Minggu, 29 Juni 2014

135. ROMA 6:14 ~ DOSA TIDAK AKAN PUNYA KUASA ATAS DIRI KITA

135. ROMA 6:14

DOSA TIDAK AKAN PUNYA KUASA ATAS DIRI KITA

___________________________________________________________


Sebagai orang Kristen tentunya kita semua mengenal apa itu Hukum Tuhan. Tuhan memberikan banyak hukum atau peraturan kepada manusia, dan yang paling kita kenal adalah 10 Perintah Tuhan, atau 10 Perintah Allah, atau ada yang menyebutnya 10 Hukum Tuhan atau dalam bahasa Inggrisnya,  God’s Law atau the Ten Commandments. Mungkin kalau kita mendengar the Ten Commandments yang kita ingat hanya film Hollywood yang kolosal itu. Tapi sebenarnya ada yang lebih penting daripada film itu, yaitu bahwa masa depan kita dikendalikan juga oleh the Ten Commandments ini.

 

Tidak ada manusia yang suka dikekang. Semua manusia kalau bisa ingin hidup bebas menurut kesukaannya sendiri, baik fisik, mental, maupun spiritual. Itulah mengapa ada peribahasa yang mengatakan “Peraturan diciptakan untuk dilanggar”.

Karena itu di tahun 60-an, di Amerika muncullah golongan manusia yang menyebut diri mereka “hippy”. Mereka ini tidak mau dikekang lagi oleh tata sosial budaya masyarakat. Mereka mau hidup sesuka mereka, berpakaian sesuka mereka, berbuat sesuka mereka, karena mereka berkata, “Saya adalah tuan atas hidup saya sendiri, dan saya tidak mau tunduk kepada peraturan orang lain!” Jadi, jika sebelum itu, orang-orang di Amerika jika keluar rumah mengenakan pakaian yang pantas sesuai kondisi di sana, pakaian yang bersih, yang laki-laki dengan jas lengkap, dengan rambut yang disisir rapi, yang perempuan mengenakan pakaian yang rapi, bersepatu, layaknya orang yang berada di tempat umum, maka lahirnya kelompok “hippy” yang anti segala macam peraturan itu membuat banyak orang turun ke jalan hanya dengan pakaian kaos kutang, bersandal japit, rambut yang tidak disisir, mungkin sudah dua minggu tidak mandi, baju yang tidak dicuci, amburadul tidak keruan. Penampilan bambung menjadi trend. Begitu antinya manusia terhadap peraturan yang dirasakan mengekang kebebasannya sehingga mereka memberontak seperti itu.

 

Hal yang sama terjadi pada  banyak orang Kristen, yang tidak suka merasa terkekang oleh peraturan-peraturan Tuhan. Karena itu mereka berusaha mencari setiap celah untuk membenarkan argumentasi mereka bahwa Hukum Tuhan sudah tidak ada lagi sejak Yesus mati di salib.  Dan mereka paling suka memakai ayat-ayat yang ditulis Paulus sebagai dasar argumentasi mereka.

Dan layaknya orang yang mencari celah, mereka selalu berhasil menemukan celah-celah itu. Padahal sebenarnya semua itu sebagian disebabkan kesalahan pemahaman mereka, dan sebagian disebabkan karena keterbatasan penerjemahan Alkitab.

 

Hari ini kita akan membahas:

Roma 6:14

Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

 

Pertama, perlu disamakan dulu persepsi kita. “Hukum Taurat” adalah lima kitab pertama dalam Perjanjian Lama yang ditulis oleh Musa. Ini disebut juga “Kitab Taurat Musa”, yaitu: Kejadian – Keluaran – Imamat – Bilangan – Ulangan.

Kita sudah pernah membahas ini panjang lebar, jadi di sini hanya diulang sepintas saja. Apa yang ada di dalam Kitab Taurat Musa ini?

v   Salinan 10 Perintah Tuhan = Salinan the Ten Commandments.

Yang asli, yang ditulis oleh jari Tuhan pada dua tablet batu, disimpan di dalam Tabut Perjanjian yang tidak boleh disentuh oleh umat Israel. Musa kemudian menyalin ke 10 Perintah Tuhan itu dalam Kitab Taurat supaya bisa diakses dan dibacakan kepada umat Israel.

v   Segala tataupacara ka’abah, kurban, persembahan kurban. 

yang ini semuanya sudah digenapi oleh Kristus ketika Dia yang dikurbankan sebagai Domba Allah di atas salib. Bagian ini tadinya adalah lambang pekerjaan penebusan Kristus. Begitu yang Asli (Kristus) menggenapinya, berakhirlah fungsi lambang tersebut. Peraturannya tidak dihapus, tetapi fungsi segala upacara tersebut sudah berakhir sehingga tidak perlu dilakukan lagi.

v   Peraturan-peraturan sosial, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain. 

Bagian yang berkaitan dengan tata pemerintahan theokrasi Israel berakhir setelah bangsa Israel tidak lagi langsung di bawah pemerintahan Tuhan, dan sebagian yang lain (kesehatan, prinsip-prinsip ekonomi) yang bersifat universal tetap berlaku.

 

Jadi, yang penting kita ketahui dan ingat adalah, di dalam Kitab Taurat Musa ini terdapat salinan 10 Perintah Tuhan (10 Commandments) yang aslinya ditulis oleh jari Tuhan pada dua tablet batu dan yang disimpan dalam Tabut Perjanjian.

 

Kembali ke Roma 6:14.

Banyak dari kita yang membaca ayat di atas tidak membaca seluruh konteks perikopnya, tetapi mengambil bagian yang paling menarik bagi kita yang bisa membebaskan kita dari Hukum Taurat, atau segala peraturan yang sudah diberikan Tuhan dan dicatat oleh Musa.

 

Membaca Roma 6:14, mata kita langsung menangkap: “Oh, kita tidak berada di bawah Hukum Taurat! Berarti Hukum Taurat itu sudah dihapus. Kita sudah tidak usah tunduk kepada Hukum Tuhan lagi.” Wah, senengnya luar biasa. Jadi orang Kristen itu boleh berbuat apa saja, boleh makan apa saja, boleh beribadah kapan saja. Dan itulah yang dilakukan mayoritas orang Kristen.

KECELE kita. Sama sekali Paulus tidak menulis begitu. Kita saja yang saking inginnya terbebas dari segala peraturan Tuhan, yang menarik kesimpulan yang salah itu.

 

 

HUKUM TUHAN TIDAK PERNAH LENYAP. Mari kita lihat apa kata Yesus sendiri:

 

Matius 5:17-19

17          Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab Hukum atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

18          Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan bumi  satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.

19          Karena itu, siapa yang melanggar salah satu Perintah yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling hina oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang akan melakukan dan mengajarkan mereka, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.

 

 

 Ayo kita bahas satu-per-satu 3 ayat di Matius pasal 5 ini:

a.   Ayat 17.

di sana Yesus dengan jelas menegaskan bahwa Dia tidak datang untuk meniadakan kitab Hukum Taurat (= kitab-kitab yang ditulis oleh Musa) dan kitab para nabi (= semua kitab yang ditulis nabi-nabi yang lain) dengan demikian berarti SELURUH KITAB PERJANJIAN LAMA, karena di zaman Yesus belum ada kitab Perjanjian Baru. Jadi jika kita beranggapan bahwa Kitab Perjanjian Lama sudah kuno, sudah tidak berlaku, sudah kadaluwarsa, itu tidak benar! Yesus berkata semua tulisan Perjanjian Lama itu tetap berlaku, karena Dia tidak datang untuk meniadakannya.

 

Masih ayat 17, Yesus mengatakan Dia datang untuk menggenapinya. Ini sudah kita bahas di atas. Yesus Sang Domba Allah yang mengangkat dosa seluruh dunia, Dialah yang dikurbankan sebagai pengganti manusia yang berdosa, yang sebelumnya dilambangkan oleh hewan-hewan kurban (sapi, domba, kambing, merpati). Semua hewan yang disembelih di Bait Suci itu melambangkan Kristus. Karena itu setelah Kristus sendiri datang dan dipersembahkan di salib sebagai kurban untuk dosa manusia, tergenapilah upacara kurban binatang yang melambangkan Kristus. Dan itu oleh Tuhan diberikan tanda yang sangat jelas yaitu dengan robeknya tirai Bait Suci dari atas ke bawah. Tirai itu sangat tebal, dan pada saat Yesus berkata “Sudah selesai” di atas salib, tirai itu robek bukan oleh tangan manusia. Jadi sejak itu, sudah tidak perlu lagi ada binatang yang dipersembahkan sebagai kurban dosa, karena Domba Allah yang sejati sudah menggenapinya.

 

b.   Ayat 18.

di sini ada kesalahan penerjemahan. Kata ἕως [heōs] mempunyai beberapa arti, di antaranya: till, even, as far, to, while. Alkitab bahasa Indonesia LAI menerjemahkannya “sebelum” sehingga mengaburkan maknanya, karena jika diterjemahkan “sebelum”, berarti “sesudah”nya berbeda, bukan?  Karena itu, ayat 18, terjemahannya yang tepat adalah:

Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan bumi  satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi

 

Bisa dilihat bedanya? Berarti sampai langit dan bumi ini sudah lenyap pun, Hukum Taurat itu masih tetap utuh! Berarti pada saat ini, sekarang ini, Hukum Taurat itu masih ada tidak? Langit dan bumi kita ini masih ada sekarang. Yesus berkata, sampai langit dan bumi kita ini lenyap pun, Hukum Taurat itu masih ada! Berarti setelah langit dan bumi kita ini lenyap, Hukum Taurat itu masih ada!

Jadi YESUS MENEGASKAN BAHWA HUKUM TAURAT ITU SELAMANYA TETAP ADA, SEPANJANG UMUR KITA, SEPANJANG UMUR DUNIA INI, HUKUM TAURAT ITU TETAP ADA, tidak ada yang dikurangi, tidak ada satu titik pun yang dihapus dari sana. Yesus sampai perlu menandaskannya lagi karena Dia tahu bahwa semakin lama, manusia akan membuat semakin banyak alasan untuk menyingkirkan Hukum Taurat itu. Mengapa kita manusia begitu getol berusaha untuk menyingkirkan Hukum Taurat dari hidup kita? Karena kita mendengarkan bisikan Setan yang selalu ingin menyeret kita ke dalam dosa, supaya kita binasa.

 

c.    Ayat 19.

Nah, di sini ada lagi suatu kesalahan kecil dalam penerjemahan tetapi akibatnya cukup menyesatkan. Marilah kita baca lagi bagian yang pertama ayat 19 ini menurut versi LAI:

“… siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga…”

Wah, KALAU BEGITU KAN MASIH MASUK SURGA! Tidak apa menduduki tempat yang paling rendah, yang penting ada di Surga, begitu kata banyak orang Kristen.

 

Kesalahan ini lebih mudah terdeteksi jika kita lihat terjemahkan KJV:

“Whosoever therefore shall break one of these least commandments, and shall teach men so, he shall be called the least   IN   the kingdom of heaven…” 

 

KJV juga salah menerjemahkannya. Tulisan asli yang diterjemahkan “in” oleh KJV  adalah ἐν [en] kata ini adalah kata depan (preposisi) dan menurut Strong’s Dictionary mempunyai banyak arti, di antaranya:

in, at, on, upon, by, about, after, among, between, etc.

Penerjemah KJV memilih “in” dan LAI mengikuti menerjemahkannya “di dalam”.

Seharusnya kata depan ἐν [en]  di sini diterjemahkan  “by” atau “oleh” dan bukan “in” atau “di dalam”.

 

Dan bukan hanya itu, LAI bahkan membuat kesalahan yang kedua dalam menerjemahkan ayat ini. Kata  καλέω [kaleō] yang artinya: to call, to bid, yang berarti “disebut/dipanggil” atau “menyebut/memanggil”, diterjemahkan “menduduki tempat” sehingga sama sekali menyimpang.

Jadi terjemahan ayat 19 yang tepat adalah:

Karena itu, siapa yang melanggar salah satu Perintah yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan disebut yang paling hina oleh Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang akan melakukan dan mengajarkan mereka, ia akan disebut besar oleh Kerajaan Sorga.

 

Jadi, ada perbedaan yang sangat signifikan dalam makna “menduduki tempat yang rendah di dalam kerajaan Surga” dengan “disebut yang paling hina oleh Kerajaan Surga”. Kalau yang pertama masih masuk Surga walaupun mendapatkan tempat yang rendah, tetapi yang kedua, SUDAH TIDAK LAGI MASUK SURGA, KARENA SUDAH DISEBUT/DINYATAKAN SEBAGAI [MANUSIA YANG] PALING HINA OLEH KERAJAAN SURGA!  Kalau Surga sudah menyebut seseorang itu paling hina itu jelas penilaian yang buruk dan orang itu tidak lulus masuk Surga. Percayalah, di Surga semuanya harus kudus, karena itu tempat Tuhan, tidak ada yang najis, yang yang kotor, yang hina, bisa masuk ke sana.

 

Jadi kita sekarang sudah mempunyai pemahaman yang benar tentang Matius 5:17-19. 

 

Marilah kita kembali ke Roma 6:14 yang kita bahas.

 Roma 6:14

Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu, karena kamu tidak di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

 

Mereka yang berharap ayat itu mengatakan Hukum Taurat sudah dihapus harus kecewa. Karena Yesus sendiri di Matius 5:17-19 sudah mengatakan bahwa Hukum Taurat itu tidak pernah dihapus. Hukum Taurat itu TETAP BERLAKU SEUMUR HIDUP KITA, BAHKAN SEUMUR HIDUP DUNIA INI.

Jadi apa yang dimaksudkan Paulus dengan ayat itu? Mengapa tulisan Paulus bertentangan dengan pesan Yesus?

 

Sebenarnya kalimat itu tidak membingungkan, dan hanya orang-orang yang sangat ingin melepaskan diri dari mematuhi Hukum Taurat itulah yang bisa salah paham, karena mereka sendiri sudah punya pendapat, lalu ayat Alkitab dipaksakan mendukung pendapat mereka sendiri.

 

Coba kita penggal ayat ini menjadi dua bagian:

1.     Sebab dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu,

2.     karena kamu tidak di bawah Hukum Taurat,

3.     tetapi di bawah kasih karunia.

 

dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu”

Kalau “dosa punya kuasa atas dirimu” itu artinya dosa yang memiliki kamu, kamu menjadi hak miliknya, kamu sudah menjadi kepunyaannya, kamu menjadi budaknya, kamu harus menurut apa katanya.

Maka sekarang “dosa tidak akan punya kuasa atas dirimu” artinya kamu akan terbebas dari kuasa dosa. Kamu nanti bukan lagi budak dosa.

 

Nah, karena di sini ada kata “akan”, itu berarti kapan? Masih belum terjadi, tapi akan terjadi, kan? Jadi poin 1 di atas itu belum terjadi, masih akan terjadi. Jadi pada suatu saat di masa depan, kita akan terbebas dari kuasa dosa.

 

 

“karena kamu tidak di bawah Hukum Taurat”,

Poin 2, itu bicara tentang kapan? Bicara tentang waktu sekarang. Bahasa Inggrisnya dalam Present tense. Jelas. Berarti sekarang ini kita tidak di bawah Hukum Taurat.

Kok bisa begitu?

 

“tetapi di bawah kasih karunia”

Ternyata kita terlepas dari Hukum Taurat karena kita di bawah kasih karunia. Berarti kasih karunia Tuhan telah membebaskan kita dari hukuman (penalty) Hukum Taurat.

 

Berarti, tadinya sebelum kita di bawah kasih karunia, kita di bawah Hukum Taurat.

Pada waktu di bawah Hukum Taurat, dosa punya kuasa atas kita. Kita milik dosa.

Tetapi setelah kita di bawah kasih karunia, kita tidak lagi di bawah Hukum Taurat, maka pada waktu itu  dosa tidak akan punya kuasa atas kita. Kita bukan lagi milik dosa.

Kuncinya di sini “di bawah kasih karunia”, karena itu yang membuat “dosa tidak akan punya kuasa” lagi.

Berarti yang harus kita kejar dulu itu yang mana? Status DI BAWAH KASIH KARUNIA!    

Karena setelah itu, baru DOSA TIDAK AKAN PUNYA KUASA ATAS KITA.

Jika kita belum di bawah kasih karunia, dosa tetap punya kuasa atas kita, kita tetap menjadi hak milik dosa. Ngeri loh kalau kita mejadi hak milik dosa.

 

 

Apa maksudnya kita di bawah kasih karunia?

Artinya kita sudah dibenarkan oleh Kristus. Kita sudah diselamatkan.

Semua orang Kristen sudah tahu ayat ini.

Efesus 2:8

Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah,

 

Jadi di bawah kasih karunia artinya kita sudah diselamatkan, itu murni pemberian Allah, yang kita terima melalui iman.

 

Nah, Roma 6:14 berkata, kalau kita sudah di bawah kasih karunia, DOSA tidak akan punya kuasa atas diri kita.

Karena apa?

KARENA KUASA KASIH KARUNIA ITU LEBIH BESAR DARIPADA KUASA DOSA!

ü    Pertama dosa-dosa kita yang lama (sebelum kita kenal kasih karunia) itu dihapus.

Ini yang nama kerennya JUSTIFICATION = PEMBENARAN.

Dalam bahasa Inggrisnya disebut “Imputed righteousness” = kebenaran yang diperhitungkan.

 

ü    dan setelah itu kita diberi kemampuan oleh kasih karunia ini untuk tidak berbuat dosa lagi, untuk kuat melawan kecenderungan berbuat dosa.

Ini nama kerennya SANCTIFICATION = PROSES PENGUDUSAN.

Dalam bahasa Inggris disebut “Imparted righteousness”.= kebenaran yang dimampukan.

Luar biasa kasih karunia itu!

 

Siapa pemilik kasih karunia? Tuhan!

Siapa pemilik dosa? Setan.

Ya pasti kalah kan Setan sama Tuhan?

 

 

Jika kita menerima kasih karunia dengan iman

dalam hidup kita

(JUSTIFICATION = IMPUTED RIGHTEOUSNESS),

maka setiap hari Tuhan akan mengalahkan kuasa Setan dalam diri kita

(SANCTIFICATION = IMPARTED RIGHTEOUSNESS)

 

 

Jika kita mempelajari kitab Roma kita akan mendapatkan penjelasan panjang lebar, bahwa:

Ø    Hukum Taurat itu tidak bisa menghapus dosa.

Ø    Hukum Taurat hanya menunjukkan apa saja dosa kita, seperti cermin.

Ø    Hukum Taurat itu yang menghakimi kita, dia yang mendakwa kita,

ü   Hayo, kamu sudah lupa memelihara Sabat!

ü   Hayo, kamu sudah sembarangan menyebut nama Allah!

ü   Hayo, kamu sudah kurangajar sama orangtuamu!

ü   Hayo, kamu sudah mencuri!

ü   Hayo, kamu sudah berzinah!

ü   Hayo, kamu sudah makan dan minum yang dilarang Tuhan!

ü   Hayo, kamu tidak memberi makan orang yang kelaparan!

ü   dlsb.

 

Ø    Maka di bawah Hukum Taurat, dosa punya kuasa atas kita.

Karena Hukum Taurat menunjukkan semua dosa kita, maka dosa punya kuasa atas kita. Ingat “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23)? Kalau kita berbuat dosa, Hukum Taurat punya kuasa menghukum kita.

Semakin banyak dosa yang kita buat, semakin gencar Hukum Taurat itu mendakwa kita, semakin besar kuasa dosa mencengkeram kita.

 

Ø    Tetapi bagaimana kalau kita TIDAK bikin dosa?..

Kalau kita tidak melanggar Hukum Taurat bisakah Hukum Taurat itu menghakimi kita? Tidak! Hukum Tauratnya jadi tidak bertaring. Dosa tidak punya kuasa atas kita, tidak bisa menangkap kita.

Sama seperti polisi lalu lintas. Jika kita tidak melanggar marka jalan, jika kita tidak menyerobot lampu merah, jika kita tidak berbuat apa-apa yang melanggar peraturan lalulintas, biar pun ada 10 polisi yang berjaga di sana, polisi-polisi itu tidak bisa berbuat apa-apa kepada kita, betul? Tetapi kalau kita melanggar peraturan lalulintas, baru polisi itu punya kuasa menghukum pelanggaran kita.

 

Jadi ayat ini mengajar kita untuk apa?

Apakah ayat ini mengatakan bahwa kalau kita sudah di bawah kasih karunia kita tidak usah lagi mematuhi Hukum Taurat? TIDAK!

Justru kalau kita sudah di bawah kasih karunia, kita harus mematuhi Hukum Taurat, supaya kita tidak berbuat dosa, supaya dosa tidak punya kuasa atas kita, dan kita tetap di bawah kasih karunia.

 

Nah, supaya lebih jelas, Paulus melanjutkan di ayat 15-18:

 

Roma 6:15-18

6:15       Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!

 

6:16        Apakah kamu tidak tahu, kepada siapa kamu menyerahkan dirimu sebagai hamba yang patuh, kamu menjadi hamba orang yang kamu patuhi ituentah itu dalam hal dosa yang membawa kamu kepada kematian, atau dalam hal  kepatuhan yang membawa kamu kepada kebenaran?

 

6:17       Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah disampaikan kepadamu.

 

6:18       Setelah kamu dimerdekakan dari dosa, kamu menjadi hamba kebenaran.

 

 

KESIMPULAN

Apakah Hukum Tuhan masih ada? MASIH!

Apakah Hukum Tuhan tetap berlaku dan mengikat?

Jelas iya! SEMUA HUKUM TUHAN ITU MENGIKAT DAN BERLAKU.

 

Pertanyaan: Bagaimana kalau kita suatu kali jatuh dalam dosa? Apakah dosa lalu punya kuasa atas kita lagi? Apakah kita kehilangan status selamat kita dan kita kembali berada di bawah kuasa dosa?

Nah, ini keuntungannya kalau kita sudah di bawah kasih karunia.

Jika kita datang kepada Tuhan dengan penyesalan dan pertobatan, dan kita minta ampun untuk dosa kita, maka Tuhan akan mengampuninya, dan kita tidak kembali menjadi milik dosa.

 

1 Yohanes 1:9

Jika kita mengaku dosa kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

 

Proses Sanctification/Pengudusan itu berjalan setiap hari dari pertama kita menerima Kristus sebagai Juruselamat, hingga hari kita mati.

Layaknya orang belajar naik sepeda. Di awal-awal ya terseok-seok, jatuh, baret-baret. Tapi kalau setiap hari dilatih, ya dari hari ke hari menjadi lebih stabil, lebih bisa mengendalikan, lebih terampil. Masa setelah 5 tahun naik sepeda masih terseok-seok? Pasti tidak. Harus ada kemajuan. Dan sekali kita bisa naik sepeda, keahlian itu tidak akan pernah hilang. Walaupun sudah bertahun-tahun tidak naik sepeda, begitu kita duduk lagi di atas sepeda, itu akan seperti kita tidak pernah berhenti bersepeda. Begitu juga seharusnya kehidupan kita sebagai orang Kristen. Setiap hari selangkah lebih maju, lebih baik, lebih bisa menolak bujuk rayu dosa, lebih dekat kepada Tuhan. Maka pada akhir perjalanan kita, kita akan berseru, “Tuhanku datang, aku sudah lama menunggu!”

 

 

 

27 06 14


 


21 komentar:

  1. Jadi maksudnya gimana, apakah keselamatan berasal dari pengorbanan Yesus atau ketaatan terhadap hukum Taurat? Ditulis katanya masuk surga karna kasih karunia, tapi tertulis di akhir bahwa bila berbuat dosa berarti tidak dibawah kasih karunia, bukannya kasih karunia itu diterima dengan iman dan bukan perbuatan. GBU

    BalasHapus
  2. Sdr Lisman
    Makasih pertanyaannya. Ini aku ngetik pake hp, jadi maaf ya klo nanti ada salah ketik karena hurufnya mepet.
    Betul hukum Taurat sama sekali tidak menyelamatkan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dan sama sekali bukan oleh perbuatan. . Tapi kita dihakimi menurut perbuatan bukan menurut iman 😊. Jadi pertama kalinya kita selamat, itu 100% kasih karunia. Kita tidak layak selamat tapi karena kasih karunia Tuhan memberi pengampunan dosa kpd kita. KESELAMATAN ADALAH PENGAMPUNAN DOSA. Upah dosalah yg maut. Jadi manusia selamat karena dia tidak usah membayar upah dosanya. Yesus yg sudah membayar dan dosa itu diampuni.
    Sekarang SETELAH SELAMAT, apakah manusia tidak harus patuh kepada segala perintah Tuhan? Apakah boleh berkubang dalam dosa lagi? Paulus mengajarkan di Ibr 10:26-27 bhw setelah tahu itu dosa tp masih terus melakukan maka tidak ada lagi pengampunan. Jadi setelah selamat kita harus patuh kpd semua perintah Tuhan SUPAYA TETAP SELAMAT. Klo tidak, ya kita kehilangan status selamat kita. Jadi keselamatan itu ibarat diberi karcis gratis masuk ke rumah raja. Tiketnya gratis karena pemberian. Asal mau terima, ya diberi. Setelah berada di dalam rumah raja, ya kita harus tunduk kpd semua peraturan sang raja. Klo kita melawan ato tidak mau tunduk, ya kita diusir keluar oleh sang raja.
    Semoga cukup jelas. Klo belom silakan email aku lagi.
    GBU
    mara

    BalasHapus
  3. Trims atas balasannya.

    Yang bikin saya tambah bingung, jadi apa artinya keselamatan itu dalam pandangan anda.. bahwa hanya di hari kita menerima Kristus (dibaptis) dan hanya pada saat itu saja kita memiliki keyakinan akan keselamatan dan untuk selanjutnya akan selalu timbul keraguan. Apa aku sudah cukup baik, perkataanku sudah cukup benar, pikiran kita sudah cukup kudus, ini akan selalu membuat kita sebagai umat menjadi ragu. Jikalau keesokan harinya setelah kita dibaptis, kita masih juga berbohong atau berpikir buruk tentang orang lain atau timbul keinginan akan milik orang lain maka keselamatan dari Kristus itu akan lenyap? Apakah saat kita dibaptis didalam air, kita diubahkan menjadi manusia sempurna dan harusnya kita tidak akan lagi salah dalam perbuatan kita? Saya yakin 100% bila tidak ada satupun yang sudah tidak lagi berbuat dosa dalam kesehariannya. Jadi kesimpulannya menurut saya itu bukanlah "kabar baik" yang bisa kita sampaikan pada teman-teman kita tentang Mesias yang hanya memberikan keselamatan 1 hari saja, toh di agama mereka sendiri juga diajarkan untuk selalu berbuat baik. GBU

    BalasHapus
  4. Lisman,

    Baptisan hanyalah suatu tanda lahiriah bahwa kita telah menerima Kristus sebagai Juruselamat. Setelah itu hidup kita harus mencerminkan bukti bahwa kita benar-benar telah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita.

    Pemurnian itu pekerjaan seumur hidup, artinya tidak seperti membalikkan tangan, begitu dibaptis lalu keluar dari air sudah menjadi orang saleh tidak berbuat dosa lagi. Paulus saja membutuhkan waktu belasan tahun untuk bertumbuh. Dia yang pada awal pertobatannya dengan sombong mengatakan bahwa dia tidak diajar oleh murid-murid Yesus melainkan oleh Yesus sendiri, menjelang akhir hayatnya dia berkata, “Akulah yang paling berdosa dari semua orang yang berdosa.”
    Jadi kerohanian itu bertumbuh. Dan setiap orang bertumbuh sesuai terang yang dia miliki. Ibaratnya anak SD kelas 1 ya bertumbuh seperti anak SD kelas 1, tidak dituntut Tuhan untuk tumbuh seperti anak SMA kelas 3. Yang penting adalah BERTUMBUH ITU, jadi tidak mati.

    Mengapa kita jatuh bangun berbuat dosa terus? Karena kita kurang menyadari dan kurang menghargai pengorbanan dan penderitaan Yesus di salib, yang menggantikan hukuman kita. Karena itu jika setiap hari kita membayangkan penderitaan Yesus terutama pada hari terakhir hidupNya di dunia ini, kita akan menyadari betapa jahatnya dosa kita yang telah menyalibkan Dia. Coba kita sendiri yang harus menjalani hukuman itu, apakah kita akan gampang-gampang berbuat dosa tanpa berpikir berkali-kali?
    Orang Israel dulu harus mengurbankan domba untuk setiap dosa yang mereka lakukan. Klo setiap hari berbuat dosa, apa tidak bangkrut? Justru karena sekarang Yesus telah mempermudah segalanya, hanya perlu mohon ampun saja, lalu kita menggampangkannya. Wah, gampang, tinggal tutup mata dalam doa sudah beres? Tapi apa itu yang dikehendaki Yesus?


    Tidak. Karena untuk mendapatkan pengampunan dosa itu ada syaratnya menurut Tuhan:
    1. Diakui
    2. Disesali
    3. Ditobati

    Karena Tuhan menuntut kesungguhan hati kita, bukan hanya sekadar muncul di bibir setiap kali kita berdoa, “Tuhan ampunilah dosaku yang banyak” lalu Tuhan langsung menghapus semua dosa kita. Tidak. Tuhan bukan tukang sapu yang kita bayar. Kalau kita melihat contoh orang-orang percaya di Alkitab yang minta ampun kepada Tuhan, itu dengan kesungguhan, dengan duka cita, dengan air mata, sering dengan puasa, mereka menyebutkan dosa mana yang telah mereka perbuat, itu untuk menandakan bahwa mereka betul-betul sudah menyadari itu adalah perbuatan berdosa.
    Klo kita cuma berdoa enteng aja “Tuhan ampunilah dosaku yang banyak yang disengaja maupun yang tidak”, bahkan tanpa menyebutkan dosa-dosa yang mana, udah pokoknya Tuhan sapu bersih aja semua.
    Kita hanya menipu diri sendiri karena tanpa kita benar2 menyesal, tanpa niat utk bertobat, maka sebenarnya kita belum mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Itulah sebabnya mengapa kita bolak-balik mengulangi dosa yang sama, karena kita tidak pernah betul2 merasa bahwa yang kita lakukan itu adalah dosa, pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Kita tidak benar-benar merasa bahwa perbuatan kita itu menjijikkan bagi Tuhan.

    (bersambung ke bagian ke2)

    BalasHapus
  5. Tapi jangan khawatir, tidak ada yang final sebelum kematian, karena hingga detik terakhir Tuhan tetap menunggu kita bertobat.

    Pintu kasihan tetap terbuka bagi kita hingga napas kita yang terakhir. Setiap saat Roh Kudus tetap berusaha meyakinkan kita untuk meninggalkan semua dosa kita. Tapi Roh Kudus tidak pernah memaksa. Keputusan untuk menerima atau menolak bimbingan Roh Kudus itu 100% pilihan kita. Tuhan tidak akan memaksakan kehendakNya supaya kita menurut.

    Itulah sebabnya Paulus berkata di Ibrani 10:26-27 “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”

    Tuhan memberi kita kesempatan selama-lamanya untuk bertobat, karena Tuhan menginginkan semua orang selamat. Tetapi jika kita berulang-ulang menolak bimbingan Roh Kudus, maka lama-lama kita tidak bisa mendengar suara Roh Kudus lagi karena kita sudah terbiasa menulikan telinga kita kepada suara Roh Kudus. Jadi walaupun Roh Kudus terus berbicara kepada kita, tapi kita sudah tidak mendengarnya lagi. Dan PADA WAKTU APA YANG DIKATAKAN TUHAN SEBAGAI DOSA (MELANGGAR HUKUMNYA), TAPI KITA ANGGAP ITU BUKAN DOSA, MAKA KITA SENDIRI SUDAH MENUTUP TELINGA KITA KEPADA SERUAN ROH KUDUS. Maka pada waktu itu nyaris mustahil kita akan bertobat. Dan jika kita mati dengan semua dosa kita yang belum kita tobati dan belum diampuni Tuhan, maka jelas kita kehilangan keselamatan kita untuk selamanya.

    Karena itu, bila timbul di dalam hati kita keinginan untuk bertobat, untuk mengikuti jalan kebenaran Tuhan, untuk meninggalkan cara kita sendiri, itu adalah Roh Kudus yang merayu kita supaya kita selamat. Jangan diabaikan seruan itu. Jangan bilang “besok saja klo saya sudah pension” atau “besok saja klo saya sudah kaya” atau apa. Hidup kita bisa berakhir kapan saja. Orang tidak perlu sakit untuk mati. Orang juga tidak perlu tua baru bisa mati. Orang bisa mati mendadak. Dan juga, bila kita terlalu sering mengabaikan seruan Roh Kudus, lama-lama telinga hati kita sudah kebal dan itulah yang disebut “mengeraskan hati”. Kita sudah tidak menganggap melanggar perintah Tuhan itu dosa. Klo sudah begitu, keselamatan kita benar-benar terancam.

    Ada orang Kristen yang menganggap, sekarang santai saja, nanti sewaktu sudah sekarat baru minta ampun untuk semua dosanya. Tapi permohonan ampun yang demikian ini tidak tulus dengan niat bertobat, melainkan hanya takut tidak selamat. Tuhan bisa membaca hati setiap manusia. Kita tidak bisa menipu Tuhan dan tidak bisa menyiasati Tuhan.

    Renungan terakhir, inilah kata-kata Yesus:

    "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” (Mat 22:37-38)
    Ini teorinya.

    "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yoh 14:15)
    Ini prakteknya.

    Jadi klo kita masih berat menuruti semua perintah Yesus, berarti kita belum mengasihi Tuhan. Kita gagal dalam menuruti hukum yang terutama dan pertama.

    Tuhan memberkati dan terus membimbing kita kepada keselamatan hingga maranatha.
    GBU

    BalasHapus
  6. Oh ya, lupa.
    "Kabar baik" adalah Tuhan Yesus telah membayarkan hukuman kita sehingga kita sendiri tidak usah mengalami mati kekal. Tuhan Yesus yang sudah mengalaminya untuk kita.
    Bagi yang tidak menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, walaupun hidupnya baik, tapi dosanya harus ditanggungnya sendiri. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa. Jadi walaupun setetes, semua orang pernah berbuat dosa. Maka dosa itu harus ditanggungnya sendiri. Berarti dia harus menanggung mati kekal sendiri kelak.
    Itulah mengapa dikatakan Injil itu Kabar Baik, karena yg percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamtnya, tidak usah membayar hukuman dosanya sendiri.

    BalasHapus
  7. Trims untuk balasannya

    Pengertian yang saya dapat adalah bahwa keselamatan itu tidaklah pasti. Saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat cukup dengan iman percaya saja, namun langsung bisa berubah dan bisa hilang tergantung pada diri kita sendiri lagi. Hadiah kebenaran (gift of righteousness) hanya berlaku sementara sampai dosa kita yang berikutnya dan kita kembali menjadi pendosa.

    Namun kita bisa minta ampun setiap kali berbuat dosa seperti minum obat jika kita merasa sakit, dan sampai detik terakhir kehidupan kita tidak ada keyakinan akan keselamatan karna mungkin saja ada dosa yang kita lupa untuk minta ampun. Kok saya merasa pengorbanan Tuhan Yesus itu seperti asuransi kesehatan dengan banyak limit disana-sini, paket hemat dan tidak merasakan mendapat kasih karunia yang berlimpah-limpah. GBU

    BalasHapus
  8. Jawabannya panjang ya, Ini bagian pertama

    Ya, kira-kira begitulah peraturan mainnya, hehehe.
    Keselamatan itu bukan stempel bebas untuk berbuat sesuka hati tetapi tetap selamat.

    Mari kita lihat beberapa contoh.
    Ketika Adam dan Hawa di taman Firdaus, apakah mereka dalam keadaan selamat? Iya! Mereka tidak mengenal dosa, jadi mereka dalam kondisi selamat.
    Apakah Tuhan lalu memberikan peraturanNya? Iya. Pada waktu mereka dalam kondisi selamat itu, Tuhan memberikan peraturanNya, yaitu jangan makan buah dari pohon Pengetahuan Baik dan Buruk.
    Jadi peraturan diberikan pada waktu manusia dalam kondisi selamat.
    Apakah peraturan Tuhan itu ada sanksinya? Ya.
    Sanksinya, kalau dilanggar, mati!
    Apakah karena buah pohon pengetahuan itu beracun? Tidak.
    Jadi mengapa Adam dan Hawa mati kalau makan buah pohon tersebut?
    Karena itu melanggar perintah Tuhan. Melanggar perintah Tuhan adalah dosa
    1 Yoh 3:4, “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”
    Karena itu dosa, sedangkan upah dosa ialah maut (Rom 6:23), maka SEMUA PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN/PERINTAH/HUKUM TUHAN ITU HUKUMANNYA MATI KEKAL.

    Jadi apakah keselamatan Adam dan Hawa yang pertama itu bisa lenyap?
    Bisa! Pada waktu mereka berbuat dosa, melanggar perintah Tuhan, maka keselamatan mereka lenyap.
    Jadi ini buktinya bahwa keselamatan yang kita peroleh dari Tuhan itu hanya berlaku bila kita tetap memeliharanya. Klo kita langgar, maka kita kehilangan keselamatan itu.


    Contoh kedua:
    Klo kita ingat orang Israel, ketika mereka menjadi budak di Mesir, mereka diselamatkan tanpa syarat oleh Tuhan. Tuhan tidak berkata bahwa mereka harus menjadi orang saleh dulu baru diselamatkan. Mereka diselamatkan Tuhan dalam kondisi mereka yang berdosa dan bodoh tidak tahu kebenaran. Tetapi setelah mereka diselamatkan dari kejaran orang Mesir, dan mereka tiba di G. Sinai, maka Tuhan memberikan 10 PerintahNya, dan peraturan-peraturan lain yang ditulis oleh Musa. Tuhan berkata, “Oke, kalian sudah Aku selamatkan. Sekarang inilah peraturanKu. Kalau kalian mau ikut Aku terus, ya patuhi peraturanKu.” Tuhan menyodorkan suatu persyaratan kepada mereka. Mau terus selamat, ya ikuti perintah Tuhan, tidak bisa ditawar. Kalau tidak mau ikut perintah Tuhan, ya mereka kehilangan keselamatan itu.
    Jadi semua peraturan Tuhan, semua perintah Tuhan, semua hukum Tuhan, diberikan kepada Israel SETELAH MEREKA SELAMAT, bukan sebelumnya.

    BalasHapus
  9. (2)
    Jadi sejak zaman dulu, Tuhan itu menyelamatkan dulu, baru memberi peraturan. Jadi keselamatan itu bukan karena mematuhi peraturan, tetapi peraturan itu diberikan supaya manusia tetap selamat.



    Jangan lupa, peraturan-peraturan Tuhan itu selalu diberikan DENGAN SANKSI. Jadi peraturan itu bukan suatu opsi, dituruti boleh, tidak dituruti ya boleh, kita tetap selamat tidak jadi soal. Tidak! Peraturan Tuhan itu suatu PERSYARATAN supaya bisa TETAP SELAMAT.


    Coba kita lihat di Ulangan pasal 28
    28:1. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
    28:2 Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:

    Lalu disebutlah segala berkat yang akan diberikan Tuhan kepada umatNya, dari ayat 3-14 = 11 ayat.

    28:15. "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:

    Maka didaftarlah segala kutuk yang akan dialami orang Israel mulai ayat 16-68 = 52 ayat!!


    Jadi KESELAMATAN TUHAN ITU TETAP BERLAKU JIKA KITA TINGGAL DI DALAM TUHAN. Tetapi jika kita meninggalkan jalan Tuhan, jika kita melanggar hukum-hukum Tuhan DENGAN SENGAJA, maka KITA SENDIRI YANG MENINGGALKAN KESELAMATAN TUHAN.

    Sayang sekali jika kamu menganggap keselamatan Tuhan Yesus itu seperti paket hemat. Itu saja sudah pelecehan.

    Keselamatan dari Tuhan Yesus itu DIBERIKAN SECARA GRATIS kepada manusia, tetapi HANYA APABILA MANUSIANYA MAU DISELAMATKAN.
    Dan MAU DISELAMATKAN BERARTI MAU MENGIKUTI SEMUA PERINTAH TUHAN.

    Jika kamu menganggap Tuhan bisa dibodohin, bisa diperalat hanya supaya kita bisa selamat dan tidak mengalami kematian kekal, TANPA KITA MENGASIHI TUHAN, maka anggapanmu salah besar.
    Terpaksa harus aku ulangi lagi apa kata-kata Yesus sendiri:

    "KASIHILAH TUHAN, ALLAHMU, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.” (Mat 22:37-38)

    "Jikalau kamu mengasihi Aku, KAMU AKAN MENURUTI SEGALA PERINTAH-KU.” (Yoh 14:15)

    Apakah kita akan berkata demikian kepada Tuhan, “Tuhan, aku mau diselamatkan, sebab aku tidak mau mati kekal. Tapi setelah selamat aku tidak mau menuruti perintahMu, aku tidak mau patuh kepada HukumMu, aku mau berbuat sesuka hatiku sendiri. Karena Engkau mengasihi aku, jadi bagaimana pun pola hidupku, Engkau harus menerima aku.” Begitu?
    Karena jika kita TIDAK MAU MEMATUHI HUKUM TUHAN, TIDAK MAU MENURUTI SEGALA PERINTAH TUHAN, sebenarnya ya itulah kata-kata kita kepada Tuhan.

    BalasHapus
  10. (3)
    Jangankan Tuhan yang mahakudus, kita saja lho klo mengadopsi anak (anak yang sudah remaja, bukan bayi) yang sudah berulang-ulang ditangkap polisi karena sering berbuat kejahatan, tapi karena kita mengasihinya, kita adopsi. Ini sama dengan Tuhan menyelamatkan kita pada waktu kita masih penuh dengan dosa.

    Kita bawa pulang anak itu ke rumah kita. Setelah dia hidup bersama kita, apakah kita tidak mengharuskan dia mengikuti semua peraturan yang berlaku di rumah kita? Kita ajari dia supaya tidak mencuri, tidak boleh berbuat jahat, tidak boleh menipu, dll. Dan semua peraturan kita, kita ajarkan kepadanya. Ini sama dengan kita masuk ke rumah Tuhan (gereja), dibaptiskan, dan belajar kebenaran Tuhan.

    Tapi anak itu berkata, “Saya tidak mau menurut semua peraturan di rumah ini. Yang saya suka saja saya ikuti, yang tidak saya sukai, ya tidak saya ikuti. Kan dulu saya diadopsi bukan karena saya tidak mencuri? Waktu saya diadopsi kan saya pencuri? Ibu dan Bapak kan sudah tahu klo saya ini pencuri? Ibu dan Bapak bilang mengasihi saya. Berarti Ibu dan Bapak mengasih saya walaupun saya mencuri, bukan? Kenapa sekarang saya harus berhenti mencuri? Saya mau tetap mencuri karena saya suka mencuri.” Ini sama dengan argumentasimu. Kita diselamatkan kan oleh kasih karunia, bukan karena perbuatan? Jadi mengapa setelah diselamatkan kok perbuatan kita menjadi masalah? Katanya Tuhan mengasihi kita, jadi apa pun perbuatan kita, Tuhan tetap menyelamatkan kita, kita tetap anak Tuhan. Itu kan pendapatmu?

    Dan anak itu mencuri lagi dll. Dan dia ditangkap polisi lagi. Ini sama dengan kehilangan keselamatan, karena dia menjadi menjadi budak dosa lagi. Dia keluar dari zona selamat rumah orangtua angkatnya, dan kembali masuk zona hukuman di tahanan polisi. Begitu pula kita, jika kita berdosa, kita MENINGGALKAN ZONA SELAMAT TUHAN, kita sendiri yang menghampiri zona tidak selamat sebagai terhukum oleh dosa kita.

    Lalu anak itu menelepon orangtua angkatnya, minta ditebus dari tahanan polisi. Dan orangtuanya datang menebus dia, karena orangtua angkatnya ini mengasihi dia. Ini sama dengan kita, setelah berbuat dosa kita minta ampun kepada Tuhan. Maka anak itu dibawa pulang lagi oleh orangtuanya, masuk lagi ke zona selamat, seperti kita.

    Seminggu lagi anak itu tertangkap polisi lagi, mencuri. Dan kembali dia minta orangtua angkatnya datang menebusnya. Sama seperti kita, berbuat dosa, minta ampun lagi.

    Berulang-ulang terjadi demikian.
    Mengapa bisa terjadi seperti itu? Karena anak itu tidak pernah benar-benar menyesali perbuatannya dan tidak punya niatan untuk bertobat atau berubah. Dia menganggapnya gampang aja, karena tahu orangtua angkatnya mengasihinya, pasti nanti mereka akan menebusnya lagi. Ini sama dengan kita, melecehkan kasih karunia dan rahmat Tuhan. “Ah, gampang, tinggal minta ampun, maka dosa kita pun diampuni, semuanya beres. Kita tetap selamat.”

    Karena anak itu menganggapnya gampang, maka dia tidak sadar, bahwa selama ini dia sudah menyepelekan kasih orangtua angkatnya. Dari perbuatannya bolak-balik ditangkap polisi, orangtuanya sudah membuktikan bahwa anak ini tidak mengasihi mereka, tidak mau patuh kepada mereka, dan hanya menggunakan mereka sebagai jaminan kebebasan saja. Dengan kata lain, anak ini memperalat kasih orangtua angkatnya. Ini sama dengan kita, yang walaupun sudah tahu perbuatan kita itu melanggar perintah Tuhan, tetap kita lakukan karena kita menganggap Tuhan sudah memberi keselamatan kepada kita.

    BalasHapus
  11. (4)
    Mungkin suatu hari anak ini sewaktu mencuri, tertembak polisi lalu mati. Mungkin orangtua angkatnya yang sudah bosan dibodohin dan diperalat anak angkatnya itu, tidak datang lagi ke kantor polisi untuk menebusnya. Ini sama dengan kita, jika pada akhirnya Yesus berkata, “Aku tidak pernah kenal kamu, kamu semua yang berbuat jahat.”
    Kita baca di Matius
    7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
    7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"


    Ada satu hal yang kurang disadari orang Kristen. Bilamana Yesus/Firman Tuhan mengatakan “berbuat jahat” atau “perbuatan jahat” atau “pembuat kejahatan” itu TIDAK HANYA PERBUATAN MENCURI, BERZINAH, MEMBUNUH, MENIPU, atau perbuatan-perbuatan yang dianggap merugikan manusia lain.
    Tetapi semua PERBUATAN YANG MELANGGAR HUKUM TUHAN ITU ADALAH PERBUATAN JAHAT, KARENA ITU ADALAH DOSA.
    Tadi sudah kita baca di 1 Yoh 3:4, “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.”

    Jadi ada banyak orang yang hidupnya sangat santun, baik, tertib, tidak pernah merugikan orang lain, warganegara yang baik, suka beramal, suka menolong orang, bahkan Yesus berkata, mereka itu berprofesi sebagai pelayan Tuhan, karena mereka itu bernubuat, mengusir setan, membuat mujizat dalam nama Tuhan ~ berarti ini orang-orang yang berTuhan, terpandang dalam masyarakat, aktif dalam pelayanan, dan bahkan bisa membuktikan bahwa pekerjaan mereka itu didukung oleh Tuhan. Hebat, kan? Tapi Yesus berkata, “kamu sekalian pembuat kejahatan.”

    Jadi kejahatan apa yang telah mereka lakukan? MEREKA TIDAK MENURUTI SEGALA PERINTAH TUHAN.

    Oke, Lisman, Tuhan tidak pernah memaksa, aku juga, hehehe. Jadi biarlah hal ini mengendap dulu, kamu pikirkan dengan tenang. Jika kamu anggap aku salah, dan semua ayat Alkitab yang aku bagikan kepadamu itu, salah, ya gapapa, lupakan aja pembahasan ini. Tapi jika suatu hari kamu bisa melihat kebenarannya dan ingin berubah, Tuhan akan memberimu jalan.

    GBU.



    BalasHapus
  12. Penjelasan ttg keselamatan menurut pandangan situ rasanya sudah cukup, dan walaupun tidak setuju saya sampaikan sekali lagi saya menghargainya.

    Saya merasa cara pandang situ masih mencampur-campurkan antara perjanjian baru dengan perjanjian lama. Kalo keyakinan saya sendiri kedua perjanjian itu sungguh-sungguh berbeda dan tidak boleh dicampur adukkan.

    Rasul Paulus menjelaskan hal ini secara panjang lebar dalam Roma. Di Roma 3:28 : "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum taurat." Jikalau kebenaran itu hanya karena iman dan bukan perbuatan, jadi bagaimana mungkin setelah kita dibenarkan oleh iman, kita kembali lagi mencari kebenaran oleh perbuatan. Bukan saya katakan bahwa hukum Taurat menjadi batal tapi bagi orang percaya sudah berbeda perjanjiannya.

    Dalam Roma 4:3 ditulis bahwa Abraham pun dibenarkan bukan karena perbuatannya, tapi karena iman. Roma 4: 6-8 Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya, diampuni pelanggaran-pelanggarannya, ditutupi dosa-dosanay, dan juga tidak diperhitungkan kesalahan-kesalahannya oleh Tuhan.

    Roma 5:12-19 oleh karena pelanggaran Adam maka kita semua menjadi orang berdosa, dan oleh ketaatan satu orang (Yesus) semua orang menjadi orang benar. Bila oleh karna pelanggaran Adam, status kita menjadi orang berdosa dan itu tidak bisa dihapuskan oleh diri kita sendiri. Berapa kali pun kita berbuat baik tetap saja tidak menghapus status kita sebagai orang berdosa... dan hanya oleh pengorbanan Yesus maka baru kita bisa pindah status menjadi orang benar. Logikanya bagaimana mungkin setelah ditebus dan menjadi orang benar, oleh karena satu kesalahan kita akan menghapus status kita dari orang benar menjadi pendosa dan harus kembali mengandalkan perbuatan kita.

    Roma 5:20 dinyatakan oleh Paulus bahwa Hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak. Ini berarti hukum Taurat tidak akan pernah bisa membuat kita menjadi kudus, hanyalah sebagai cermin untuk menunjukkan semua kejelekan dan kekurangan kita.

    Roma 6:14 "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Kasih karunia memiliki kemampuan untuk membuat kita tidak lagi dikuasai oleh dosa dan bukan melalui pekerjaan dari Hukum Taurat.

    Di dalam Galatia, Paulus bahkan menyebut jemaat Galatia sebagai orang bodoh karena ingin mengandalkan kekuatannya sendiri kembali kepada hukum Taurat. Jadi cukuplah jelas bahwa keselamatan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan perbuatan, tapi hanya karena iman akan kasih karunia Tuhan.. kebenaran itu bukan didapat dari perbuatan kita tapi belas kasihan Tuhan yg diberikan melalui perbuatan Yesus yang sempurna diatas kayu salib. GBU

    BalasHapus
  13. Jadi nurut kamu setelah menerima Yesus berbuat apa pun tetap selamat dan semua dosanya diampuni? Roma itu berbicara ttg melakukan hukum taurat tidak menyelamatkan krn kasih karunia yg menyelamatkan. TAPI MELANGGAR HUKUM TUHAN (SEMUANYA) DG SENGAJA = TIDAK MAU MENINGGALKAN PERBUATAN ITU WLP SUDAH TAU ITU BERTENTANGAN DGN HUKUM TUHAN, ITU TIDAK MENDAPATKAN PENGAMPUNAN ARTINYA TIDAK SELAMAT.
    Galatia bicara ttg keharusan sunat utk selamat. Itu bukan bicara kepatuhan kpd hukum Allah. Sunat adalah tanda umat Allah. Dan sunat yg dulu hanya dipahami sbg tindakan jasmani, oleh Paulus sudah dijelaskan bhw yg diminta Tuhan adalah sunat hati.

    Klo membaca matius pasal 5 dan 6, Yesus sendiri menyatakan semua hukum Taurat tetap berlaku, malah yg dulu hanya dipahami secara jasmani, Yesus menjelaskan seharusnya dilakukan secara rohani, misalnya jangan membunuh sebenarnya membenci dan menghina aja sudah dianggap membunuh. Jadi apa nurut kamu orang Kristen klo membenci orang tidak berdosa ato Tuhan otomatis menghapus dosanya?
    Wah, klo bagiku itu namanya nipu diri sendiri. Tp klo itu pandanganmu ya terserah. 😊 semoga kamu kelak tidak kecewa.

    Nurut aku kamu selalu melihat dari sudut apa yg menyelamatkan. Betul itu kasih karunia dan bukan perbuatan.
    Tapi cobalah skrg kamu melihat dari sudut APA YG TIDAK MENYELAMATKAN dan itu adalah semua perbuatan kita yg melanggar hukum Tuhan.
    Coba renungkan dulu kalimat di atas.

    Aku kan sudah bilang bolak balik bahwa mematuhi hukum Tuhan TIDAK MENYELAMATKAN krn yg menyelamatkan kasih karunia.
    Tapi TIDAK MEMATUHI HUKUM TUHAN ITU TIDAK MENYELAMATKAN karena manusia dihakimi menurut perbuatannya.

    Yakobus 2:14. Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?

    Yakobus 2:17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
    2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu IMANKU DARI PERBUATAN-PERBUATANKU."


    Bukan pemahamanku yg rancu, tapi kamu yg sengaja mengabaikan semua ayat yg sudah aku tulis dlm jawabanku.
    Tapi okelah, ga perlu kita teruskan perdebatan ini. Setiap orang bertanggungjawab sendiri atas pilihan dan perbuatannya kpd Tuhan. Moga2 kamu ga kecewa aja kelak.

    BalasHapus
  14. Oh, ya ada satu ayat lagi yang ditulis Paulus utk kamu pertimbangkan
    1 Tesalonika 1:3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.

    Lihat, Paulus juga menyebut tentang pekerjaan iman, artinya pekerjaan yang dihasilkan oleh iman, dengan kata lain semua pekerjaan yang baik, yang tidak melanggar hukum Tuhan.

    Kalau kita baca terjemahan Alkitab sehari-hari demikian:
    "Kami selalu mendoakan kalian. Kami ingat bagaimana kalian menunjukkan dalam perbuatan bahwa kalian percaya kepada Kristus, bagaimana kalian mengasihi orang lain sehingga melayani mereka, dan bagaimana kalian berharap dengan teguh kepada Tuhan kita Yesus Kristus."

    Jadi iman itu harus disertai perbuatan/pekerjaan sebagai bukti, itu baru namanya iman yang benar.
    Betul bukan perbuatan yang menyelamatkan, tapi perbuatan itu adalah BUKTI BAHWA KITA PUNYA IMAN DAN TELAH DISELAMATKAN.
    Berarti kalau tidak ada perbuatan, atau dengan kata lain perbuatan kita tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka sesungguhnya itu membuktikan bahwa kita tidak punya iman yang benar. Karena keselamatan itu karunia yang diberikan berdasarkan iman kita, maka kalau iman kita tidak benar, ya kita tidak mendapat karunia itu.

    1 Yoh 3:6-10
    Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
    3:7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar;
    3:8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.
    3:9 Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.
    3:10 Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.

    Lisman, jadi bukan aku lo yg ngomong, ini ayat2 dari alkitab.
    Semoga kamu mau memikirkannya.






    BalasHapus

  15. dan ini dari Paulus, yang menurut kamu mengajarkan bahwa kasih karunia itu blanket cover yang satu kali diberikan berlaku selamanya apa pun yang kita perbuat. Ini, Paulus berkata apa?
    Rom 2:5-13
    2:5 Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
    2:6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
    2:7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,
    2:8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
    2:9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
    2:10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
    2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.
    2:12 Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.
    2:13 Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.

    BalasHapus
  16. Kamu menyinggung ttg Abraham yg dibenarkan karena iman, betul, tapi bukan itu saja. Coba kita baca Yakobus 2:20-24
    2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
    2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
    2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
    2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."
    2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

    Jadi, Lisman, konsep yg mengatakan asal punya iman, sudah selamat, biarpun berbuat dosa tidak apa. Itu adalah konsep yg menjerumuskan. Semoga kamu ga terjerumus, sb klo kamu terjerumus, yang paling senang adalah Setan.

    Bacalah semua ayat yang aku kutipkann ini, perlahan-lahan, setiap katanya. Abraham dibenarkan karena perbuatannya juga!
    Dan oleh perbuatanlah, iman itu menjadi sempurna. Iman doang tidak sempurna. Perbuatan kitalah yg membuktikan bahwa iman kita benar.
    Jadi, kalau kita terus menerus melanggar hukum Tuhan, walaupun sudah ada tulisannya bagaimana bunyi hukum Tuhan, maka itu berarti perbuatan kita tidak sesuai dengan iman kita.

    Selamat hari sabat. Tuhan memberkatimu.

    BalasHapus
  17. Jadi kita setuju berdasarkan Roma bhw melakukan hukum taurat tidak menyelamatkan krn keselamatan hanya datang melalui kasih karunia. Dan bilamana orang percaya kembali berbuat dosa, yang dapat memberikan pengampunan hanyalah KASIH KARUNIA melalui darah Yesus bukan dari perbuatannya. Jadi keselamatan itu tetap selama orang percaya bersandar pada pengampunan belas kasihan Tuhan bukan pada perbuatannya. Kesimpulannya orang percaya tidak dan sekali lagi tidak mengandalkan perbuatannya untuk selamat.

    Walaupun hukum Taurat itu benar tapi tidak bisa membenarkan, walaupun kudus tapi tidak bisa menguduskan.. bahkan dalam 1Kor 15:56 ditulis .. kuasa dosa ialah hukum Taurat, saya tulis dalam huruf besar "KUASA DOSA IALAH HUKUM TAURAT".

    Dan dalam Galatia, Rasul Paulus tidak hanya berbicara ttg sunat tetapi hukum Taurat secara keseluruhan.
    Gal 2:15 : "..Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat."
    Gal 2:21 : "Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh Hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus."
    Gal 3:10 : Tertulis bahwa yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk
    Gal 3:11 : Tertulis bahwa TIDAK ADA orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat. Jadi tidak ada hubungannya keselamatan dengan perbuatan.
    Gal 3:12 : Kita diselamatkan karna iman, dan dasar hukum Taurat bukanlah iman
    Gal 3:24 : Tertulis Hukum Taurat hanya sebagai penuntun
    Gal 4:1-11 : Dibawah hukum Taurat kita adalah hamba, setelah ditebus oleh Kristus kita menjadi anak.

    Gal 4:21-31 : Dalam kiasan Hagar dan Sara, Rasul Paulus menyatakan bahwa kita-kita adalah anak-anak perjanjian, sedangkan yang masih dibawah hukum Taurat adalah anak-anak perhambaan. Selama kita mengandalkan perbuatan / kekuatan kita sama seperti Ismail adalah hasil dari usaha Abraham sendiri utk mendapatkan anak yang tidak berkenan kepada Allah, karena oleh Allah diberikannya Ishak kepada Abraham dan Sara di umur dimana mereka tidak bisa lagi mengandalkan kekuatan mereka sendiri.


    Apakah 10 hukum Taurat masih berlaku bagi kita? Ya tetapi bukan untuk yang melakukannya akan selamat. Dan kita didalam perjanjian baru akan dituntun langsung oleh Roh Kudus yang ada didalam kita untuk melakukan kehendak-kehendak Bapa bukan agar kita selamat dan menjadi anak Tuhan tetapi kita melakukannya karna kita sudah selamat dan sebagai anak Tuhan.

    Apakah sebagai orang tua, bila anak kita berbuat salah maka kita akan masukin dia ke dalam penjara.. tentu tidak. Apa akan kita turunkan statusnya sebagai budak .. tidak mungkin. Jadi bagaimana mungkin kalau kita saja tidak apalagi Bapa kita di surga.

    BalasHapus
  18. Berbicara tentang iman dan perbuatan. Saya setuju bahwa iman bisa ditunjukkan dengan perbuatan,, tetapi ditunjukkan kepada siapa. Apakah Allah memberikan nama Abraham, Bapa orang beriman setelah Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak, anaknya. Tidak, tapi sebelum itu.

    Bahkan setelah Tuhan memberikan janji keturunan yang banyak seperti bintang di langit kepada Abraham, dan Abraham percaya. Bukankah Abraham masih ragu dan akhirnya mengikuti saran dari Sarah untuk mendapatkan anak lewat budaknya Hagar. Dan lahirlah Ismail yang sampai sekarang keturunan keduanya yaitu keturunan Ismail dan keturunan Ishak terus berselisih tanpa kesudahan sampai hari ini. Bukankah Abraham sempat tertawa dan berharap Allah memilih Ismail sebagai anak perjanjian.

    Coba kita lihat apakah perbuatan Abraham selalu benar, 2 kali Abraham tidak mengakui Sara sebagai istrinya. Bukan sekali saja ia berbohong.. di kali pertama ia berbohong kepada Firaun Mesir, tetapi apa yang terjadi.. Tuhan tidak menghukum Abraham malah Firaun yang akan dihukum. Sedangkan Abraham? Ia mendapatkan kambing, domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta.

    Apakah kemudian Abraham bertobat dan mengandalkan Tuhan untuk peristiwa selanjutnya? Dalam Kejadian 20 : Saat Abraham berangkat ke Gerar, kembali ia berbohong kepada Abimelekh, raja Gerar dan kembali Allah akan menghukum Abimelekh dan memberikan peringatan kepadanya didalam mimpi. Dan apa yang terjadi pada Abraham. Dihukum? Tidak malah dapat lagi kambing, domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan.

    Kenapa ini bisa terjadi? Karna Abraham dibawah kasih karunia oleh karna iman dan bukan mengandalkan perbuatannya.


    BalasHapus
  19. Saya posting hanya untuk sharing dan comment aja :)

    Saya paham kalo banyak sodara-sodara kristiani yang merasa keselamatan itu harus diimbangi dengan Hukum. Tetapi yang terjadi banyak dari kita yang bersuka cita saat pertamakali mendengarkan kabar baik dan menerima Yesus sebagai Juru Selamat kemudian setelah selamat dituntut dalam perbuatannya sempurna kalo tidak keselamatan hilang. Dulu terbeban dan hidupnya terikat karna dosa, sekarang hidupnya terbeban karena legalisme.

    Seperti yang dikatakan pendeta Tullian Tchividjian (cucu Billy Graham), bahwa kasih Tuhan itu SATU ARAH. Alkitab itu berisi tentang KASIH SATU ARAH, tentang para pahlawan - pahlawan iman yang jatuh, gagal, memalukan, menyedihkan dalam kehidupannya tetapi oleh kasih karunia yang cuma-cuma mereka diubahkan menjadi pemenang. Semua kemuliaan itu untuk Tuhan, karena Dia yang berbuat segalanya .. dan kita, kita tidak perlu berbuat apa-apa cukup mengangkat tangan dan menerima. GBU

    BalasHapus
  20. Abraham jatuh bangun, Daud juga jatuh bangun, tidak ada manusia yg tidak jatuh bangun, kan Tuhan sudah berkata: 1:9 "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yoh 1:9).
    Tapi masalahnya adalah, minta ampun itu harus disertai penyesalan dan pertobatan baru diampuni. Klo cuma di bibir aja, tidak diampuni. Dan klo tidak bertobat, tapi sengaja terus menerus melakukan dosa yang sama, itu menurut Paulus sendiri tidak ada pengampunan. Ibrani "10:26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
    10:27 Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka."

    Jadi jangan menganggap murah kasih Tuhan. Yesus sendiri mengatakan, yang tidak lahir kembali tidak melihat kerajaan Allah. Apa itu lahir kembali? Artinya orang lama mati, dan yang hidup adalah Kristus dalam kita. Klo kita tetap sama tidak berubah, kita tidak lahir kembali, berarti tidak melihat kerajaan Allah.
    Klo kamu baca Wahyu, seluruhnya adalah "Barangsiapa menang" maka kepadanya akan diberikan macam2 oleh Tuhan, tapi HARUS MENANG. Artinya menang atas dosa.
    Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
    Tuhan menuntut kita berbuah. Klo tidak berbuah, dipotonglah kita.

    Justru karena kita sudah diselamatkan oleh kasih karunia, maka kita berterima kasih kepada Tuhan, dan penurutan kepada semua PerintahNya adalah cara kita berterima kasih kepadaNya. Bukannya malah dengan melanggar semua Perintah Tuhan. Jika prinsip ini tidak bisa kamu pahami, ya benar-benar kamu belum mengerti konsep pembenaran oleh iman.
    Iman itu harus hidup. Dan bukti bahwa iman itu hidup adalah lewat perbuatan kita.
    Begitu juga kita harus mengasihi Tuhan. Dan bukti dari kasih kita kepada Tuhan adalah menuruti segala perintahNya. Klo kamu bilang kita tidak usah berbuat apa2, kita tidak usah patuh kepada Tuhan, maka Yoh 14:15 itu omong kosong, padahal yg ngomong Tuhan Yesus sendiri.
    Siapa yang disuruh Yesus menuruti segala perintahNya? Apa Yesus menyuruh diriNya sendiri menuruti segala perintahNya? Ato KITA yg harus menuruti segala perintahNya?
    Bacalah lagi Yakobus, Yohanes, Roma, Ibrani, Galaltia, Efesus.

    Supaya kamu tahu aja, Billy Graham itu seorang Mason tingkat tinggi. Dan Mason itu okultisme. Pelajarilah sendiri. Banyak sekali "orang Kristen" yang Mason, dan mereka ini dengan halus sekali telah mencampurkan ajaran yg salah dalam ajaran Alkitab. Rick Warren dan kelompoknya juga Mason. Karena itu aku tidak mau berurusan dengan mereka semua, buku2nya pun aku tidak mau baca. Untuk apa buang2 waktu membaca ajaran yg tidak murni padahal kita punya pedoman Alkitab. Karena itu hati2 apa yg kamu baca, klo tidak kamu bisa tersesat tanpa terasa.

    BalasHapus
  21. Ada seorang anak kecil yang dihukum oleh ayahnya karena nakal. Ayahnya yang marah menghukum anaknya dengan duduk di kursi nakal di pojok ruangan. Setelah beberapa lama sang ibu datang dan menenangkan si anak. Anak ini kemudian berkata kepada ibunya," aku duduk tapi di dalam hati aku lagi berdiri."

    Ini cuma sekedar cerita untuk bilang bahwa kita tidak akan pernah menurut dan mengasihi Tuhan sungguh - sungguh dengan ditakut-takuti. Karena dalam ketakutan tidak ada kasih, kita mengasihi Tuhan karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Hanya kasih yang akan memberi kekuatan untuk bisa mengasihi.

    Kasih karunia melihat kepada Tuhan sebagai sumber yang menyediakan semua yang dibutuhkan. Hukum Taurat melihat kepada manusia apa yang gagal tanpa membantu sedikitpun.

    Untuk Ibrani 10:26-27, sebaiknya dilihat sesuai konteks yang tepat. Surat itu ditujukan kepada bangsa Israel bukan kepada gereja. Dan bagi bangsa Israel yang sudah mendengar Injil tetapi tetap menolaknya maka tidak akan ada pengampunan lagi.

    Keselamatan kekal itu bukanlah ijin untuk berbuat dosa semaunya. Bagi saya sendiri, walaupun tahu bahwa seluruh dosa-dosa saya sudah diampuni tidak berarti saya akan pergi ke bank dan kemudian merampok uang disana. Kenapa tidak? Pertama ya saya ngga mau masuk penjara :) dan kedua saya tidak mau mencari uang dengan menjadi perampok. Saya bisa mencari uang dengan cara yang lebih baik kenapa harus merampok.
    Dan saya yakin hampir seluruh anak-anak Tuhan walaupun tahu diampuni semua dosa-dosanya tidak akan hidup dalam dosa. Selain konsekuensi natural dari keluarga, teman-teman, lingkungan dan hukum-hukum negara.. mereka akan cenderung untuk memilih hal-hal yang bernilai untuk dilakukan.

    Billy Graham setahu saya berbeda pandangan dengan cucunya Tullian Tchividjian tentang kasih karunia, karena dalam bukunya "Kasih Satu Arah" Tullian baru-baru saja berubah dari hidupnya yang kacau balau setelah memahami arti Injil Kasih Karunia dengan benar. GBU

    BalasHapus