233. LEAD US NOT INTO
TEMPTATION
_______________________________
Seorang pendeta senior berkhotbah bahwa kalau kita minta kepada Tuhan untuk
tidak kena pencobaan, itu sesuatu yang mustahil, karena hanya orang mati yang
tidak kena pencobaan. Semua orang harus kena pencobaan sebab katanya, melalui
pencobaan itu kita naik kelas. Wah, aku
agak kaget mendengar ini, karena ini bertolakbelakang dengan ajaran Tuhan
Yesus.
Bahkan, kata pendeta ini, kena pencobaan adalah berkat, lalu dia mengutip
apa yang tertulis di Yakobus 1:12.
Filsafat dunia juga mengajarkan yang
intinya serupa. Mark Twain seorang sastrawan dan filsuf yang tidak pernah
menerima Tuhan (katakanlah pro-atheisme) menulis dalam kumpulan ceritanya The Mysterious Stranger, sebuah kisah
tentang kalimat “Lead us not into
temptation” (jangan menuntun kami ke dalam pencobaan) yang diubahnya
menjadi “Lead us into temptation” (tuntunlah
kami ke dalam pencobaan). Singkatnya filsafat yang diajukannya demikian, jika Tuhan yang menuntun kita masuk ke dalam pencobaan,
maka Tuhan pasti menuntun kita keluar dari pencobaan itu. Jadi kita aman. Tapi
konsep ini bukan konsep alkitabiah. Mengapa? Karena Tuhan tidak akan
menuntun manusia masuk pencobaan. Tuhan tidak mau mencobai manusia. Yakobus 1:13
berkata, “Allah
sendiri tidak mencobai siapa pun”. Jadi kita harus berhati-hati, sebagus-bagusnya filsafat
manusia, jika itu bertentangan dengan ajaran Tuhan, jangan kita dengarkan,
karena kita bisa tersesat dalamnya.
Kita kembali kepada khotbah pendeta yang mengatakan bahwa setiap manusia
harus dicobai supaya naik kelas, dan dia mengutip Yakobus 1:12.
Yakobus
1:12
Diberkatilah
orang yang tahan dalam
pencobaan; sebab apabila ia sudah teruji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang
telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia.
Pertama, pendeta ini kurang teliti dalam membaca ayat ini. Ayat ini tidak berkata bahwa orang yang masuk dalam pencobaan itu
diberkati, tetapi orang “YANG TAHAN dalam pencobaan” yang diberkati.
Jadi beda.
Kalau kita lihat tulisan Greekanya yang
asli, kata yang diterjemahkan “tahan” atau “endureth” di KJV, itu adalah ὑπομένω
[hupomenō], yang artinya bersabar dalam, bertahan dalam, tetap teguh, tidak goyah,
ulet. Jadi ayat ini mengatakan, orang yang kena pencobaan, tetapi tidak jatuh,
tidak murtad, tidak meninggalkan imannya, tidak menyangkal Tuhannya,
dia itulah yang diberkati. Dia diberkati bukan karena masuk pencobaan, tetapi karena dia
tidak goyah saat dia kena pencobaan. Bisa dipahami bedanya ya?
Nah, memang benar bahwa setiap manusia pasti pernah masuk ke dalam
pencobaan, sama seperti setiap manusia pasti pernah berbuat dosa. Tapi itu
tidak berarti bahwa kita tidak harus belajar menghindari pencobaan maupun belajar
menghindari dosa dengan bantuan Tuhan. Kalau bisa lebih baik kita tidak masuk
ke dalam pencobaan.
Kena pencobaan sesungguhnya bukanlah kondisi yang ideal, karena di ayat
berikutnya diterangkan mengapa kita bisa kena pencobaan. Mari kita teruskan membaca.
Yakobus
1:13-15
13 Apabila seorang dicobai,
janganlah ia berkata: ‘Saya dicobai Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan
Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
14 Tetapi
setiap orang dicobai, saat ia diseret oleh hawa
nafsunya sendiri,
dan terpikat.
15 Lalu ketika hawa nafsu itu telah dibuahi, ia
melahirkan dosa; dan dosa, bila itu sudah selesai (dilakukan), ia melahirkan maut.
Lho, mengerikan!
Poin yang pertama yang harus kita ingat ialah, “Allah sendiri tidak mencobai siapa pun.” Ini penting,
karena manusia cenderung menimpakan segala musibah kepada Tuhan, “O, itu sudah
kehendak Tuhan”, “itu sudah ditakdirkan Tuhan”, “itu sudah suratannya”, gunung
meletus itu kehendak Tuhan, pesawat jatuh itu kehendak Tuhan, gempa bumi itu
kehendak Tuhan, tsunami itu kehendak Tuhan, kapal karam itu kehendak Tuhan,
tertabrak di jalan itu kehendak Tuhan, kena penyakit itu kehendak Tuhan ~~
semua yang negatif itu salah Tuhan. TIDAK!
Memang ada bencana yang didatangkan Tuhan sebagai hukuman, tetapi sebelum bencana itu diturunkan, Tuhan selalu memberi peringatan
lebih dulu, Tuhan selalu memberikan kesempatan terakhir bagi manusia
untuk bertobat. Jika tidak mau bertobat, baru hukuman diturunkan. Ini bisa kita
lihat:
ü saat air
bah di zaman Nuh.
Tuhan sudah memberitahu akan ada air bah 120 tahun
sebelumnya. Tuhan memberi waktu 120 tahun bagi manusia untuk
bertobat. 120 x 365 hari = 43’800 hari bagi manusia untuk bertobat.
Ketika manusia mengabaikan tawaran Tuhan, air bah datang.
ü Dihancurkannya
Sodom dan Gomora.
Tuhan memberitahu
Abraham bahwa kedua kota maksiat itu akan dihancurkan. Bahkan Abraham sempat
tawar-menawar dengan Tuhan. Abraham menawar hingga angka
terendah yaitu 10, dan Tuhan setuju, jika ada 10 orang Sodom-Gomora
yang tidak jahat, Dia tidak akan menghancurkan kedua kota itu. Tapi ternyata
tidak ada 10 orang, hanya 4 orang yang dikeluarkan dari kota itu, tapi bahkan
dari yang 4 orang ini, yang akhirnya selamat hanya
1.
ü Peringatan
penghancuran kota Niniwe di zaman nabi Yunus.
Niniwe itu ibukota
Asyur, tempat bangsa penyembah berhala yang terkenal kejam, yang juga musuh
Israel. Tapi sebelum Tuhan menghancurkannya, Tuhan mengirim Yunus untuk memberi
peringatan kepada mereka bahwa dalam 40 hari mereka akan
disapu habis. Tapi yang luar biasa, orang-orang kafir yang bengis
dan tidak mengenal Tuhan ini, bertobat! Mulai rajanya sampai
binatang-binatangnya semua berpuasa dan berkabung minta pengampunan Tuhan. Dan
Tuhan menyelamatkan mereka.
ü Penawanan
Israel ke Babilon.
Lebih dari
seratusan tahun sebelum Israel ditaklukkan
Babilon, Tuhan sudah mengirim nabi-nabiNya untuk mengingatkan
agar Israel bertobat, kalau tidak, Tuhan akan mengizinkan Babilon yang kafir
dan bengis untuk menaklukkan dan menawan mereka 70 tahun lamanya. Israel tidak
ambil perduli dengan peringatan Tuhan, menganggap diri mereka bangsa pilihan,
tidak mungkin Tuhan akan menyerahkan mereka kepada bangsa kafir. Karena Israel tidak bertobat, Babilon datang 3 x menyapu
habis semua kebanggaan Israel, termasuk melucuti Bait Allah megah yang dibangun
Salomo.
ü Tujuh
Malapetaka Terakhir di akhir zaman ini.
Yesus sendiri sudah
memberikan peringatanNya sebelum kematianNya di salib, yang dicatat di kitab
Matius; dan melalui kitab Wahyu yang ditulis Yohanes pada abad 1 Masehi, manusia
sudah diberitahu bahwa akan terjadi bencana-bencana besar yang mendahului
kedatangan kedua Yesus Kristus. Itu sudah 2’000an tahun yang lalu. Tetapi banyak manusia sampai hari ini yang tidak perduli. Memang Tuhan
tidak memberitahu kita kapan persisNya bencana-bencana itu akan terjadi, tetapi
percayalah, itu pasti akan terjadi. Melihat tanda-tanda nubuatan yang sudah
digenapi, pelajar-pelajar nubuatan pasti tahu bahwa penggenapannya hampir
selesai, berarti waktu yang tersisa tidak banyak. Jika kita panjang umur, itu
akan terjadi di masa kehidupan kita. Namun kita semua tahu, bahwa bencana-bencana yang datang dari Tuhan adalah bentuk hukuman bagi
mereka yang memberontak kepada Tuhan. Begitu juga malapetaka-malapetaka terakhir yang akan dijatuhkan Tuhan ke atas dunia
ini, itu adalah bentuk hukuman bagi mereka
yang memberontak kepada Tuhan. Berarti bila bencana-bencana itu
jatuh, pintu rahmat pengampunan Tuhan sudah tutup, hukuman sudah dijatuhkan,
tidak ada lagi manusia yang bisa bertobat. Sekarang inilah waktunya untuk
bertobat. Jangan terlambat. Jangan menunggu datangnya bencana,
karena pada waktu itu Tuhan sudah menutup pintu rahmatNya.
Jadi, poin pertama, semua bencana atau pencobaan yang dialami manusia, yang
tanpa didahului oleh peringatan atau panggilan Tuhan untuk bertobat, itu tidak datang dari Tuhan. Dari mana? Kita lanjut ke ayat
berikutnya.
Poin kedua, “setiap orang dicobai oleh hawa nafsunya sendiri”. Jadi salah kita
sendiri kenapa kita menuruti hawa nafsu, menuruti ketertarikan kepada hal-hal
yang mendatangkan pencobaan dalam hidup kita. Misalnya?
ü Tidak lulus ujian
karena tidak tekun belajar.
Akibatnya
tertinggal yang lain dan kalah bersaing dalam prestasi.
ü Bergaul dengan orang-orang
yang tidak baik akhlaknya.
Akibatnya tertular
kebiasaan buruk mereka, yang sulit ditinggalkan.
ü Mengendarai
kendaraan dengan kecepatan tinggi, ugal-ugalan dan tidak bertanggung jawab.
Akibatnya
mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
ü Malas dan tidak tekun
bekerja sehingga tidak dihargai atasan.
Akibatnya kalau ada
apa-apa, yang pertama kena PHK, dan susah mendapatkan nafkah.
ü Tergiur konsumtif,
asal membeli tanpa perhitungan.
Akibatnya terlibat
banyak utang yang membuat stress dan putus asa.
ü Tidak membuat
perhitungan fnansial dan kesiapan emosional sebelum punya anak.
Akibatnya kalang
kabut ketika punya anak dan tidak bisa memberi pendidikan yang baik, yang
formal maupun informal kepada anak, dengan demikian menempatkan anak pada
posisi yang kelak tidak bisa bersaing dengan angkatannya.
ü Sudah tahu makanan
yang tidak sehat, tetap dikonsumsi demi selera.
Akibatnya setelah
sekian tahun muncul segala macam penyakit menggerogoti tubuh dan kantong.
ü Sudah tahu hidup
patuh kepada Hukum Allah itu yang terbaik, tapi
memilih jalannya sendiri.
Akibatnya jatuh
dalam segala macam masalah dan bahkan resiko kehilangan keselamatan dan hidup
kekal.
Jadi sebagian besar masalah yang kita alami adalah konsekuensi dari
pilihan-pilihan yang salah yang terakumulasi selama tahun-tahun sebelumnya.
Biasanya satu konsep yang salah akan melahirkan konsep-konsep yang salah
lainnya, sehingga akhirnya kita terjerat jaring konsep-konsep yang salah yang
kita buat sendiri. Singkatnya, kita yang menciptakan pencobaan
bagi diri kita sendiri.
Apa kata ayat berikutnya? Kalau “hawa
nafsu itu telah dibuahi” artinya hawa hafsu
itu kita turuti, kita wujudkan, maka “ia melahirkan dosa”, segala yang melanggar Hukum Allah itu
dosa. Dan menuruti nafsu yang buruk, mengikuti obsesi yang buruk itu tidak pernah
akan menghasilkan sesuatu yang baik, itu pasti menghasilkan dosa, menghasilkan
pelanggaran Hukum Allah, menghasilkan keserakahan, kemarahan, iri hati, kebencian,
kelicikan, dendam, pembalasan, bahkan pembunuhan.
Memangnya dari mana terjadi pembunuhan?
Dari akumulasi nafsu-nafsu buruk yang dibuahi.
Jadi, kalau sadar kita sedang memiliki
hawa nafsu yang buruk, cepat-cepat berlutut minta Tuhan menghapuskan itu dari
pikiran kita. Lupakan itu. Jangan dibuahi. Ketika hawa nafsu itu belum
dibuahi, masih keburu dihapus. Tapi satu kali itu sudah dibuahi,
kita sudah terjerat dalam jaring Setan. Selanjutnya jalan yang ada hanya jalan
yang menurun.
Dan akibat yang tidak terelakkan dari
dosa itu apa? “dosa, bila
itu sudah selesai (dilakukan), ia melahirkan
maut.” Mengerikan, bukan? “Upah dosa ialah maut” (Roma 6:23), tidak ada opsi yang lain. Upah dosa hanya maut.
Maut itu artinya kematian kekal, tidak ada pengampunan, tidak ada kebangkitan,
tidak ada kelanjutan, hanya eliminasi kekal.
Jadi, langkah yang paling baik adaah: JANGAN MASUK PENCOBAAN.
Cara yang paling mudah adalah jangan mengambil langkah yang pertama yang
membawa kita masuk pencobaan, selalu prevention
is better than cure, mencegah itu lebih mudah daripada mengobati.
Bagaimana supaya kita tidak masuk pencobaan? Ya, BERDOA MINTA KEPADA TUHAN! Kita punya Tuhan, Juruselamat kita, Penebus kita, Hakim
kita, Pembela kita, Raja kita, yang mahakuasa. Kenapa kita tidak minta
bantuanNya? Justru Yesus mengajarkan kita di doa Bapa Kami untuk selalu minta
supaya kita tidak masuk pencobaan.
Matius
6:13
dan janganlah menuntun
kami ke dalam pencobaan,
tetapi selamatkanlah kami dari yang jahat.
Karena milikMulah kerajaan, dan kuasa, dan
kemuliaan selama-lamanya. Amin.
Nah, Yesus justru mengajar murid-muridNya untuk berdoa agar
Tuhan tidak menuntun mereka ke dalam pencobaan! Karena itu kalau
kita tahu isi Alkitab kita, kita tahu apa pesan Tuhan yang sebenarnya, sehingga
bila ada pendeta yang mengkhotbahkan yang berbeda, kita tidak ikut salah
memahami. Seharusnya memang pendeta tidak boleh salah, apalagi dalam hal
mengajarkan doktrin Alkitab, tapi pendeta juga manusia, bisa bikin kesalahan.
Yang penting jangan sampai kita ikut punya pemahaman yang salah.
Jadi pencobaan
itu selalu melambai-lambaikan tangannya memanggil kita untuk masuk
ke dalamnya. Kita sudah membaca tadi bahwa itu adalah hawa nafsu kita yang dibuahi. Jadi
itu berasal
dari diri kita sendiri. Dan siapa
yang ada di belakang kita mendorong supaya kita membuahi atau menuruti hawa
nafsu kita? Setan.
Kita memang sudah punya kecenderungan tertarik
kepada segala yang buruk, itu warisan yang kita peroleh dari Adam,
kecenderungan untuk
menyukai dosa. Dosa itu manis menurut
kita. Ditambah
lagi Setan selalu berbisik supaya kita menuruti hawa nafsu tersebut. Kita sendiri jelas bukan tandingan Setan. Setan
sudah hidup lamaaaaa sebelum dunia ini diciptakan, pengalamannya sudah banyak,
dan dia sangat cerdik, dia tahu kelemahan kita, dan dia memanfaatkan itu supaya
kita terbujuk kata-katanya. Karena itu KITA HARUS MINTA BANTUAN TUHAN! Seperti yang diajarkan Tuhan
Yesus. Kita harus berdoa minta SUPAYA TUHAN YANG MENUNTUN KITA,
MEMBELOKKAN KAKI KITA MENJAUHI PENCOBAAN yang sedang melambai-lambai
di depan kita. Hanya dengan cara itu kita bisa selamat dari yang jahat, seperti
kata Yesus, “janganlah menuntun kami ke dalam pencobaan, tetapi selamatkanlah kami dari yang jahat.”
Kita perlu setiap hari berdoa begini,
karena hanya Tuhan yang bisa menghindarkan kita dari masuk ke dalam pencobaan.
Tidak ada jalan lain.
25 02 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar