214. BAIT SUCI PETA KITA – PART 2
________________________________________________________________________________________________________
Di pembahasan nomor 213. Bait
Suci Peta Kita, aku membahas bagaimana urut-urutan upacara Bait Suci itu menggambarkan
pekerjaan penebusan Kristus, bahwa Allah telah memberikan kepada bangsa Israel
lewat nabi Musa, gambaran bagaimana proses penyelamatan manusia itu langkah
demi langkah. Ini linknya bagi yang mau membaca lagi.
https://smaragd84.blogspot.com/2022/03/213-konsep-bait-suci-peta-kita.html
Sesungguhnya itu bukan hanya
diberikan kepada bangsa Israel jasmani (orang-orang yang berdarah Yahudi),
melainkan juga kepada umat Israel rohani/spiritual,
yaitu kita-kita. Itulah mengapa Tuhan menyuruh nabi-nabi dan rasul-rasulNya
menulis semua ini, supaya bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi-generasi
selanjutnya.
Yang dimaksud “Israel
rohani/Israel spiritual” adalah mereka yang menyembah Allahnya Abraham, Ishak,
dan Yakub, yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
mereka, walaupun mereka tidak berdarah
Yahudi.
Galatia
3
26 Sebab
kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman
di dalam Yesus Kristus.
27 Karena
seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
28 Dalam
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada budak atau orang merdeka, tidak ada laki-laki
atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
29 Dan jikalau kamu adalah
milik Kristus, maka kamu juga adalah benih
Abraham dan menurut janji Allah, adalah ahliwarisnya.
Jadi sangat
jelas menurut Galatia 3:26-29,
v bahwa siapa pun
(bangsa apa pun, posisi apa pun, jenis kelamin apa pun
~ ayat 28),
v asalkan dia beriman dalam Yesus Kristus (ayat 26), artinya dia mengaku sebagai orang Kristen, dan mengakui Yesus Kristus
sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya,
v dibaptis ke
dalam Kristus,
maka dia adalah milik Kristus (ayat 27)
v dan dia diperhitungkan sebagai benih/keturunan Abraham ~ ayat 29.
Artinya walaupun dia tidak berdarah
Yahudi, dia dianggap keturunan Abraham, dia dianggap orang Israel (Abraham adalah cikal-bakal bangsa Israel).
v Karena dia tidak berdarah Yahudi, berarti bukan Israel
alami atau Israel literal, rasul Paulus
menyebutnya “Yahudi secara rohani” menurut terjemahan Alkitab TB-LAI.
Roma 2:29
Tetapi orang Yahudi
sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam
hati, secara rohani, bukan secara harafiah.
Dengan kata lain, kata “rohani” di sini bukan berarti
“saleh/kudus” tetapi adalah lawan dari kata “harafiah/literal”.
Sebenarnya kata yang lebih tepat adalah “batiniah” atau “secara batin” artinya
“Yahudi dalam hatinya”,
tapi kalau aku pakai kata tersebut nanti dicari di Alkitab TB-LAI, tidak
ketemu.
Jadi orang tersebut walaupun tidak
berdarah Yahudi, bukan bangsa Israel secara alami/literal, tetapi di dalam
hatinya, secara batiniah, dia adalah orang Israel seperti Abraham
nenek-moyangnya.
Jadi Paulus berkata, setelah salib,
mereka yang dianggap “Israel” bukan lagi
bangsa Israel di Timur Tengah, melainkan semua umat Allah di seluruh
dunia yang beriman dalam Yesus Kristus, dibaptis dalam Kristus, dan adalah
milik Kristus. Berarti semua orang yang mengaku Kristen,
tidak masalah berdarah apa, kewarganegaraan mana, betul tidak?
Pertanyaan: Mengapa orang
Kristen kok disebut “Israel”? Bukankah Israel yang telah menyalibkan
Kristus? Bukankah Israel sudah di-PHK oleh Allah?
Betul, BANGSA Israel sudah di-PHK, jadi secara bangsa pada tahun 34 AD mereka sudah di-PHK sebagai bangsa
pilihan Allah.
Dari mana kita
tahu itu terjadi tahun 34 AD? Dari Alkitab. Dari perumpamaan-perumpamaan yang
diceritakan Tuhan Yesus (Lukas 13:6-9), dari nubuatan Daniel (70 minggu –
Daniel 9:24-27), dari Kisah 6:8-15, 7:1-60. Jadi ketika Stefanus
mati dirajam, habislah kesempatan bangsa Israel mempertahankan status mereka
sebagai bangsa pilihan Allah. Di Kisah 7:56, sebelum kematiannya
Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah Bapa. Setiap kali Yesus
dilihat berdiri, itu berarti berakhirnya suatu masa kemurahan, itu menutupnya
suatu pintu kasihan.
·
Di
Kisah 7:56 itu berakhirnya masa kemurahan bagi bangsa Yahudi.
·
Di
nubuatan Daniel 12:1 itu berakhirnya masa kemurahan bagi seluruh dunia nanti.
Maka bangsa Israel sejak 34 AD sudah
kehilangan status mereka sebagai umat Allah. Sekarang kedudukan mereka sama
dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, mereka tidak punya posisi istimewa
lagi. Sekarang semua manusia diterima
secara individu, secara pribadi, secara perorangan sebagai umat Allah. “
27 Karena seberapa banyak dari kamu
yang dibaptis ke dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus.”
Dan
mereka ini disebut Israel/Yahudi batiniah, atau Israel/Yahudi
secara rohani menurut Alkitab terjemahan LAI.
Mengapa masih
tetap ada kata “Israel” yang melekat pada orang Kristen padahal Israel sudah
dipecat sebagai bangsa pilihan? Mengapa
mereka masih disebut “Israel secara rohani” atau “Israel batiniah?”
Kata “Israel” bahasa aslinya יִשְׂרָאֵ֑ל
[yiś-rā-’êl] berarti “Pangeran Allah” jadi maknanya bagus sekali, bukan
sembarangan orang melainkan seorang Pangeran Allah. Seorang Pangeran itu anak
Raja! Kedudukannya tinggi.
Sebagai
“pangeran” apakah dia dituntut bersikap dan
bertindak lebih baik, lebih luhur, lebih bijaksana, lebih terhormat, lebih
bermartabat daripada yang bukan? Jelas! Seorang pangeran itu anak
raja, kalau anak raja itu tingkah polanya memalukan, maka yang menderita malu
paling besar adalah rajanya.
Jadi, Allah
punya tujuan menyebut umatNya “Israel” atau “Pangeran Allah”. Kita harus ingat bahwa kita dituntut bersikap sebagai seorang Pangeran
Allah. Karena itu nama “Israel” tetap melekat pada orang Kristen,
karena orang-orang Kristen tetap “Pangeran Allah”, umat Allah itu tetap
“Pangeran Allah”, karena itu kita disebut “Israel batiniah” atau “Israel
rohani.”
Pertanyaan: Apakah seorang Pangeran
harus selalu tunduk kepada Sang Raja, Bapanya? Tentu! Justru seorang
Pangeran tidak boleh melawan Rajanya. Jika seorang pangeran tidak tunduk kepada
Rajanya, berarti dia sudah menjadi pemberontak, dia sudah berkhianat, dia sedang
melakukan kudeta, dia mau merebut takhta bapanya, dan dia akan dihukum mati.
Karena itu, jika
kita, orang Kristen, disebut “Pangeran Allah” oleh Allah, kita harus tunduk
pada Allah Sang Raja. Jika tidak, itu namanya kita makar.
Orang Yahudi,
bangsa Israel literal, ketika mereka tidak tunduk kepada Allah, setelah Allah
memberi mereka kesempatan berulang-ulang untuk bertobat, pada akhirnya Allah
tidak merasa sayang membuang mereka walaupun mereka tadinya sudah diangkat
menjadi “Pangeran Allah”.
Apakah Allah
akan sayang membuang kita jika kita juga tidak tunduk pada Allah?
Silakan membaca
dari Roma 11, mulai ayat 7-32. Di sini aku hanya akan mengutip ayat 17-21.
Roma
11
17 Karena itu apabila beberapa cabang
telah dipatahkan dan kamu sebagai pohon zaitun
liar telah dicangkokkan di antara mereka dan
bersama-sama mereka turut mendapat bagian dari akar pohon zaitun dan asupan dari pohon zaitun itu,
18 janganlah kamu menyombong terhadap cabang-cabang itu! Tetapi jikalau kamu tetap menyombong, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu,
melainkan akar itu yang menopang kamu.
19 Mungkin kamu akan berkata: ‘Cabang-cabang
itu dipatahkan supaya aku boleh dicangkokkan masuk.
20 Tidak
salah. Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka
dan kamu teguh oleh
iman.
Janganlah kamu sombong,
tetapi takutlah!
21 Sebab kalau Allah tidak menyayangkan
cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.
Paulus di bawah
ilham Roh Kudus menulis bahwa orang-orang Yahudi literal (berdarah Yahudi)
diibaratkan cabang-cabang dari sebuah pohon zaitun yang sejati. Jelas pohon
zaitun sejati ini adalah Allah.
Ayat 19-20 mengatakan
bahwa cabang-cabang itu dipatahkan karena mereka tidak percaya, mereka menolak
Kristus sebagai Juruselamat mereka.
Lalu kita, yang
berasal dari pohon zaitun yang liar dicangkokkan ke pohon zaitun yang sejati.
Yang harus kita
ingat ialah ayat 21, jika Allah tidak sayang mematahkan cabang-cabang yang
asli (Israel literal) karena mereka tidak percaya dan tidak taat, Allah juga
tidak akan sayang mematahkan cabang-cabang cangkokan jika kita juga tidak
percaya dan tidak taat.
Di perikop ini
jelas Paulus mengingatkan kepada orang-orang Kristen Perjanjian Baru, yaitu
cabang-cabang dari pohon zaitun yang liar, yang dicangkokkan kepada pokok
zaitun yang sejati, janganlah kita sombong dan menganggap cabang-cabang yang
asli yang dipatahkan itu sampah. Mereka itu “Israel” (Pangeran Allah) yang
asli. Kita ini hanya “Israel rohani” atau katakanlah “Israel
cangkokan”. Kepada Israel yang asli Allah telah memberikan
doktrin-doktrin, nubuatan-nubuatan, dan janji-janji untuk mereka pegang dan
lakukan. Kalau kita mau benar-benar menjadi bagian integral dari pokok zaitun
yang sejati itu, kita sama harus mempelajari, memahami, dan
mengasimilasikan doktrin-doktrin, nubuatan-nubuatan, dan janji-janji yang
diberikan Allah kepada Israel yang asli.
Dalam
pembicaraan Yesus dengan perempuan Samaria, Dia berkata, “keselamatan
datang dari bangsa Yahudi” (Yoh.
4:22). Yesus sendiri lahir sebagai orang
Yahudi. Jadi mau tidak mau, kita harus mempelajari semua doktrin yang diberikan
Allah kepada bangsa Yahudi, walaupun mereka sebagai cabang-cabang sudah
dipatahkan. Alkitab itu nyaris semuanya ditulis oleh orang Yahudi, baik
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Jadi, itulah alasannya
mengapa kita harus mempelajari konsep Bait Suci Israel,
karena konsep yang diberikan Allah kepada Israel yang asli, ini diaplikasikan
juga kepada kita. Apa yang berfungsi sebagai
pedoman bagi mereka, itu berfungsi juga sebagai pedoman bagi kita,
jika kita mau tetap tercangkok pada pokok zaitun yang sejati.
Nah, ada satu
hal yang perlu kita pahami lebih dulu. Semua perayaan hari-hari raya
Bait Suci yang diajarkan kepada bangsa Israel literal, adalah
tipe/lambang/bayangan dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam sejarah.
Jadi mereka hanya berfungsi sebagai suatu lambang, hingga
peristiwa yang dilambangkan itu terjadi. Setelah peristiwa yang
dilambangkan itu terjadi, maka lambang/tipenya sudah selesai fungsinya.
Makna hari-hari
perayaan itu sebagian besar sudah digenapi oleh Yesus ketika Dia hidup dan mati
di dunia ini, dan dilanjutkan oleh Yesus ketika Dia kembali ke Surga. Karena
itu semua upacara hari-hari raya yang bersifat tipe/lambang
ini sudah tidak perlu dirayakan lagi di dunia. Inilah yang ditulis
Paulus di Kolose bahwa semua upacara hari raya, hari libur (sabat) keagamaan sudah
selesai fungsinya ketika yang asli yaitu Kristus menggenapinya.
Kolose
2
16 Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghakimi
kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai suatu
hari raya, atau bulan baru, atau
sabat-sabat,
17 yang
adalah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan
substansinya ialah Kristus
Makanan dan
minuman yang disebutkan di sini adalah persembahan-persembahan makanan dan
minuman di Bait Suci, bukan makanan-minuman di meja makan kita. Juga
sabat-sabat yang disebutkan di sini bukan Sabat Hari Ketujuh. Dari mana kita tahu?
Karena ayat berikutnya mengatakan bahwa mereka itu adalah “bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan substansinya ialah Kristus”. Baik makanan-minuman yang kita
makan maupun Sabat Hari Ketujuh bukanlah bayangan dari Kristus,
walaupun banyak orang Kristen suka memakai ayat ini untuk mendukung pendapat
mereka bahwa ayat ini memberi mereka izin untuk makan dan minum apa saja sesuka
hati, dan tidak usah memelihara Sabat Hari Ketujuh lagi. Tapi itu adalah
pengawuran, karena Kolose 2:16 khusus bicara
tentang upacara hari-hari raya Bait Suci Yahudi yang adalah bayangan
dari pekerjaan penebusan Kristus. Kristus itu substansinya, aslinya. Ayatnya
jelas mengatakan demikian.
Bagi bangsa
Israel ada 7 upacara besar Bait Suci setiap tahunnya. Upacara-upacara ini
dulunya dilakukan oleh imam dan imam besar dengan partisipasi bangsa Israel.
Tetapi setelah Yesus, bagian yang dilakukan imam/imam besar itu dilakukan oleh
Yesus sendiri, Imam Besar kita. Kita lihat saja secara singkat:
1. Passah – di musim
panen jelai, pada tanggal 14 bulan Nisan. Bukan hari libur.
Aslinya memperingati pembebasan bangsa
Israel dari perbudakan Mesir, yang melambangkan kematian Kristus yang
membebaskan manusia dari perbudakan dosa.
Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia
mati di salib sebagai Domba Allah yang dikurbankan.
2. Roti Tidak Beragi – tanggal 15-21 bulan Nisan selama 7
hari. Tanggal
15 dan 21 adalah hari-hari libur (sabat seremonial) itu BUKAN SABAT
HARI KETUJUH!
Melambangkan saat Yesus terbaring dalam
kubur.
Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia
terbaring dalam kubur.
Karena Yesus tidak pernah berbuat dosa
Dia dilambangkan oleh roti yang tidak beragi. Salah satu yang dilambangkan oleh
ragi di Alkitab ialah dosa. Tanpa ragi berarti tanpa dosa.
3. Buah Sulung ~ tanggal 16 Nisan. Bukan hari
libur.
Imam mengunjukkan seberkas jelai dan itu
melambangkan kebangkitan Yesus yang membawa beberapa buah sulung kembali ke
Surga.
Digenapi Yesus tahun 31 AD ketika Dia bangkit dan naik ke Surga, dengan membawa beberapa
orang yang bangkit bersamaNya sebagai buah sulung yang
dipersembahkan kepada Allah Bapa.
4. Pentakosta ~ di musim panen gandum, pada tanggal 6
bulan Sivan. Hari
libur (sabat seremonial).
Upacara pengurapan Harun sebagai imam
besar di gunung Sinai melambangkan pengurapan Yesus sebagai Imam Besar di
Surga. Digenapi Yesus di tahun 31 AD ketika Dia diurapi sebagai
Imam Besar di Surga pada hari ke-50 setelah kebangkitanNya.
Peristiwa di Surga itu di umumkan di
bumi dengan turunnya Roh Kudus ke bumi pada pagi itu untuk menggantikan tugas
Yesus mendampingi murid-muridNya. Sampai sekarang Roh Kudus masih mendampingi
semua pengikut Yesus.
Empat perayaan yang pertama ini
penggenapannya berkaitan dengan kedatangan Kristus yang pertama.
Tiga perayaan yang berikutnya ini
penggenapannya berkaitan dengan kedatangan Kristus yang kedua.
5. Terompet/Nafiri ~ tanggal 1 bulan Tishri, yang
berlangsung selama 10 hari mengumumkan datangnya Hari Raya Pendamaian/Grafirat.
Ada libur
(sabat seremonial).
Karena Hari Pendamaian/Grafirat itu
upacara yang sangat penting maka 10 hari sebelumnya, umat sudah disuruh
bersiap-siap melalui tiupan Terompet ini.
Kita tahu bahwa dalam nubuatan 1 hari
nubuatan = 1 tahun literal. Jadi 10 hari perayaan Terompet ini di sejarah digenapi
oleh kelompok Miller di bawah inspirasi Roh Kudus, dari 1834-1844, mereka mengumumkan datangnya Hari
Pendamaian/Grafirat walaupun pada saat itu mereka sendiri belum paham.
6. Pendamaian/Grafirat ~ tanggal 10 bulan Tishri, ini hari sabat perhentian
total.
Imam Besar membersihkan Bait Suci dari
dosa-dosa yang sudah tertutup darah hewan, dan menempatkan dosa-dosa itu pada
kambing Azazel. Melambangkan Imam Besar Yesus mebersihkan Bait Suci surgawi
dari dosa-dosa yang sudah tertutup darahNya, dan kelak menempatkan dosa-dosa
itu kepada Setan.
Digenapi ketika Yesus Imam Besar kita
memasuki Bilik Mahakudus Bait Suci Surgawi dan memulai penghakiman investigasi
pada 22 Oktober 1844. Yesus memulai penghakiman atas mereka yang mengaku sebagai
umat Allah. Penghakiman dimulai dari generasi yang pertama hidup,
berarti atas mereka yang sudah mati dulu. Bilamana penghakiman atas orang-orang
yang sudah mati selesai, akan dilanjutkan dengan penghakiman atas orang-orang
yang masih hidup.
7. Tabernakel/Pondok Daun ~ di musim panen buah-buahan
(anggur) selama 7 hari dari tanggal 15-21 bulan Tishri.
Tanggal 15 dan 21 adalah hari-hari libur (sabat seremonial). Kemudian
ditambahkan satu hari lagi, yang disebut “hari raya besar” atau di LAI disebut
“puncak perayaan”.
Perayaan ini menutup tahun relijius
Israel, sebagai ucapan terima kasih atas perlindungan dan berkat Allah
sepanjang tahun. Ini melambangkan ketika sejarah dunia yang terkontaminasi dosa
ini ditutup dan dirayakan dengan sukacita oleh umat tebusan di Surga.
Nah, ini satu-satunya perayaan yang
belum digenapi sejarah.
Perayaan ini tidak akan digenapi di
dunia. Perayaan ini nanti akan kita rayakan bersama
Yesus di Surga, setelah kita dijemput Yesus menjadi tamu Surga di
masa Millenium (masa 1000 tahun di Surga).
Jadi Allah
mengajarkan perayaan-perayaan ini kepada bangsa Israel supaya dipelihara dan
dilakukan oleh mereka, agar bila yang dilambangkan oleh perayaan-perayaan ini
terjadi, mereka boleh mengerti bahwa itulah penggenapannya. Tetapi ternyata bangsa Israel tidak bisa melihat penggenapannya dalam Yesus Kristus
ketika Dia datang pertama kalinya. Mereka gagal. Sekarang kita jangan gagal seperti mereka, di hadapan kita ada Kedatangan Kedua
Yesus. Karena itulah kita sekarang perlu mempelajari bentuk
tipe/lambang/bayangan ini supaya kita bisa melihat bagaimana Kristus
menggenapinya.
Sekarang kita
akan melihat lagi gambar Bait Suci yang sudah pernah diberikan di pembahasan
no. 213, tetapi kalau di sana itu dikaitkan dengan pekerjaan penebusan Yesus, di sini dikaitkan kepada langkah-langkah keselamatan kita. Sebagaimana Kristus mengikuti pola Bait Suci untuk pekerjaan
penebusanNya, kita juga harus mengikuti pola Bait Suci sebagai proses
penyelamatan kita.
Gate/Pintu Gerbang
Sama seperti di
pembahasan no. 213, kita masuk dari sebelah kanan, yaitu pintu yang ada di
sebelah Timur. Itu adalah satu-satunya pintu yang membawa
kita kepada keselamatan. Pintu itu melambangkan Yesus Kristus.
Yohanes
10
1 Aku berkata
kepadamu, ‘Sesungguhnya siapa yang tidak masuk
ke dalam kandang domba melalui pintu, tetapi dengan memanjat jalan yang lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
2 tetapi siapa
yang masuk melalui pintu, ialah gembala domba-domba
itu.’
7 Maka kata
Yesus berkata kepada mereka sekali lagi, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu
dari domba-domba itu.
8 Semua yang pernah datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, tetapi domba-domba itu tidak mendengarkan
mereka.
9 Akulah pintu;
barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan
dan akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Ayat-ayat ini
sangat jelas tidak usah dibahas lagi. Hanya ada satu pintu yang
membawa kepada keselamatan, dan itu ialah Yesus Kristus.
Tidak bisa ditawar karena Tuhan yang mengatakan.
Brazen
Altar = Mezbah Kurban
Bagi kita di sinilah
kita memandang pengorbanan Yesus di salib, dan kita menyerahkan hati kita
kepadaNya. Inilah saat ketika kita mengakui Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, dan kita menyadari dosa-dosa
kita, kita menyesali dosa-dosa kita dan kita mohon ampun untuk semuanya, kita
menyerahkan diri kita kepada Kristus.
Laver
= Bejana Pembasuh
Setelah kita
menyerahkan diri kita kepada Kristus, maka tibalah saatnya kita membuat
pernyataan resmi di hadapan manusia bahwa kita telah menerima Tuhan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita perlu bergabung dengan
gereja Tuhan, artinya gereja yang mengajarkan doktrin-doktrin
Alkitab, bukan doktrin dan tradisi atau budaya buatan manusia.
Gereja yang sudah menyimpang dari ajaran Alkitab, tidak bisa dikatakan gereja
Tuhan lagi. Gereja-gereja yang menyimpang ini di akhir zaman setelah mereka
menolak untuk bertobat dan kembali ke ajaran Tuhan, di kitab Wahyu mereka
disebut jemaat Setan, jemaat Iblis (Wah.2:9, 3:9). Jadi harus berhati-hati,
jangan salah bergabung. Kalau bergabung dengan jemaat Iblis kita bukannya
selamat, malah binasa.
Dengan dibaptiskan maka kita resmi menjadi anak-anak Allah.
Matius
10
32 Karena
itu siapa yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di
depan Bapa-Ku yang di sorga.
33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di
depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
Inilah saat kita menerima pembenaran (justification), saat kita menerima jubah kebenaran Kristus seperti yang dikatakan di
ayat-ayat pertama yang kita baca.
Galatia
3
27 Karena
seberapa banyak dari kamu yang dibaptis ke dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Bagaimana kita “mengenakan Kristus”? Pada waktu kita menerima Kristus dan
dibaptis, kita mendapat jubah kebenaran Kristus. Kita
diselubungi oleh jubah kebenaran Kristus sehingga semua aib kita yang lama
tidak lagi dilihat oleh Allah. Sebaliknya yang dilihatNya adalah kebenaran
Kristus.
Maka tugas kita berikutnya ialah bekerjasama dengan Roh Kudus untuk menjaga
agar jubah kebenaran Kristus yang ada pada kita tetap bersih. Dan
inilah yang disebut proses pengudusan
(sanctification).
Jika proses
pembenaran (Justification) itu hanya terjadi pada saat kita menerima Kristus
sebagai Juruselamat (peristiwa satu kali), maka proses pengudusan
(Sanctification) itu terjadi seumur hidup kita, setiap hari. Mulai
dari saat kita dibaptis hingga saat kita menutup mata.
Kita mengikuti
pola Bait Suci lagi. Jadi setelah kita melewati Mezbah Kurban (penyerahan diri
kepada Kristus), lalu Bejana Pembasuh (baptisan), selanjutnya kita masuk ke
Bilik Kudus, tempat di mana kita dikuduskan.
Di
dalam Bilik Kudus = Holy Place
Kita ingat ada
tiga perabotan:
1. Table of
Showbread = Meja Roti Sajian
2. Golden Lampstand
= 7 Kaki Dian
3. Altar of Incense
= Mezbah Ukupan
Di dalam
Bilik Kudus ini kita memulai proses pengudusan/Sanctification kita.
Kita tahu kan
setelah kita dibaptis, kita mengalami kelahiran baru, kita menjadi ciptaan
baru. Orang lama kita harus kita tinggalkan, dosa-dosa kita harus kita
tinggalkan. Kita belajar mengasihi Tuhan, kita belajar hidup sesuai kehendak
Tuhan. Semua ini tidak bisa kita lakukan sendiri. Hanya dengan bantuan Roh
Kudus kita bisa berubah.
Roti
Meja Sajian = Table of Showbread
Dulu imam bertugas mengganti roti sajian itu tiap hari Sabat,
menandakan tiap Sabat umat Allah mendapat roti yang baru. Roti melambangkan
Firman Allah. Jadi ini melambangkan tiap Sabat umat
Allah ke gereja untuk beribadah dan mendapatkan makanan rohani yang baru.
Tetapi selain
itu roti sajian itu sendiri yang melambangkan Firman Allah, harus menjadi
bagian proses pengudusan kita. Berarti kita sendiri harus belajar
Alkitab dengan rajin. Kalau setiap hari kita memberi makan tubuh
jasmani kita 3 x sehari (malah mungkin lebih dengan segala macam jajan kita),
maka berapa kali sehari kita memberi makan tubuh rohani kita? Apa cukup tubuh
jasmani kita hanya diberi makan sekali seminggu? Demikian pula tidak cukup
tubuh rohani kita diberi makan sekali seminggu di gereja. Jika tubuh rohani
kita hanya diberi makan sekali seminggu, ditanggung dia malnutrisi, tidak
sehat, penyakitan, tidak tahan terhadap pencobaan, dan mudah mati.
Tujuh
Kaki Dian = 7 Golden Lampstand
Tujuh Kaki Dian
(Pelita bercabang tujuh) ini melambangkan terang.
Terang itu
adalah kebenaran.
Di mana ada terang, tidak ada kegelapan. Kegelapan tentunya adalah segala
sesuatu yang tidak benar, yang palsu, yang salah.
Dulu tugas
imamlah yang mengisi minyak pada kaki dian itu dan memelihara sumbunya supaya
api tetap menyala dan memberikan terang di dalam Bait Suci itu. Itu
melambangkan Kristus yang memelihara terang dalam gerejaNya.
Yesus berjalan di antara ketujuh kaki dian itu, Yesus memeriksa dan memelihara
kondisi gerejaNya, karena ketujuh kaki dian itu melambangkan gereja Tuhan dalam
tujuh periode sejarah.
Wahyu
2:1
1
Tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Efesus, ‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di
tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
Gereja Tuhan
harus memancarkan terang, atau kebenaran. Dan kebenaran tentunya harus menurut
definisi Alkitab. Gereja yang tidak memancarkan terang adalah gereja yang
murtad.
Apa kata Yesus
dalam doa syafaatNya kepada Allah Bapa?
Yohanes
17:17
17
Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU; firman-Mu adalah kebenaran.
Di mana kita
mendapatkan kebenaran? Di Firman Allah.
Karena itu semua ajaran yang tidak sama dengan ajaran Firman Allah itu BUKAN
kebenaran, itu adalah ajaran yang palsu, yang salah, yang sesat,
yang tidak berkenan pada Allah, dengan demikian percuma kita patuhi karena kita
bukan mematuhi Allah, melainkan mematuhi tradisi dan ajaran manusia.
Perhatikan ayat
Yohanes 17:17 ini, apa kata Yesus? “Kuduskanlah mereka dengan kebenaran-MU”.
Siapa
“mereka” di sini? Murid-murid Yesus. Apakah mereka percaya Yesus itu
Juruselamat? Ya. Apakah mereka sudah menerima pembenaran
(justification)? Ya. Tetapi sekarang Yesus berdoa
kepada BapaNya agar mereka boleh dikuduskan. Berarti
mereka perlu dikuduskan. Mereka perlu sanctification.
Jadi apakah kita perlu dikuduskan?
Oh, ya! Tidak cukup hanya mendapatkan pembenaran (justification) pada waktu
kita menerima Yesus sebagai Juruselamat, tetapi setelah itu kita harus
dikuduskan (sanctified).
Dan ada tiga sarana untuk menguduskan kita, yang
dilambangkan oleh perabotan di dalam Bilik Kudus Bait Suci ini. Yang pertama
sudah kita lihat di atas yaitu Roti Sajian, yang melambangkan Firman Allah.
Yang kedua adalah Tujuh Kaki Dian ini yang melambangkan terang.
Bagi kita, Roh Kuduslah minyak yang menghidupkan pelita kita, jika kita
punya Roh Kudus, terang kebenaran Allah di dalam kita akan memancar, menerangi
orang lain yang belum punya terang. Bila Roh Kudus menghidupkan pelita kita, kita terdorong untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada orang lain.
Kita ingin orang lain juga mengetahui tentang kebenaran Allah itu. Kita akan
bercerita dan bersaksi memperkenalkan kebenaran dan kebaikan Allah kepada orang
lain. Dan dengan demikian bukan hanya orang yang tidak
tahu kebenaran menjadi tahu kebenaran, tetapi kita juga dikuduskan. Kita sendiri dikuduskan oleh terang kebenaran yang ada di
dalam kita. Semakin banyak terang kebenaran Allah yang kita pancarkan keluar, semakin
banyak Roh Kudus menerangi hati kita, semakin diri kita sendiri dikuduskan.
Semakin banyak kita menyalurkan terang dari Roh Kudus kepada orang lain,
semakin banyak terang diberikan Roh Kudus kepada kita dan kita pun dikuduskan.
Mezbah
Ukupan = Altar of Incense
Ini adalah
mezbah di mana imam membakar dupa untuk mengirim doa kita kepada Allah. Sebagai
orang-orang yang terkontaminasi dosa, doa-doa kita tidak layak naik ke hadirat
Allah. Hanya apabila dibungkus oleh jasa Kristus yang dilambangkan oleh bau
harum dupa maka doa-doa kita didengar oleh Allah Bapa. Sekarang di Bilik
Mahakudus di Bait Suci surgawi Yesus sendiri yang mempersembahkan doa-doa kita
kepada Bapa, karena itu kita selalu harus berdoa “dalam
nama Yesus”.
Bagi kita mezbah
kurban ini melambangkan doa-doa kita.
Hendaknya kita
bergantung seluruhnya pada Tuhan, dan untuk itu kita harus sering berdoa, menyerahkan seluruh aktivitas dan kehidupan kita ke tangan Tuhan,
supaya kita senantiasa dituntunNya.
1
Tesalonika 5
17 Berdoalah
tanpa henti.
Artinya, kita perlu berdoa dalam segala yang kita lakukan. Tidak ada
pekerjaan yang terlalu sepele, masalah yang terlalu kecil, hal yang terlalu
tidak berarti untuk diserahkan kepada Tuhan. Jangan tunggu hingga datang
masalah besar baru berdoa kepada Tuhan. Seandainya kita menyerahkan segalanya
kepada Tuhan, itu tidak akan sampai menjadi masalah besar karena Tuhan akan
menuntun kita untuk tidak jatuh ke lubang yang dalam.
Mazmur
37
24 Kalaupun ia jatuh, tidaklah sampai
dibiarkan tergeletak, sebab TUHAN menopangnya dengan tanganNya.
Dan berdoa tanpa henti itu juga adalah sarana pengudusan kita.
Mengucap syukur, menyerahkan hidup kita, memohon pertolongan, memohon
pengampunan, mendoakan orang lain, semua itu adalah bagian dari kehidupan doa
kita sebagai anak-anak Allah. Dan kita perlu melakukannya dengan sungguh-sungguh,
bukan hanya sebagai kebiasaan rutin saja. Bila kita berdoa kepada Tuhan, itu
harus tulus, dengan seluruh hati dan pikiran kita, menyadari bahwa Allah Khalik
alam semesta sedang mendengarkan, bukan hanya hafalan di bibir, atau supaya
indah didengar orang. Yang terpenting ialah Tuhan yang mendengar doa kita.
Maka proses
pengudusan kita dibantu oleh tiga sarana ini yang harus menjadi siklus
kehidupan kita sehari-hari:
· Belajar Firman
Allah dengan tekun dan rajin
·
Bersaksi/membagikan
kebenaran Allah kepada orang lain
· Berdoa tanpa
henti
yang semuanya
kita lakukan di bawah tuntunan Roh Kudus seumur hidup kita.
Di
dalam Bilik Mahakudus = Most Holy Place
Seperti yang
sudah kita pelajari di no. 213, kita tahu bahwa Yesus sekarang sedang
membersihkan Bilik Mahakudus dari catatan dosa umat Allah. Sejak 22 Oktober
1844 proses pembersihan itu sudah berlangsung, dan kita tahu itulah
yang disebut penghakiman investigasi. Yesus memeriksa
apakah dosa-dosa umatNya sudah ada di Bilik Mahakudus itu tertutup oleh
darahnya. Mereka yang dosanya ada di sana, artinya dosa itu sudah diampuni,
mereka aman, nama mereka akan tetap ada di Kitab Kehidupan. Sebaliknya yang
dosanya tidak tertutup darah Kristus di Bilik Mahakudus, berarti dosanya harus
dipikul sendiri, maka namanya akan dicoret dari Kitab Kehidupan. Itulah yang
sedang dikerjakan Yesus sekarang.
Lalu apa tugas
kita semetara Yesus menghakimi sekarang?
Sebagaimana bangsa Israel dulu
pada hari Pendamaian berkumpul dan merenungkan hidupnya, menyelidiki hati
masing-masing, introspeksi, berdoa dengan sungguh-sungguh sementara imam besar
mereka sedang bertugas di Bilik Mahakudus, maka ini adalah masa yang serius
bagi kita, bukan masa main-main, masa iseng-iseng. Kita harus hidup dalam penuh kesadaran, mengerjakan “keselamatanmu
sendiri dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12). Pastikan
semua dosa kita sudah kita sesali, sudah kita akui, dan sudah kita mintakan
pengampunan, dengan demikian dosa kita sudah tertutup darah Kristus dan berada
di Bilik Mahakudus. Jangan ada dosa kesayangan yang masih kita pertahankan,
karena itu akan menggagalkan proses pengudusan kita.
Dan
bila kelak pekerjaan Yesus sebagai Imam Besar selesai, bila semua yang mengaku
umat Allah sudah selesai dihakimi dan ditentukan nasibnya, maka Imam Besar
Yesus akan keluar dari Bilik Mahakudus, dan berdiri. Pada saat itu berakhirlah
masa kemurahan Allah. Semua yang selamat sudah terbukti layak diselamatkan.
Semua yang tidak layak sudah dicoret dari Kitab Kehidupan. Maka tutuplah pintu
kasihan, tidak ada lagi manusia yang bisa bertobat, tidak ada lagi yang bisa
diselamatkan selain mereka yang namanya tetap tercantum di Kitab Kehidupan.
Daniel 12
1 Pada
waktu itu juga Mikhael akan berdiri, Pangeran besar itu, yang menjaga anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang
besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada
waktu itu. Dan pada waktu itu bangsamu akan diselamatkan, yakni setiap orang yang namanya didapati tertulis dalam Kitab itu.”
“akan ada suatu waktu
kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa
sampai pada waktu itu”. Apa artinya ini? Begitu masa kemurahan Allah berakhir,
pintu kasihan menutup, akan jatuh ketujuh malapetaka
terakhir yang tertulis di Kitab Wahyu. Dan itu benar-benar bencana
yang luar biasa yang tidak pernah terjadi sejak dunia ini ada. Bencana yang
luar biasa yang tidak bisa bayangkan seperti apa sengsaranya. Tapi kabar
baiknya “pada
waktu itu bangsamu akan diselamatkan, yakni setiap orang yang namanya didapati tertulis
dalam Kitab itu.”
Siapa
“bangsamu?” Bangsa Daniel. Apa bangsa Daniel? Orang Israel. Apa kita? Israel rohani. Berarti ini bicara tentang kita, karena
Israel literal sudah bukan bangsa pilihan Allah lagi (sejak tahun 34 AD). Jadi
kita harus menjadi Israel rohani! Maka bencana-bencana itu tidak akan kena
kepada umat Allah, Israel rohani, yang namanya masih ada di Kitab
Kehidupan.
Jadi
siapa yang akan kena bencana-bencana yang mengakhiri eksistensi dunia ini?
· Mereka yang namanya tidak pernah tertulis di Kitab
Kehidupan, mereka yang tidak pernah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan
Tuhan
Kisah 4:12
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di
dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
· Dan mereka yang pernah menerima Yesus sebagai Juruselamat
dan Tuhan, tetapi namanya dicoret dari Kitab Kehidupan hasil penghakiman
investigasi, karena proses pengudusan (sanctification)nya tidak tuntas, karena
masih ada dosa-dosa yang tidak mau mereka lepaskan.
Semoga
kita tidak masuk ke dalam salah satu kategori ini.
Semoga
pembenaran kita membawa kita ke pengudusan yang sempurna.
Sebuah
batu berlian yang belum diasah hanyalah sebuah batu yang tidak bisa dipakai
untuk perhiasan. Memang punya potensi, tetapi kalau potensi itu tidak pernah
diwujudkan, ya tidak ada harganya. Potensi kita perlu diwujudkan, berlian kita
perlu dipotong, diasah, digosok hingga berkilau, baru itu bisa dipakai menjadi
perhiasan berharga. Segala pengetahuan kita tentang kebenaran tidak ada artinya
kalau itu hanya pengetahuan. Pengetahuan itu perlu kita hidupkan. Kebenaran itu
perlu hidup dalam pribadi kita. Pengudusan kita itu dikerjakan oleh Roh Kudus,
tetapi tetap dengan kerjasama kita. Belajar Firman Allah, berdoa, dan membagikan
kebenaran kepada orang lain membantu kita lebih peka mendengar suara Roh Kudus.
Maka bila proses pengudusan kita selesai, kita akan tiba di tahap pemuliaan
(glorification). Kita akan dibawa ke Surga ketika Yesus datang menjemput
umatNya. Kita akan mendapat tubuh yang baru yang bebas dari dosa. Kita akan
hidup selamanya bersama Tuhan kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar