengan kedatangan Kristus yang pertama.

Tiga perayaan yang berikutnya ini penggenapannya berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua.

 

5.     Terompet/Nafiri ~ tanggal 1 bulan Tishri, yang berlangsung selama 10 hari mengumumkan datangnya Hari Raya Pendamaian/Grafirat. Ada libur (sabat seremonial).

Karena Hari Pendamaian/Grafirat itu upacara yang sangat penting maka 10 hari sebelumnya, umat sudah disuruh bersiap-siap melalui tiupan Terompet ini.

Kita tahu bahwa dalam nubuatan 1 hari nubuatan = 1 tahun literal. Jadi 10 hari perayaan Terompet ini di sejarah digenapi oleh kelompok Miller di bawah inspirasi Roh Kudus, dari 1834-1844, mereka mengumumkan datangnya Hari Pendamaian/Grafirat walaupun pada saat itu mereka sendiri belum paham.

6.     Pendamaian/Grafirat ~ tanggal 10 bulan Tishri, ini hari sabat perhentian total.

Imam Besar membersihkan Bait Suci dari dosa-dosa yang sudah tertutup darah hewan, dan menempatkan dosa-dosa itu pada kambing Azazel. Melambangkan Imam Besar Yesus mebersihkan Bait Suci surgawi dari dosa-dosa yang sudah tertutup darahNya, dan kelak menempatkan dosa-dosa itu kepada Setan.

Digenapi ketika Yesus Imam Besar kita memasuki Bilik Mahakudus Bait Suci Surgawi dan memulai penghakiman investigasi pada 22 Oktober 1844. Yesus memulai penghakiman atas mereka yang mengaku sebagai umat Allah. Penghakiman dimulai dari generasi yang pertama hidup, berarti atas mereka yang sudah mati dulu. Bilamana penghakiman atas orang-orang yang sudah mati selesai, akan dilanjutkan dengan penghakiman atas orang-orang yang masih hidup.

7.     Tabernakel/Pondok Daun ~ di musim panen buah-buahan (anggur) selama 7 hari dari tanggal 15-21 bulan Tishri.

Tanggal 15 dan 21 adalah hari-hari libur (sabat seremonial). Kemudian ditambahkan satu hari lagi, yang disebut “hari raya besar” atau di LAI disebut “puncak perayaan”.

Perayaan ini menutup tahun relijius Israel, sebagai ucapan terima kasih atas perlindungan dan berkat Allah sepanjang tahun. Ini melambangkan ketika sejarah dunia yang terkontaminasi dosa ini ditutup dan dirayakan dengan sukacita oleh umat tebusan di Surga.

Nah, ini satu-satunya perayaan yang belum digenapi sejarah.

Perayaan ini tidak akan digenapi di dunia. Perayaan ini nanti akan kita rayakan bersama Yesus di Surga, setelah kita dijemput Yesus menjadi tamu Surga di masa Millenium (masa 1000 tahun di Surga).

 

Jadi Allah mengajarkan perayaan-perayaan ini kepada bangsa Israel supaya dipelihara dan dilakukan oleh mereka, agar bila yang dilambangkan oleh perayaan-perayaan ini terjadi, mereka boleh mengerti bahwa itulah penggenapannya. Tetapi ternyata bangsa Israel tidak bisa melihat penggenapannya dalam Yesus Kristus ketika Dia datang pertama kalinya. Mereka gagal. Sekarang kita jangan gagal seperti mereka, di hadapan kita ada Kedatangan Kedua Yesus. Karena itulah kita sekarang perlu mempelajari bentuk tipe/lambang/bayangan ini supaya kita bisa melihat bagaimana Kristus menggenapinya.

 

 

Sekarang kita akan melihat lagi gambar Bait Suci yang sudah pernah diberikan di pembahasan no. 213, tetapi kalau di sana itu dikaitkan dengan pekerjaan penebusan Yesus, di sini dikaitkan kepada langkah-langkah keselamatan kita. Sebagaimana Kristus mengikuti pola Bait Suci untuk pekerjaan penebusanNya, kita juga harus mengikuti pola Bait Suci sebagai proses penyelamatan kita.

 


Gate/Pintu Gerbang

Sama seperti di pembahasan no. 213, kita masuk dari sebelah kanan, yaitu pintu yang ada di sebelah Timur. Itu adalah satu-satunya pintu yang membawa kita kepada keselamatan. Pintu itu melambangkan Yesus Kristus.

Yohanes 10

1               Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya siapa yang tidak masuk ke dalam kandang domba melalui pintu, tetapi dengan memanjat jalan yang lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

2              tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ialah gembala domba-domba itu.’

7              Maka kata Yesus berkata kepada mereka sekali lagi, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu dari domba-domba itu.

8              Semua yang pernah datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, tetapi domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

9              Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

 

Ayat-ayat ini sangat jelas tidak usah dibahas lagi. Hanya ada satu pintu yang membawa kepada keselamatan, dan itu ialah Yesus Kristus. Tidak bisa ditawar karena Tuhan yang mengatakan.

 

 

Brazen Altar = Mezbah Kurban

Bagi kita di sinilah kita memandang pengorbanan Yesus di salib, dan kita menyerahkan hati kita kepadaNya. Inilah saat ketika kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, dan kita menyadari dosa-dosa kita, kita menyesali dosa-dosa kita dan kita mohon ampun untuk semuanya, kita menyerahkan diri kita kepada Kristus.

 

 

Laver = Bejana Pembasuh

Setelah kita menyerahkan diri kita kepada Kristus, maka tibalah saatnya kita membuat pernyataan resmi di hadapan manusia bahwa kita telah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita perlu bergabung dengan gereja Tuhan, artinya gereja yang mengajarkan doktrin-doktrin Alkitab, bukan doktrin dan tradisi atau budaya buatan manusia. Gereja yang sudah menyimpang dari ajaran Alkitab, tidak bisa dikatakan gereja Tuhan lagi. Gereja-gereja yang menyimpang ini di akhir zaman setelah mereka menolak untuk bertobat dan kembali ke ajaran Tuhan, di kitab Wahyu mereka disebut jemaat Setan, jemaat Iblis (Wah.2:9, 3:9). Jadi harus berhati-hati, jangan salah bergabung. Kalau bergabung dengan jemaat Iblis kita bukannya selamat, malah binasa.

Dengan dibaptiskan maka kita resmi menjadi anak-anak Allah.

Matius 10

32            Karena itu siapa yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

33            Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.

 

Inilah saat kita menerima pembenaran (justification), saat kita menerima jubah kebenaran Kristus seperti yang dikatakan di ayat-ayat pertama yang kita baca.

Galatia 3

27             Karena seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.

Bagaimana kita “mengenakan Kristus”? Pada waktu kita menerima Kristus dan dibaptis, kita mendapat jubah kebenaran Kristus. Kita diselubungi oleh jubah kebenaran Kristus sehingga semua aib kita yang lama tidak lagi dilihat oleh Allah. Sebaliknya yang dilihatNya adalah kebenaran Kristus.

 

 

Maka tugas kita berikutnya ialah bekerjasama dengan Roh Kudus untuk menjaga agar jubah kebenaran Kristus yang ada pada kita tetap bersih. Dan inilah yang disebut proses pengudusan (sanctification).

Jika proses pembenaran (Justification) itu hanya terjadi pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat (peristiwa satu kali), maka proses pengudusan (Sanctification) itu terjadi seumur hidup kita, setiap hari. Mulai dari saat kita dibaptis hingga saat kita menutup mata.

 

Kita mengikuti pola Bait Suci lagi. Jadi setelah kita melewati Mezbah Kurban (penyerahan diri kepada Kristus), lalu Bejana Pembasuh (baptisan), selanjutnya kita masuk ke Bilik Kudus, tempat di mana kita dikuduskan.

 

Di dalam Bilik Kudus = Holy Place

Kita ingat ada tiga perabotan:

1.   Table of Showbread = Meja Roti Sajian

2.   Golden Lampstand = 7 Kaki Dian

3.   Altar of Incense = Mezbah Ukupan

 

Di dalam Bilik Kudus ini kita memulai proses pengudusan/Sanctification kita.

Kita tahu kan setelah kita dibaptis, kita mengalami kelahiran baru, kita menjadi ciptaan baru. Orang lama kita harus kita tinggalkan, dosa-dosa kita harus kita tinggalkan. Kita belajar mengasihi Tuhan, kita belajar hidup sesuai kehendak Tuhan. Semua ini tidak bisa kita lakukan sendiri. Hanya dengan bantuan Roh Kudus kita bisa berubah.

 

 

Roti Meja Sajian = Table of Showbread

Dulu imam bertugas mengganti roti sajian itu tiap hari Sabat, menandakan tiap Sabat umat Allah mendapat roti yang baru. Roti melambangkan Firman Allah. Jadi ini melambangkan tiap Sabat umat Allah ke gereja untuk beribadah dan mendapatkan makanan rohani yang baru.

Tetapi selain itu roti sajian itu sendiri yang melambangkan Firman Allah, harus menjadi bagian proses pengudusan kita. Berarti kita sendiri harus belajar Alkitab dengan rajin. Kalau setiap hari kita memberi makan tubuh jasmani kita 3 x sehari (malah mungkin lebih dengan segala macam jajan kita), maka berapa kali sehari kita memberi makan tubuh rohani kita? Apa cukup tubuh jasmani kita hanya diberi makan sekali seminggu? Demikian pula tidak cukup tubuh rohani kita diberi makan sekali seminggu di gereja. Jika tubuh rohani kita hanya diberi makan sekali seminggu, ditanggung dia malnutrisi, tidak sehat, penyakitan, tidak tahan terhadap pencobaan, dan mudah mati.

 

 

Tujuh Kaki Dian = 7 Golden Lampstand

Tujuh Kaki Dian (Pelita bercabang tujuh) ini melambangkan terang.

Terang itu adalah kebenaran. Di mana ada terang, tidak ada kegelapan. Kegelapan tentunya adalah segala sesuatu yang tidak benar, yang palsu, yang salah.

Dulu tugas imamlah yang mengisi minyak pada kaki dian itu dan memelihara sumbunya supaya api tetap menyala dan memberikan terang di dalam Bait Suci itu. Itu melambangkan Kristus yang memelihara terang dalam gerejaNya. Yesus berjalan di antara ketujuh kaki dian itu, Yesus memeriksa dan memelihara kondisi gerejaNya, karena ketujuh kaki dian itu melambangkan gereja Tuhan dalam tujuh periode sejarah.

Wahyu 2:1

1              Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus, ‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.

 

Gereja Tuhan harus memancarkan terang, atau kebenaran. Dan kebenaran tentunya harus menurut definisi Alkitab. Gereja yang tidak memancarkan terang adalah gereja yang murtad.

Apa kata Yesus dalam doa syafaatNya kepada Allah Bapa?

Yohanes 17:17

17           Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; firman-Mu adalah kebenaran.

 

Di mana kita mendapatkan kebenaran? Di Firman Allah.

Karena itu semua ajaran yang tidak sama dengan ajaran Firman Allah itu BUKAN kebenaran, itu adalah ajaran yang palsu, yang salah, yang sesat, yang tidak berkenan pada Allah, dengan demikian percuma kita patuhi karena kita bukan mematuhi Allah, melainkan mematuhi tradisi dan ajaran manusia.

 

Perhatikan ayat Yohanes 17:17 ini, apa kata Yesus?Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU”.  Siapa “mereka” di sini? Murid-murid Yesus. Apakah mereka percaya Yesus itu Juruselamat? Ya. Apakah mereka sudah menerima pembenaran (justification)? Ya. Tetapi sekarang Yesus berdoa kepada BapaNya agar mereka boleh dikuduskan. Berarti mereka perlu dikuduskan. Mereka perlu sanctification.

Jadi apakah kita perlu dikuduskan? Oh, ya! Tidak cukup hanya mendapatkan pembenaran (justification) pada waktu kita menerima Yesus sebagai Juruselamat, tetapi setelah itu kita harus dikuduskan (sanctified).

Dan ada tiga sarana untuk menguduskan kita, yang dilambangkan oleh perabotan di dalam Bilik Kudus Bait Suci ini. Yang pertama sudah kita lihat di atas yaitu Roti Sajian, yang melambangkan Firman Allah. Yang kedua adalah Tujuh Kaki Dian ini yang melambangkan terang.

 

Bagi kita, Roh Kuduslah minyak yang menghidupkan pelita kita, jika kita punya Roh Kudus, terang kebenaran Allah di dalam kita akan memancar, menerangi orang lain yang belum punya terang. Bila Roh Kudus menghidupkan pelita kita, kita terdorong untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada orang lain. Kita ingin orang lain juga mengetahui tentang kebenaran Allah itu. Kita akan bercerita dan bersaksi memperkenalkan kebenaran dan kebaikan Allah kepada orang lain. Dan dengan demikian bukan hanya orang yang tidak tahu kebenaran menjadi tahu kebenaran, tetapi kita juga dikuduskan. Kita sendiri dikuduskan oleh terang kebenaran yang ada di dalam kita. Semakin banyak terang kebenaran Allah yang kita pancarkan keluar, semakin banyak Roh Kudus menerangi hati kita, semakin diri kita sendiri dikuduskan. Semakin banyak kita menyalurkan terang dari Roh Kudus kepada orang lain, semakin banyak terang diberikan Roh Kudus kepada kita dan kita pun dikuduskan.

 

 

Mezbah Ukupan = Altar of Incense

Ini adalah mezbah di mana imam membakar dupa untuk mengirim doa kita kepada Allah. Sebagai orang-orang yang terkontaminasi dosa, doa-doa kita tidak layak naik ke hadirat Allah. Hanya apabila dibungkus oleh jasa Kristus yang dilambangkan oleh bau harum dupa maka doa-doa kita didengar oleh Allah Bapa. Sekarang di Bilik Mahakudus di Bait Suci surgawi Yesus sendiri yang mempersembahkan doa-doa kita kepada Bapa, karena itu kita selalu harus berdoa “dalam nama Yesus”.

 

Bagi kita mezbah kurban ini melambangkan doa-doa kita.

Hendaknya kita bergantung seluruhnya pada Tuhan, dan untuk itu kita harus sering berdoa, menyerahkan seluruh aktivitas dan kehidupan kita ke tangan Tuhan, supaya kita senantiasa dituntunNya.

1 Tesalonika 5

17           Berdoalah tanpa henti.

 

Artinya, kita perlu berdoa dalam segala yang kita lakukan. Tidak ada pekerjaan yang terlalu sepele, masalah yang terlalu kecil, hal yang terlalu tidak berarti untuk diserahkan kepada Tuhan. Jangan tunggu hingga datang masalah besar baru berdoa kepada Tuhan. Seandainya kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan, itu tidak akan sampai menjadi masalah besar karena Tuhan akan menuntun kita untuk tidak jatuh ke lubang yang dalam.

Mazmur 37

24             Kalaupun ia jatuh, tidaklah sampai dibiarkan tergeletak, sebab TUHAN menopangnya dengan tanganNya.

 

Dan berdoa tanpa henti itu juga adalah sarana pengudusan kita. Mengucap syukur, menyerahkan hidup kita, memohon pertolongan, memohon pengampunan, mendoakan orang lain, semua itu adalah bagian dari kehidupan doa kita sebagai anak-anak Allah. Dan kita perlu melakukannya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya sebagai kebiasaan rutin saja. Bila kita berdoa kepada Tuhan, itu harus tulus, dengan seluruh hati dan pikiran kita, menyadari bahwa Allah Khalik alam semesta sedang mendengarkan, bukan hanya hafalan di bibir, atau supaya indah didengar orang. Yang terpenting ialah Tuhan yang mendengar doa kita.

 

 

Maka proses pengudusan kita dibantu oleh tiga sarana ini yang harus menjadi siklus kehidupan kita sehari-hari:

·       Belajar Firman Allah dengan tekun dan rajin

·       Bersaksi/membagikan kebenaran Allah kepada orang lain

·       Berdoa tanpa henti

yang semuanya kita lakukan di bawah tuntunan Roh Kudus seumur hidup kita.

 

 

Di dalam Bilik Mahakudus = Most Holy Place

Seperti yang sudah kita pelajari di no. 213, kita tahu bahwa Yesus sekarang sedang membersihkan Bilik Mahakudus dari catatan dosa umat Allah. Sejak 22 Oktober 1844 proses pembersihan itu sudah berlangsung, dan kita tahu itulah yang disebut penghakiman investigasi. Yesus memeriksa apakah dosa-dosa umatNya sudah ada di Bilik Mahakudus itu tertutup oleh darahnya. Mereka yang dosanya ada di sana, artinya dosa itu sudah diampuni, mereka aman, nama mereka akan tetap ada di Kitab Kehidupan. Sebaliknya yang dosanya tidak tertutup darah Kristus di Bilik Mahakudus, berarti dosanya harus dipikul sendiri, maka namanya akan dicoret dari Kitab Kehidupan. Itulah yang sedang dikerjakan Yesus sekarang.

 

Lalu apa tugas kita semetara Yesus menghakimi sekarang?

Sebagaimana bangsa Israel dulu pada hari Pendamaian berkumpul dan merenungkan hidupnya, menyelidiki hati masing-masing, introspeksi, berdoa dengan sungguh-sungguh sementara imam besar mereka sedang bertugas di Bilik Mahakudus, maka ini adalah masa yang serius bagi kita, bukan masa main-main, masa iseng-iseng. Kita harus hidup dalam penuh kesadaran, mengerjakan “keselamatanmu sendiri dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12). Pastikan semua dosa kita sudah kita sesali, sudah kita akui, dan sudah kita mintakan pengampunan, dengan demikian dosa kita sudah tertutup darah Kristus dan berada di Bilik Mahakudus. Jangan ada dosa kesayangan yang masih kita pertahankan, karena itu akan menggagalkan proses pengudusan kita.

 

Dan bila kelak pekerjaan Yesus sebagai Imam Besar selesai, bila semua yang mengaku umat Allah sudah selesai dihakimi dan ditentukan nasibnya, maka Imam Besar Yesus akan keluar dari Bilik Mahakudus, dan berdiri. Pada saat itu berakhirlah masa kemurahan Allah. Semua yang selamat sudah terbukti layak diselamatkan. Semua yang tidak layak sudah dicoret dari Kitab Kehidupan. Maka tutuplah pintu kasihan, tidak ada lagi manusia yang bisa bertobat, tidak ada lagi yang bisa diselamatkan selain mereka yang namanya tetap tercantum di Kitab Kehidupan.

 

Daniel 12

1              Pada waktu itu juga Mikhael akan berdiri, Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Dan pada waktu itu bangsamu akan diselamatkan, yakni setiap orang yang namanya didapati tertulis dalam Kitab itu.”

 

“akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu”.  Apa artinya ini? Begitu masa kemurahan Allah berakhir, pintu kasihan menutup, akan jatuh ketujuh malapetaka terakhir yang tertulis di Kitab Wahyu. Dan itu benar-benar bencana yang luar biasa yang tidak pernah terjadi sejak dunia ini ada. Bencana yang luar biasa yang tidak bisa bayangkan seperti apa sengsaranya. Tapi kabar baiknya “pada waktu itu bangsamu akan diselamatkan, yakni setiap orang yang namanya didapati tertulis dalam Kitab itu.”

Siapa “bangsamu?” Bangsa Daniel. Apa bangsa Daniel? Orang Israel. Apa kita? Israel rohani. Berarti ini bicara tentang kita, karena Israel literal sudah bukan bangsa pilihan Allah lagi (sejak tahun 34 AD). Jadi kita harus menjadi Israel rohani! Maka bencana-bencana itu tidak akan kena kepada umat Allah, Israel rohani, yang namanya masih ada di Kitab Kehidupan.

 

Jadi siapa yang akan kena bencana-bencana yang mengakhiri eksistensi dunia ini?

·       Mereka yang namanya tidak pernah tertulis di Kitab Kehidupan, mereka yang tidak pernah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan

Kisah 4:12

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

·       Dan mereka yang pernah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tetapi namanya dicoret dari Kitab Kehidupan hasil penghakiman investigasi, karena proses pengudusan (sanctification)nya tidak tuntas, karena masih ada dosa-dosa yang tidak mau mereka lepaskan.

 

Semoga kita tidak masuk ke dalam salah satu kategori ini.

 

 

Semoga pembenaran kita membawa kita ke pengudusan yang sempurna.

Sebuah batu berlian yang belum diasah hanyalah sebuah batu yang tidak bisa dipakai untuk perhiasan. Memang punya potensi, tetapi kalau potensi itu tidak pernah diwujudkan, ya tidak ada harganya. Potensi kita perlu diwujudkan, berlian kita perlu dipotong, diasah, digosok hingga berkilau, baru itu bisa dipakai menjadi perhiasan berharga. Segala pengetahuan kita tentang kebenaran tidak ada artinya kalau itu hanya pengetahuan. Pengetahuan itu perlu kita hidupkan. Kebenaran itu perlu hidup dalam pribadi kita. Pengudusan kita itu dikerjakan oleh Roh Kudus, tetapi tetap dengan kerjasama kita. Belajar Firman Allah, berdoa, dan membagikan kebenaran kepada orang lain membantu kita lebih peka mendengar suara Roh Kudus. Maka bila proses pengudusan kita selesai, kita akan tiba di tahap pemuliaan (glorification). Kita akan dibawa ke Surga ketika Yesus datang menjemput umatNya. Kita akan mendapat tubuh yang baru yang bebas dari dosa. Kita akan hidup selamanya bersama Tuhan kita.

 

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar