Senin, 20 Juni 2016

166. TERBALIK

166.  TERBALIK

________________________________________

Dua Sabat berturut-turut Pdt. Kristiyono berkhotbah tentang tema TERBALIK. Dan pembahasan ini dibuat berdasarkan kedua khotbah tersebut.

 

T E R B A L I K

Apa yang terbalik?

Cara atau metode atau konsep dunia.

Terbalik dari apa?

Cara atau metode atau konsep Allah.

Apa yang diajarkan dunia itu terbalik dari apa yang diajarkan Allah.

Siapa yang bilang? Alkitab!

 

Kita lihat terjemahan LAI dulu.

 

1 Korintus 3:19 terjemahan LAI

Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: ‘Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.’

 

Kata yang diterjemahkan  “menangkap” oleh LAI,  berasal dari kata δράσσομαι  [drassomai] yang menurut Strong’s Dictionary berarti: capture (= menangkap), grasp (= mencekal), entrap (= menjebak/mengurung dalam perangkap).

 

Kata yang diterjemahkan “berhikmat” oleh LAI, berasal dari kata σοφός [sophos] yang menurut Strong's Dictionary berarti: clear (= jelas), wise ~ in general (= bijak ~ secara umum).

 

Kata yang diterjemahkan “kecerdikannya” oleh LAI, berasal dari kata πανουργία [panourgia]     yang menurut Strong’s Dictionary berarti: trickery (= tipu muslihat), sophistry (= kecanggihan), cunning (= kelicikan), subtilty (kelihaian), adroitness -–in a bad sense (ketangkasan – dalam makna negatif).

 

Jadi ayat tersebut lebih tepat diterjemahkan seperti terjemahan KJV, seperti berikut:

1 Korintus 3:19  

Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: ‘Ia menjebak orang cerdik dalam kelicikan mereka sendiri.’

 

Jadi, apa yang dianggap hikmat atau bijak oleh dunia itu malah dianggap kebodohan oleh Allah. Ini bagian yang pertama.

Bagian yang kedua dari ayat ini semakin menarik. Orang-orang yang σοφός [sophos] “cerdik” ini terjebak dalam  πανουργία [panourgia] “kelicikan” mereka sendiri. Ayat itu mengatakan Allah yang δράσσομαι [drassomai] "menjebak" mereka, tetapi sebenarnya bukan Allah yang menjebak mereka, melainkan Allah membiarkan mereka masuk jebakan mereka sendiri. Ingat pepatah, siapa menggali lubang, terperosok sendiri ke dalamnya. Ini sama seperti itu. Bila di Alkitab kita bertemu dengan ungkapan Allah yang melakukan sesuatu yang buruk pada manusia, makna sesungguhnya ialah Allah mengizinkan atau membiarkan hal yang buruk menimpa manusia itu. Mengapa? Karena manusia ybs. sendiri tidak mau patuh pada Allah, dan berlindung padaNya.

 

Jadi, terjebak dalam kelicikan mereka sendiri, artinya apa? Artinya mereka tidak bisa melihat di balik itu, mereka terperangkap, seperti katak dalam tempurung, mereka menganggap apa yang mereka ketahui itu sudah segala-galanya, padahal di luar tempurung itu masih ada dunia yang sangat luas yang tidak terbayangkan oleh si katak ini. Mereka tidak bisa melihat melampaui “kecerdikan” mereka sendiri, yang sesungguhnya adalah kebodohan di mata Allah.

 

Ini membuktikan apa?

 

Ini membuktikan bahwa KONSEP DUNIA SELALU BERTENTANGAN DENGAN KONSEP ALLAH. KONSEP DUNIA TERBALIK DARI KONSEP ALLAH.

Contoh:

Dunia mengajarkan manusia itu trend-nya harus selalu naik, ke atas, mencapai yang tertinggi. Yang tertinggi itu identik dengan yang paling bagus, yang paling mahal, yang paling wah:  bersekolah di sekolah yang paling terkenal, bekerja di perusahaan yang paling besar, punya posisi sebisanya yang paling tinggi, pendapatan harus yang paling gede, mobil beli yang paling hebat, rumah yang paling mewah, bahkan pasangan hidup harus yang paling keren. Itulah targetnya. Itulah konsep dunia. The sky is the limit. Itu yang ditanamkan para orangtua kepada anak-anak mereka. Meraih bintang di langit. Dan celakanya konsep itu membuat manusia berusaha meraih bintang di langit dengan menginjak-injak manusia lainnya sebagai batu pijakannya. Itulah asal mula munculnya egoisme, mendahulukan kepentingan diri sendiri demi mencapai yang lebih tinggi.

 

 

Tapi apa kata Allah? Mari kita lihat beberapa ayat:

 

Matius 5:3, 5  

3 Diberkatilah orang yang merasa sangat tidak layak di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga.

5 Diberkatilah orang-orang yang ikhlas menerima apa pun, karena mereka akan mewarisi bumi.

 

Matius 20:26-27

Tetapi tidak boleh demikian di antara kamu.  Melainkan barangsiapa yang mau menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi pemimpin di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

 

Matius 19:30 

Tetapi banyak yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.

 

Siapa yang mengucapkan kata-kata ini? Yesus Kristus, Putra Allah, yang diakui orang-orang Kristen sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.

 

Apakah Yesus Kristus mengajarkan kepada murid-muridNya supaya menjadi orang yang paling hebat, paling layak, paling mampu, paling besar, paling terkemuka menurut ukuran dunia? Sebaliknya.

Lihat apa yang dikatakan Kristus:

 

 

Mari kita kupas sedikit pengertian dari kata-kata Yesus ini.

v   Merasa sangat tidak layak di hadapan Allah 

Orang yang merasa dirinya bukan apa-apa, bukan orang yang merasa dirinya baik, bukan orang yang merasa sudah suci, bukan orang yang bangga dengan kemampuan dan prestasinya termasuk prestasi rohani. Orang yang sangat menyadari segala kekurangannya, merasa dirinya berdosa, orang yang merasa kecil, yang tidak layak. Mengapa mereka yang menerima kerajaan Surga? Karena merekalah yang merasa sangat membutuhkan kasih karunia Allah. Orang-orang yang sudah merasa hebat, sudah sempurna, baik secara duniawi maupun secara rohani, tidak merasa membutuhkan kasih karunia Allah lagi. Dan tanpa kasih karuna Allah tidak ada manusia yang bisa menerima kerajaan Surga. Kerajaan Surga tidak bisa diperoleh dengan kesuksesan dan prestasi manusia sendiri.

 

v   yang ikhlas menerima apa pun

Orang yang “nerimo”, pasrah, selalu bersyukur dengan apa yang diberikan kepadanya, baik atau buruk, diterima dengan ikhlas. Orang yang tidak menuntut, orang yang tidak protes, tidak bertanya, tidak membantah, tidak mendebat, tetapi melakukan apa yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik kemampuannya. Mengapa justru mereka yang akan mewarisi bumi? Karena mereka ini mengakui kemahatahuan Allah, dan patuh menerimanya. Mereka mengakui mereka hanya makhluk ciptaan yang wajib tunduk kepada Pencipta mereka.  Mereka tidak merasa lebih pintar daripada Allah, mereka tidak sombong, mereka tidak memprotes cara Allah mengatur hidup mereka, mereka tidak berdebat dan bertanya pada Allah, mengapa mereka mengalami begini-begitu. Dengan kata lain, mereka menyadari Allah itu yang Mahakuasa dan Mahatahu, dan mereka percaya Allah memelihara mereka.

 

v   Yang  menjadi pelayan, menjadi hamba

Menjadi hamba jelas harus tahu diri, tahu posisinya selalu di belakang, bukan yang mau menonjol di depan, orang yang menempatkan dirinya di posisi yang lebih rendah daripada yang dilayani. Menjadi hamba dan pelayan pasti harus mengerem mulutnya, bisa mengendalikan emosinya, panjang sabar, setia, selalu sopan santun, penuh hormat terhadap tuannya. Seorang pelayan atau hamba yang baik itu membela tuan yang dilayaninya, rela berkorban demi kepentingan tuannya. Dan seorang hamba akan memakai seluruh kemampuannya untuk bisa melayani tuannya dengan baik. Justru inilah ciri-ciri khas orang yang besar menurut Yesus. Seorang raja baru disebut raja yang baik, raja yang berhasil, jika apa yang dilakukannya bermanfaat bagi rakyatnya. Jadi sesungguhnya seorang raja itu adalah hamba rakyatnya, dia harus berbuat yang terbaik demi kepentingan rakyatnya. Jika seorang raja hanya mau mengenakkan dirinya sendiri dan tidak melayani kebutuhan rakyatnya, maka dia seorang raja yang lalim, dan gagal menjalankan jabatannya.

 

v   Yang terakhir

Orang yang tidak mau berebut kedudukan apa pun, orang yang rela berada di belakang, orang yang menerima tidak diperhatikan, orang yang tidak menuntut bila dilupakan, orang yang memberi orang lain kesempatan lebih dulu. Orang yang selalu mengalah, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Justru menurut Yesus mereka inilah yang akan menjadi yang pertama di pemandangan Allah.  

 

Dasar dari semua sifat ini apa? KERENDAHAN HATI.

 

Apa kata Tuhan Yesus tentang orang-orang ini?

Yang merasa tidak layak di hadapan Tuhan, justru merekalah yang empunya kerajaan Surga.

Yang ikhlas menerima apa pun yang terjadi, yang akan mewarisi bumi.

Yang menjadi pelayan, menjadi hamba, justru yang akan menjadi besar. Besar di mana? Di mata Allah.

Yang di posisi terakhir-terakhir, justru akan menjadi yang pertama, di mana? Di mata Allah.

 

Jadi Yesus Kristus tidak pernah mengajarkan murid-muridNya supaya merebut posisi tertinggi, supaya menjadi yang terkemuka, yang menonjol, supaya menjadi yang dihormati orang, supaya merasa dirinya paling layak di hadapan Allah. MURID-MURIDNYA DIAJARI SUPAYA MERENDAH, MERENDAH, MERENDAH, MENGALAH, MENGALAH, MENGALAH,  MENAHAN, MENAHAN, MENAHAN, SABAR, SABAR, SABAR, MELAYANI, MELAYANI, MELAYANI.

Sangat bertentangan dengan ajaran dunia, bukan?

 

Pertanyaan: Apakah orang-orang Kristen lebih banyak hidup menurut konsep Yesus Kristus atau menurut konsep dunia yang terbalik dari konsep Allah?

Apakah kita yang mengaku sebagai murid-murid Kristus, lebih banyak hidup menurut konsep Kristus atau konsep dunia?

Biarlah kita masing-masing yang menjawab itu.

 

 

Mengapa Tuhan mau kita merendah, mengalah, menjadi hamba? Untuk membuat kita sadar bahwa diri kita sendiri ini bukan siapa-siapa. Kita ini ibarat rumput kata

Mazmur 103:15-16  

Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengingatnya lagi.

 

Tuhan mengatakan kita seperti rumput, sesuatu yang sangat tidak berharga, kena angin saja, sudah lenyap. Apa yang mau dibanggakan?

Siapa yang mengatakan ini? TUHAN yang menciptakan kita. Sudah pasti yang menciptakan kita yang paling tahu tentang ciptaanNya, bukan? Maka jika Pencipta kita mengatakan kita itu seperti rumput, kena angin sudah lenyap, percayalah, ya memang cuma itulah kita. Tidak punya apa pun yang bisa dibanggakan.

 

Tulis pemazmur di

Mazmur 90:5-6

5 Engkau menghanyutkan mereka seperti air bah,; mereka seperti mimpi. Di pagi hari mereka seperti rumput yang tegak, 6 di waktu pagi itu subur dan bertumbuh; di waktu petang dia sudah rebah dan layu.

 

Seperti mimpi kata pemazmur, di pagi hari masih tegak, di waktu petang sudah rebah dan layu sendiri. Apa yang mau kita banggakan?

 

Kita mungkin bertanya, jika kita ini, manusia ini tidak ada nilainya, cuma disamakan dengan rumput murahan yang diinjak-injak kaki, mengapa Tuhan menciptakan kita?

Sesungguhnya saat Tuhan menciptakan kita itu mulia,

menurut Kejadian 1:27 dikatakan,  

Maka Allah menciptakan manusia dalam gambar-Nya sendiri, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

 

Tapi kemudian karena manusia sudah jatuh dalam dosa, dan kehilangan kemuliaannya, maka satu-satunya jalan supaya Allah bisa memulihkan kemuliaan itu kepada kita adalah dengan membawa kita turun ke posisi yang paling rendah, supaya kita yang sudah lupa diri, menyadari apa sebenarnya kita itu, barulah kemudian setelah kita menyadari ketidakberdayaan kita, Tuhan sendiri yang akan membawa kita ke atas, memulihkan kembali kemuliaan kita dengan kemuliaanNya.

 

Di dalam Alkitab ada banyak kisah yang seperti ini, dan salah satunya adalah kisah Yusuf. Kita semuanya tentu sudah hafal kisah Yusuf. Jika ada yang tidak tahu, silakan membuka kitab Kejadian pasal 37 sampai pasal 50. Ini sungguh adalah kisah yang menarik, segala ada di dalamnya.

Karena terlalu panjang untuk dibahas setiap ayatnya, maka di sini dirangkumkan saja. Kita bisa mencocokkannya dengan isi Alkitab sendiri.

1.     Yusuf adalah anak kesayangan ayahnya, karena dilahirkan dari istri yang dicintainya.

2.     Selain itu Yusuf juga anak yang paling baik dari antara 10 saudaranya yang lain (Adiknya yang bungsu masih terlalu kecil waktu itu).

3.     Karena ayahnya pilih kasih inilah, saudara-saudaranya membenci Yusuf,

apalagi Yusuf suka melaporkan tentang perbuatan saudara-saudaranya kepada ayah mereka.

4.     Belum cukup itu, Yakub ayahnya, kurang bijaksana dengan mendemonstrasikan cintanya kepada Yusuf dengan membuatkan pakaian yang istimewa, yang berwarna-warni sementara anak-anaknya yang lain tidak diberi pakaian begitu.

5.     Karena mendapatkan perlakuan istimewa itu, Yusuf yang masih muda ini pun besar kepala.

6.     Yusuf diberi Tuhan mimpi dua kali, dan kedua-duanya merupakan amaran dari Tuhan bahwa kelak dia akan menjadi lebih besar daripada saudara-saudaranya, bahkan orangtuanya juga akan mengakui keunggulannya.

Karena waktu itu Yusuf masih muda, maka dia belum bisa meredam sukacitanya, Yusuf pun dengan bangga menceritakan kedua mimpinya ini, yang membuat saudara-saudaranya semakin iri hati dan membencinya.

7.     Ketika dia berusia 17 tahun, dia dikirim ayahnya untuk mencari kabar tentang saudara-saudaranya yang menggembala di Sikhem.

Jadi pergilah Yusuf dengan memakai jubahnya yang berwarna-warni itu dari Hebron ke utara mencari saudara-saudaranya. Ternyata mereka sudah tidak di Sikhem, mereka sudah pindah ke Dotan. Jadi Yusuf pun terus ke utara lagi ke Dotan.

8.     Begitu bertemu saudara-saudaranya, Yusuf mereka tangkap.

Jubah warna-warninya yang menjadi duri dalam daging saudara-saudaranya dilepas, dan Yusuf dimasukkan ke dalam sumur kering. Beruntung atas intervensi Ruben, saudaranya yang sulung, Yusuf tidak mereka bunuh. Ketika lewat rombongan kafilah Ismael, Yusuf pun dikeluarkan dari sumur itu dan dijual kepada rombongan kafilah ini.

9.     Pakaian warna-warninya dicelupkan di darah domba, dibawa pulang, dan mereka berkata kepada Yakub sang ayah bahwa Yusuf sudah mati, diterkam binatang buas, yang tersisa hanya pakaiannya.

10.  Sementara itu Yusuf dijual oleh rombongan kafilah itu ke Mesir sebagai budak, ke salah satu kepala pengawal Firaun, yang bernama Potifar.

Maka Yusuf pun mengabdi kepada Potifar, dan majikannya mempercayainya karena akhlaknya yang baik, dia pun dijadikan pengurus rumah tangganya.

11.  Setelah beberapa lamanya, Tante Potifar berusaha merayu Yusuf,

tetapi Yusuf yang setia kepada Tuhan, menolak berbuat dosa. Tante Potifar marah dan memfitnah sehingga Yusuf pun dijebloskan ke penjara di mana orang-orang yang dipenjarakan oleh Firaun juga ditempatkan.

12.  Singkat cerita, ada dua orang pegawai Firaun yang juga dijebloskan ke penjara tersebut, dan masing-masing bermimpi.

Yusuf mengartikan mimpi-mimpi tersebut. Tiga hari lagi tukang roti itu akan dibunuh sedangkan tukang anggur akan dikembalikan ke posisinya semula dalam istana Firaun. Kalau kita baca di Alkitab, dalam mengartikan kedua mimpi tersebut Yusuf sama sekali tidak menyebut bahwa Tuhanlah yang memberikan pengertiannya kepadanya. Yusuf belum memberikan kemuliaan kepada Tuhan. Lalu dia berpesan kepada si tukang anggur, supaya nanti setelah dia keluar, jangan lupa menceritakan kisahnya kepada Firaun, supaya dia boleh dikeluarkan dari penjara itu.

13.  Berarti hingga saat itu pun Yusuf masih belum lulus pelajarannya.

Pertama dia tidak memberikan kemuliaan kepada Tuhan ketika mengartikan mimpi kedua pegawai istana Firaun, dan kedua dia mengandalkan manusia (si tukang anggur) untuk menyelamatkannya. Nah, karena Yusuf belum lulus pelajarannya, Tuhan membiarkan dia tetap di dalam penjara itu supaya dia belajar lagi.

14.  Dua tahun lagi lewat. Sekarang Tuhan memberi Firaun mimpi.

Karena tidak ada yang bisa mengartikan makna mimpi itu, barulah si tukang anggur itu ingat pada Yusuf. Jadi dibawalah Yusuf menghadap Firaun untuk mengartikan mimpinya.

15.  Tuhan tahu bahwa pada saat ini Yusuf sudah lulus pelajarannya.

Terbukti ketika dia disuruh mengartikan mimpi Firaun, Yusuf berkata, “Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya.” Jadi sekarang, Yusuf memberikan kemuliaan kepada Tuhan. Tuhan-lah yang telah memberitahukan, bukan dirinya, tetapi Tuhan.

16.  Berapa usia Yusuf sekarang? Kejadian 41:46 berkata bahwa Yusuf sudah berusia 30 tahun ketika dia berdiri di hadapan Firaun.

Jadi berapa tahun sudah lewat sejak dia dijebloskan saudara-saudaranya ke dalam sumur kering di Dotan? 13 tahun! Dari anak kesayangan bapaknya yang sering mendapatkan perlakuan istimewa, Yusuf dipisahkan dari keluarganya, dan dijual sebagai budak kepada bangsa asing yang kafir.  Tiga belas tahun hidup menderita sebagai budak orang Mesir, entah berapa tahun persisnya di dalam penjara yang pasti lebih dari dua tahun, baru terbentuk karakter Yusuf menjadi apa yang dikehendaki Tuhan.

17.  Setelah itu karir Yusuf pun menanjak.

Firaun mengangkatnya menjadi tangan kanannya, orang kedua yang paling berkuasa di Mesir.

 

Jadi sekarang kita lihat bagaimana Yusuf ini turun-naik bersama Tuhan.

Pertama sebagai anak emas Yakub, posisinya di mana? Di atas. Dia kesayangan ayahnya. Dan karena merasa posisinya di atas, dia pun besar kepala, tinggi hati, bangga dengan dirinya sendiri, bangga dengan posisinya sebagai anak emas ayahnya, bangga dengan lambang cinta ayahnya yaitu jubahnya yang berwarna-warni itu, bangga karena Tuhan telah memberinya mimpi di mana semua saudaranya dan orangtuanya akan menghormati dia.

Tuhan yang Mahatahu, sudah tahu bahwa Yusuf adalah nabiNya. Karena itu ketika Yusuf masih remaja pun, Tuhan sudah memberinya mimpi bahwa kelak dia akan menjadi orang besar. Tetapi dalam kondisinya seperti itu, Tuhan belum bisa memakainya. Tuhan hanya bisa memakai orang yang mengosongkan dirinya dan membiarkan Tuhan yang memimpin hidupnya. Karena itu Tuhan perlu membawa Yusuf turun dulu ke titik yang terendah, untuk belajar bahwa dirinya itu bukan apa-apa, anak emas ayahnya itu bukan apa-apa. Dia hanya bisa menjadi besar, apabila Tuhan yang menuntunnya ke sana, bukan dari modalnya sendiri.

 

Karena itu pertama-tama lambang kebanggaannya dilucuti dulu. Di Dotan jubah warna-warninya dicopot saudara-saudaranya, dan Yusuf diturunkan jauh ke dalam tanah, ke dasar sebuah sumur kering. Itulah simbol posisi yang paling rendah, bukan di atas permukaan bumi, tetapi masuk dalam di bawah permukaan bumi. Di sana cinta ayahnya tidak bisa menolongnya. Walaupun dia berteriak-teriak, tidak ada yang menolongnya. Yusuf perlu merasakan bagaimana yang namanya tidak berdaya itu. Yusuf perlu merasa bahwa dia bukanlah yang paling hebat. Melawan saudara-saudaranya yang 10 orang itu saja dia tidak berdaya.

 

Tapi Tuhan tahu pelajaran itu belum cukup baginya. Andai dia dikeluarkan setelah beberapa jam lalu diajak pulang lagi, Yusuf tidak akan menjadi Nabi Yusuf yang kita kenal di Alkitab. Jangan-jangan dia malah akan lapor ke ayahnya sehingga ayahnya murka pada saudara-saudaranya. Tidak. Yusuf yang anak emas ayahnya harus belajar menjadi budak dulu, dari anak yang dikasihi dan dilayani di dalam rumah, yang segala keinginannya bisa diperolehnya, dia justru harus belajar menjadi pelayan orang lain, menghamba, mengabdi kepada orang lain, menjadi budak yang telah dibeli orang. Budak di zaman dulu tidak punya hak apa-apa. Dia boleh diapakan saja oleh majikannya, bahkan boleh dibunuh pun tidak ada urusan. Hidup seorang budak itu tidak ada nilainya. Dan Yusuf harus merasakan bagaimana hidup sebagai seorang budak yang tanpa harapan itu.

 

Tetapi, walaupun Tuhan membawanya turun ke posisi yang serendah itu, Tuhan tidak meninggalkannya. Tuhan tetap membimbingnya. Tuhan menyediakan Potifar, salah satu kepala pengawal Firaun yang membelinya, bukan sembarang saudagar kaya di pasar. Dan Tuhan tetap melindungi Yusuf sehingga selama beberapa tahun di rumah Potifar, Yusuf diperlakukan dengan baik, malah diberi kedudukan sebagai pengurus rumah tangganya. Yusuf belajar mengurus rumah tangga Potifar, belajar bertanggung jawab, belajar tidak merugikan majikannya, di situ Yusuf belajar menjadi seorang administrator yang handal. Jadi di setiap kesempitan yang menghimpit hidup kita, Tuhan menyediakan kesempatan bagi kita untuk belajar menjadi lebih tangguh.

Setelah Tuhan melihat Yusuf sudah bisa menjadi administrator yang baik, tibalah saatnya Yusuf belajar sesuatu yang baru. Dan Tuhan menggunakan ujian yang datang dari Tante Potifar untuk melihat apakah benar Yusuf sudah bisa memulai pelajaran berikutnya. Yusuf perlu membuktikan kepada Tuhan apakah dia benar-benar mengasihi Tuhan.  Dan Yusuf berhasil membuktikan dia tetap mempertahankan integritas sebagai orang yang takut akan Allah. Rayuan tante Potifar tidak dilayaninya. Yusuf memilih untuk tidak berbuat dosa, walaupun akibatnya dia dimasukkan penjara. Lho? Setia kepada Tuhan kok akibatnya malah masuk penjara? Ya, itu pelajaran berikutnya yang harus dipelajari Yusuf, bahwa ikut Tuhan itu tidak selamanya tanpa masalah. Justru ikut Tuhan itu bisa bertemu dengan banyak masalah. Sekarang ujiannya ialah, apakah Yusuf akan tetap setia kepada Tuhannya atau dia akan ngambek? Ternyata Yusuf tetap setia kepada Tuhan. Mungkin Yusuf tidak mengerti mengapa Tuhan membiarkan dia masuk penjara padahal dia tidak berbuat salah, tapi Yusuf menerima nasibnya dengan pasrah. Yusuf ingat mimpi yang diberi Tuhan kepadanya. Yusuf yakin bahwa penjara bukanlah tempatnya yang terakhir, dia tidak akan mati ngenas di sana, suatu waktu Tuhan akan mengeluarkannya dari sana.

 

Di dalam penjara Yusuf tetap memegang integritasnya, dia hidup dengan baik, dan Tuhan yang memelihara Yusuf, membuat kepala sipir penjara itu melihat kebaikan Yusuf, dan dia mempercayakan orang-orang tahanan lainnya kepada Yusuf. Entah berapa lama Yusuf di penjara hingga datang ujian berikutnya, dalam bentuk dua orang pegawai Firaun yang menceritakan mimpi-mimpi mereka. Ternyata saat itu Yusuf tidak lulus dalam ujian ini. Egonya masih besar, dia tidak memuliakan Tuhan yang memberinya pengertian tentang mimpi-mimpi itu. Jadi Tuhan membiarkan dia duduk dua tahun lagi di dalam penjara itu. Waktu yang cukup lama bagi Yusuf untuk mengenal Tuhannya dengan lebih baik.

 

Lewat dua tahun kemudian, datanglah ujian berikutnya. Kali ini Yusuf dipanggil menghadap Firaun untuk menjelaskan mimpi Firaun. 13 tahun telah lewat sejak dia dijual ke Mesir. Sekarang Yusuf sudah bukan remaja manja 17 tahun lagi, sekarang dia sudah dewasa, sudah berusia 30 tahun, dia sudah bertumbuh dalam bimbingan Tuhan, sudah merasakan suka-duka kehidupan. Dan sekarang dia paham bahwa Tuhanlah segalanya, dia bukan apa-apa.

Di hadapan Firaun, Yusuf memuliakan Tuhannya. Yusuf lulus ujian. Ini mengakhiri perjalanannya turun ke bawah bersama Tuhan.

 

Sekarang tibalah saatnya Tuhan menuntun Yusuf untuk naik ke atas. Dan kali ini dia bukan hanya dikembalikan ke statusnya semula sebagai anak emas ayahnya, tetapi bahkan melampaui itu, menjadi penguasa nomor dua di seluruh Mesir, menjadi tangan kanan dan orang kepercayaan Firaun, dan bahkan menjadi penyelamat bangsa Israel dan keluarga besarnya ketika bala kelaparan menyerang kampung halamannya.

 

Jadi kalau kita lihat sejarah Yusuf, kita lihat bagaimana Tuhan merendahkannya, anak manja ayahnya, anak yang sok, anak yang GR, dibanting Tuhan masuk ke dasar sumur kering, diseret sebagai budak ke Mesir, dijebloskan ke dalam penjara, semua itu untuk mempersiapkan dia menjadi penguasa Mesir yang menyelamatkan orang banyak. Jika kita turun bersama Tuhan, kita akan naik ke atas bersamaNya juga.

Yusuf perlu 13 tahun untuk mengosongkan dirinya. Hanya setelah dia mengosongkan dirinya, barulah Tuhan bisa berkarya dengannya.

 

Apa buktinya bahwa Yusuf telah lulus pelajarannya?

Itu bisa kita baca di Kejadian mulai pasal  42 hingga 50.

9 tahun kemudian ketika saudara-saudara yang menjualnya ke Mesir itu muncul untuk membeli makanan dari Mesir, Yusuf mengenali mereka. Dia tidak berkata, “Sekarang saatnya aku balas dendam. Kalian telah merampas masa mudaku. 22 tahun yang lalu kalian memasukkan aku ke dasar sumur, kalian menjual aku sebagai budak, maka sekarang aku adalah penguasa Mesir, kalian semua aku tangkap dan aku jadikan budak juga.” Tidak. Yusuf tidak balas dendam. Mengapa? Karena yang hidup bukan lagi Yusuf anak Yakub, melainkan Tuhan yang hidup dalam dirinya. Dan karena Tuhan ada dalam hidupnya, mengampuni saudara-saudaranya menjadi mudah dan wajar.

 

Tuhan bekerja dengan cara yang mengagumkan. Waktu perpisahan selama 22 tahun itu telah mengubah hubungan mereka. Saudara-saudaranya yang tadinya iri hati dan membenci Yusuf, selama 22 tahun yang terakhir benar-benar menyesali perbuatan mereka setelah melihat bagaimana ayah mereka begitu berduka menyangka Yusuf sudah mati.

Singkat cerita Yusuf mengampuni saudara-saudaranya, dia bersukacita karena masih bisa bertemu lagi dengan ayahnya yang mengasihinya, dan dengan adiknya seibu yang paling bungsu. Yusuf mengundang seluruh keluarga besarnya untuk datang menetap di Mesir karena masa kelaparan masih akan berlangsung 5 tahun lagi. Jadi datanglah berbondong-bondong seluruh keluarga besar Yakub ke Mesir, seluruhnya berjumlah 70 orang plus segala binatang ternak mereka. Dan oleh Firaun mereka pun diberi tempat tinggal di Gosyen, di tempat yang terbaik.

 

17 tahun kemudian, Yakub sang ayah meninggal. Dan saudara-saudara Yusuf ketakutan. Mereka pikir, sekarang ayah mereka sudah tidak ada, barangkali Yusuf akan balas dendam terhadap mereka karena mereka pernah berbuat jahat kepadanya. Tetapi Yusuf yang sudah diubahkan hatinya melalui perjalanannya menurun hingga ke titik nadirnya bersama Tuhan, sudah benar-benar memiliki Tuhan di hatinya. Yusuf berkata, “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?” Yusuf sudah mengerti bahwa Tuhan campur tangan dalam segala sesuatu yang terjadi padanya.  Tetapi akan halnya kamu, kamu telah meniatkan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah membuatnya untuk kebaikan, untuk menjadikannya sebagaimana di hari ini, demi  menyelamatkan hidup banyak orang.” (Kejadian 50:19-20)

 

Demikianlah Tuhan mengajar anak-anakNya. Demikianlah jika kita mau diajar oleh Tuhan. Pertama kita harus turun sampai ke titik nadir dulu, belajar rendah hati, menjadi pelayan, menjadi hamba, menjadi yang terakhir dan bukan yang pertama. Jangan takut, karena jika Tuhan yang memimpin kita turun, nanti Tuhan juga yang akan membawa kita naik ke atas, dan tidak tanggung-tanggung jika Tuhan yang membawa kita naik, bukan sekadar menjadi kepala ini-kepala itu, tapi bahkan menjadi tamu-tamu Surga dan  ahliwaris dunia baru. Tidak ada jabatan apa pun yang lebih tinggi yang bisa kita harapkan selagi di dunia ini sekarang daripada kelak menjadi tamu Surga dan ahliwaris dunia baru. Itulah yang dijanjikan Tuhan kepada kita.

 

Konsep dunia bertolak belakang dengan konsep Tuhan. Sekarang ya tergantung kita mau mengikuti konsep dunia atau konsep Tuhan. 

Jika kita memilih ikut Tuhan, ya kita harus ikut konsep Tuhan. Tidak bisa kita mengatakan kita ikut Tuhan tapi memilih hidup ala konsep dunia, bertarung mati-matian untuk mencapai yang paling tinggi. Jika kita memilih ikut konsep dunia, ya kita  tidak bisa menjadi anak Tuhan.

Dengan kata lain, jika kita ikut Tuhan dan konsep Tuhan, maka kita harus siap terbalik dari konsep dunia. Jangan kecil hati bila kehidupan kita yang sekarang tidak seperti orang-orang dunia, yang selalu berusaha meraih bintang. Sementara hidup di dunia ini sekarang, trend kita tidak ke atas mencapai segala yang paling tinggi. Trend kita justru harus turun ke bawah, meninggalkan ego, mengosongkan diri, dan nanti pada saat kedatangan Kristus yang kedua, pada saat itulah kita betul-betul akan dibawa ke atas, menjadi tamu-tamu Surga.

 

 

 

21 06 16

 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar