Bagian pertama:
Semua ayat yang dicantumkan di seri ini adalah terjemahan dari King
James Version atau New King James Version,
dan bukan terjemahan LAI, karena terjemahan KJV itu yang paling mendekati salinan
naskah aslinya dari Textus Receptus dan juga mudah dilacak kata-katanya di
Strong’s Dictionary.
Pertanyaan yang sering berada di belakang benak kita adalah apakah Hukum-hukum Tuhan masih berlaku dan mengikat setelah kematian dan kebangkitan Yesus dua ribuan tahun yang lalu?
Pertama,
kita bahas dulu, apakah yang dimaksud dengan Hukum Tuhan itu.
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan
menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya
itu.
Kejadian 2:16-17
16 Dan TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia laki-laki itu, ‘Dari
semua pohon dalam taman
ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati.
Jadi,
sejak awal, di dalam Taman Firdaus, selagi Adam masih belum mengenal dosa,
Tuhan sudah memperkenalkan dua HukumNya kepada Adam.
1. Hukum yang pertama adalah bahwa hari yang ketujuh harus
dipelihara kekudusannya, karena itu adalah Sabat
(perhentian) Allah.
2. dan Hukum yang kedua adalah jangan makan buah dari pohon
terlarang.
Hidup di dalam Taman Firdaus itu ada peraturannya. Makna apa yang kita peroleh dari hal ini? Yaitu bahwa segala sesuatu supaya tetap bagus, tetap baik, HARUS ADA PERATURAN/HUKUM YANG MENGATURNYA. Kalau tidak ada Hukum, maka semuanya akan menjadi kacau. Karena itu, walaupun di dalam Taman Firdaus di mana semuanya indah, semuanya baik, dan belum ada dosa, tetap diperlukan adanya peraturan/Hukum.
Siapa yang membuat peraturan/Hukum?
Tentu saja Allah, Dia yang selalu benar. Hanya Yang mutlak selalu
benar yang bisa menetapkan mana yang benar mana yang tidak benar. Jadi sejak semula, bukan manusia yang menentukan mana yang benar mana yang
tidak, melainkan Allah. Jadi semua manusia yang menganut faham Postmodernisme,
bahwa baik dan buruk itu relatif sesuai pendapat masing-masing orang, bahwa apa
yang benar menurut aku boleh saja dianggap tidak benar oleh kamu, dan kedua
pendapat itu sama-sama benar, itu jelas bukan konsep yang diajarkan Tuhan. Itu
konsep yang ditanamkan musuh Tuhan, supaya manusia tersesat oleh pemikirannya
sendiri.
Kebenaran itu mutlak dan hanya satu. Tidak ada dua konsep yang
berbeda, atau bahkan lebih, lalu semuanya disebut sama-sama benar. Itu
pembodohan. Tapi di zaman Eden, Hawa sudah menganut faham Postmodernisme ini.
Kebenaran yang ditetapkan Tuhan tidak dipercayainya, karena dia (Hawa) punya
konsep kebenaran sendiri. Tuhan berkata makan buah terlarang akan mati. Hawa punya
pendapat sendiri oh, tidak akan mati. Jadi, kita harus sadar, setiap kali kita meragukan kebenaran Tuhan, dan kita berbuat yang
bertolakbelakang dengan kebenaran Tuhan, kita sudah dikuasai faham
Postmodernisme ciptaan Setan.
Mazmur 89:14
Keadilan
dan
Hukum adalah dasar (tumpuan) takhta-Mu, rahmat dan kebenaran mendahului di depan wajahMu
Kita mungkin tidak pernah berpikir, betapa abadinya Hukum Tuhan, bahkan itu adalah “tumpuan/dasar/fondasi takhtaNya”. Jadi sebelum ada dunia ini, Hukum Tuhan sudah ada! Artinya, tanpa Hukum Tuhan, takhtaNya bisa terguling, bukan? Jadi berarti Hukum Tuhan itu sudah ada sejak kekekalan, sama kekalnya dengan Tuhan sendiri. Sebegitu pentingnya fungsi Hukum Tuhan!
16 Dan TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia laki-laki itu, ‘Dari
semua pohon dalam taman
ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17tetapi pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau
memakannya, pastilah engkau mati.’
Sejak dari awal, Tuhan sudah dengan jelas memberitahukan,
apa konsekuensi bagi yang melanggar Hukum Tuhan: M A T I ! Tidak perduli apa pun jenis pelanggarannya,
apa dinilai manusiai itu
pelanggaran besar (mis. membunuh orang) atau hanya pelanggaran kecil (mis.
mencuri makan buah terlarang), bagi
Tuhan semua pelanggaran HukumNya itu sama konsekuensinya, yaitu hukumannya sama, yaitu M A T I !
Ini dijelaskan oleh Paulus dengan mudah, yaitu:
Rom 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut...”
Jadi, Hukum Tuhan itu baku, tidak bisa ditawar, tidak bisa dibatalkan, bukan sekadar main-main. Konsekuensi melanggar Hukum Tuhan adalah MATI!
1 Yohanes 3:4
Siapa yang berbuat dosa, juga melanggar Hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran Hukum Allah.
Melanggar Hukum Allah = dosa
Upah dosa = maut
Cocok dengan peringatan yang diberikan Tuhan kepada Adam yang tertulis di Kejadian 2:16.
Tidak dibedakan dosa apa yang upahnya maut dan dosa apa
yang upahnya bukan maut. Jadi kesimpulannya: SEMUA DOSA, SEMUA
PELANGGARAN HUKUM ALLAH ITU UPAHNYA MAUT.
Tetapi Hukum Tuhan yang adalah tumpuan takhtaNya [Mazmur 89:14] itu tidak bisa dihapus! Walaupun Tuhan itu sangat mencintai Adam [yang diciptakan sendiri oleh Tuhan secara unik, sesuai gambar Allah, dan yang punya hubungan begitu dekat dengan Tuhan dia bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan], tapi tetap tidak ada dispensasi untuknya. Adam tetap dinyatakan berdosa karena melanggar Hukum. Akibatnya dia kehilangan status kekekalannya, dia harus MATI, sesuai Hukum yang ditegakkan Tuhan. Memang dia tidak langsung jatuh mati saat itu, tetapi dia tidak lagi immortal, proses kematian mulai terjadi. Dan bukan hanya Adam yang harus mati, tapi bumi pun menjadi terkutuk karenanya, semua yang ada di bumi juga harus mati.
Mengapa dikatakan proses kematian mulai terjadi? Karena
Adam sudah tidak bisa mengakses lagi Pohon Kehidupan yang ada di taman Eden.
Tuhan mengadakan pohon tersebut supaya semua yang makan dari pohon itu,
tubuhnya tidak mengalami kerusakan, dan tidak mengalami kematian. Tetapi,
setelah Adam berdosa, apa kata Tuhan?
Kejadian 3:22-24
22 Dan berfirmanlah TUHAN Allah, ‘Lihat, manusia itu telah
menjadi bagaikan satu dari Kita, tahu tentang baik dan
jahat; maka sekarang,
jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan
mengambil pula buah dari pohon kehidupan itu dan memakannya, dan hidup selamanya; 23 maka TUHAN Allah mengusir dia dari
taman Eden,
dari tanah yang diusahakannya dari mana tadinya ia diambil. 24 Jadi Dia menghalau
manusia itu, dan Dia
menempatkan di sebelah timur taman Eden kerub-kerub, dan pedang yang menyala-nyala yang
berputar ke segela arah, untuk menjaga akses
ke pohon kehidupan itu.
Tuhan tidak ingin
manusia hidup selamanya dalam dosa, karena itu demi kasihNya kepada manusialah,
Dia menghentikan status immortalnya.
Jadi, pada saat Adam melanggar Perintah Tuhan, dia telah “membunuh diri”nya sendiri, walaupun
proses kerusakan itu masih butuh waktu 930 tahun sampai akhirnya tubuh yang
diciptakan Tuhan dengan begitu sempurna itu, berhenti berfungsi.
Dan bukan hanya tubuhnya yang akan mati, tetapi dia juga akan mengalami kematian kekal kelak (yang di Wahyu disebut sebagai “kematian yang kedua”), kecuali hukuman mati atas dosanya itu ditebus oleh Sang Juruselamat.
Kematian Yesus di kayu salib membuktikan bahwa Hukum Tuhan tidak
bisa dibatalkan atau dihapus. Harus ada yang membayar
harga dosa itu!
Ibrani 13:8
Yesus Kristus tetap
sama, kemarin dan hari ini dan
selamanya.
Kalau Yang membuat Hukum itu sendiri tidak pernah berubah, maka Hukum yang dibuat olehNya itu pun sifatnya sama dengan Dia.
1 Petrus 1:25
tetapi
Firman
Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Dan
dengan Firman inilah Injil disampaikan kepada kamu.
Mazmur 148:6
Dia menempatkan mereka di tempatnya untuk selama-lamanya,
Dia memberi sebuah perintah
yang tidak akan berlalu.
Pengkhotbah 3:14-15
14 Aku tahu bahwa apa
pun yang dilakukan Allah itu
akan tetap untuk selamanya; tidak
ada yang bisa ditambahkan padanya, maupun ada
yang diambil darinya; dan Allah berbuat itu supaya manusia takut akan Dia. 15 Yang
sekarang ada sudah pernah ada, dan yang akan
ada sudah ada; dan Allah mencari dari yang
lampau.
Karena
Hukum Tuhan tidak bisa diubah, karena Tuhan tidak memberikan dispensasi atau
keringangan atas ketidakpatuhan manusia kepada HukumNya, maka satu-satunya hal
yang bisa dilakukan Tuhan untuk menyelamatkan manusia dari hukuman pelanggaran HukumNya
[yaitu KEMATIAN], adalah mencarikan seorang
pengganti untuk menanggung akibat dosa/pelanggaran yang dibuat manusia.
2 Korintus 5:21
Karena
Dia (Allah Bapa) telah menjadikan Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa menjadi dosa demi kita, supaya kita boleh dijadikan kebenaran Allah di dalam Dia (Yesus).
Kristus yang tidak punya dosa, sekarang menjadi punya dosa karena Dia memikul/menanggung semua dosa kita. Dan karena Kristus menjadi punya dosa, maka Dia harus mati sebab “upah dosa ialah maut.” Yang seharusnya kita yang mati, tetapi sekarang digantikan oleh Kristus. Dia yang mati untuk kita. Kita dibebaskan dari hukuman dosa! Jangan salah ya, kita bukan dibebaskan dari Hukum Allah, tapi dari hukuman atau konsekuensi pelanggaran terhadap Hukum Allah.
Apakah kematian
Kristus itu berarti membatalkan atau menghapus Hukum Tuhan?
Sama sekali tidak! Justru kematian
Kristus itu membuktikan bahwa
konsekuensi pelanggaran Hukum itu tidak bisa dielakkan. Karena itulah Kristus yang mati
menggantikan kita. Kristus yang
membayarkan kewajiban kita. Kematian Kristus
membuktikan bahwa Hukum Tuhan itu tidak bisa dibatalkan!
Selama ini banyak dari kita yang kurang mengerti istilah “Hukum Tuhan”, apalagi karena Alkitab terjemahan bahasa Indonesia kurang konsisten dalam menerjemahkan kata-kata aslinya. Karena itu kita perlu melihat ke bahasa aslinya supaya kita bisa membedakan.
A. HUKUM TUHAN YANG ABADI
Ini adalah Hukum-hukum
Tuhan yang diberikan kepada SELURUH UMAT MANUSIA, bukan hanya kepada
bangsa Israel.
1. HUKUM SABAT HARI
KETUJUH
Ini adalah Hukum yang pertama yang diberikan Tuhan kepada manusia, yang diciptakan
Tuhan begitu Dia selesai menciptakan langit dan bumi dan semua isinya. Hukum
yang diajarkanNya kepada Adam dan Hawa ketika mereka baru berusia 1 hari. Tuhan
memberi contoh bagaimana manusia (Adam dan Hawa pada
waktu itu) di minggu yang kedua dan ketiga dan seterusnya, harus masuk
perhentian yang telah disediakan Tuhan setiap hari yang ketujuh. Hukum ini diberikan
kepada manusia supaya manusia mengingat bahwa dia adalah makhluk ciptaan Allah,
bahwa hidupnya bergantung seluruhnya kepada Khalik Penciptanya, bahwa dia perlu
mengakui peranan Tuhan dalam kejadiannya, bahwa segala sesuatu yang ada adalah
ciptaan Allah dan sebagai makhluk ciptaan, dan manusia perlu masuk ke perhentian
Allahnya setiap hari ketujuh.
Kejadian 2:1-3
1 Demikianlah langit dan bumi dan segala isinya sudah selesai. 2 Dan pada hari ketujuh Allah telah mengakhiri
pekerjaanNya yang telah dibuatNya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh dari segala
pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3
Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena di hari itu Ia telah berhenti dari
segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu
Jadi Adam dan Hawa harus memelihara hari ketujuh mulai
minggu yang kedua dan seterusnya, setelah mereka bekerja enam hari
maka mereka harus masuk perhentian Allah.
Demi siapa Allah
memberkati dan menguduskan hari yang ketujuh itu?
v Pasti bukan demi
Allah sendiri,
Allah tidak butuh hari yang kudus dan diberkati karena Allah
sendiri adalah sumber berkat dan sumber kekudusan.
v Pasti juga bukan
demi hari itu sendiri,
sebab hari itu tidak punya nyawa, tidak tahu apa-apa, diberkati
atau dikuduskan juga dia tidak tahu apa-apa.
v Hanya manusia yang bisa menikmati pemberkatan dan pengudusan hari
itu.
Pada waktu itu manusia yang ada hanya
Adam dan Hawa. Jadi, semua manusia yang akan lahir
dari Adam dan Hawa, pada waktu itu ikut mendapat perintah dan manfaat dari perintah
ini, karena benih semua manusia pada waktu itu ada dalam tubuh Adam
dan Hawa. Jadi bukan hanya orang Yahudi tapi semua
manusia yang adalah keturunan Adam dan Hawa.
Karena itu Tuhan pernah mengatakan dengan sangat jelas mengenai hal ini:
Markus 2:27
Dan Yesus berkata kepada mereka, ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat…’
Jadi, Sabat hari yang ketujuh diciptakan Tuhan untuk manusia! Semua manusia. Maka, jika manusia tidak memelihara kekudusan hari yang ketujuh, siapa yang rugi? Ya manusia yang rugi, karena tidak bisa menikmati berkat-berkat hari ketujuh yang sudah diberikan Tuhan. Pembahasan tentang Sabat Hari Ketujuh ada sendiri.
Banyak manusia menganggap pernyataan Tuhan itu tidak berpengaruh, karena setiap hari yang ketujuh, mereka toh tetap merasa gembira walaupun tidak memelihara kekudusannya, tidak masuk perhentian Allah. Tetapi Tuhan di sini tidak bicara hanya mengenai berkat lahiriah, melainkan lebih kepada berkat-berkat batiniah. Hanya mereka yang ikut memelihara kekudusan hari yang ketujuh, yang masuk ke dalam perhentian Tuhan, yang bisa memiliki hubungan rohani yang lebih dekat dengan Tuhan, karena mereka menghormati autoritas Tuhan sebagai PenciptaNya.
Perintah untuk memelihara kekudusan hari yang ketujuh ini, oleh Tuhan kemudian dimasukkan ke dalam 10 Hukum yang ditulisNya dengan jariNya sendiri, pada urutan ke-4 dan diberikan kepada orang Israel ketika mereka keluar dari Mesir. Mengapa hanya diberikan kepada orang Israel? Karena pada waktu itu bangsa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Dan merekalah yang berkewajiban mengenalkan Hukum Allah kepada bangsa-bangsa lain di sekitar mereka.
2. 10 HUKUM/10 PERINTAH [the TEN
COMMANDMENTS]
Sebelum Adam jatuh dalam dosa, Tuhan tidak perlu memberinya terlalu banyak peraturan karena semuanya indah, semuanya baik, manusia tidak mengenal apa itu iri hati, apa itu dusta, apa itu membunuh, dll. Alkitab hanya mencatat dua peraturan yang diberikan Tuhan kepada Adam:
1.
Masuk perhentian Allah (melihara kekudusan) pada hari yang ketujuh
2.
Jangan makan buah pohon terlarang.
Tetapi begitu Adam melanggar Perintah Tuhan dengan memakan buah terlarang itu, langsung dosa yang lain mengikuti. Dia yang tadinya begitu mencintai Hawa [“tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” – Kejadian 2:23] sekarang malah menuduh Hawa sebagai penyebab kejatuhannya. Apakah di hati Adam mulai tumbuh rasa benci kepada Hawa yang menyebabkannya berbuat dosa? Apakah dia berharap bisa selamat dari perbuatan dosanya dengan menimpakan tanggung jawab atas kesalahannya kepada Hawa? Jadi, begitu masuk dosa yang pertama, maka dosa-dosa yang lain mudah mengikutinya. Dosa yang satu akan melahirkan dosa yang lain sampai akhirnya manusia itu tertimbun di bawah gunung dosanya sendiri. Maka Tuhan pun memperkenalkan peraturan-peraturanNya yang lain.
Sesungguhnya sebelum Tuhan menyerahkan kedua loh batu di mana tertulis 10 HukumNya kepada Musa, manusia sudah mengetahui tentang apa yang diperkenan dan tidak diperkenan oleh Tuhan, hanya saja, waktu itu, Hukum Tuhan diajarkan secara turun-temurun dari bapak ke anak secara verbal.
Kita lihat saja, Kain dan Habel, anak-anak Adam yang pertama, sudah mengetahui bahwa mereka harus menyembah Tuhan dengan membawa kurban persembahan. Juga Kain tahu bahwa membunuh itu salah, karena itu ketika Tuhan bertanya di mana adiknya, Kain berbohong, tidak berani mengakui bahwa dia telah membunuh adiknya. Jadi sebelum 10 Hukum itu ditulis, manusia sudah tahu perbuatan mana yang benar dan mana yang salah menurut Tuhan.
Mengapa kemudian Hukum-hukum itu ditulis oleh Tuhan?
Karena jumlah manusia bertambah banyak dan moral semakin merosot, manusia sudah banyak melupakan Hukum-hukum Tuhan ini, sehingga Tuhan merasa perlu memberikan kepada mereka Hukum-hukumNya yang abadi dalam bentuk tertulis, supaya jangan ada penyimpangan dalam mengajarkannya.
Memang benar Tuhan menulis pada dua loh batu itu dan memberikannya kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel, tetapi Hukum-hukumNya ini bukan hanya bagi bangsa Israel, melainkan bagi semua manusia karena Hukum-hukumNya itu bersifat universal.
Supaya tidak keliru, kita lihat kata yang asli yang dipakai untuk menyebut 10 Hukum ini:
v Di Perjanjian Lama,
10 Firman Tuhan ini kata Ibraninya adalah: דּבר
[dâbâr - daw-bawr'], ini kita jumpai misalnya di:
Ulangan 4:13
Maka Ia memberitahukan
kepadamu perjanjianNya, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Perintahדּבר [dâbâr- daw-bawr'] itu dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.
Di sini jelas
diterjemahkan Kesepuluh Perintah sehingga tidak mungkin terjadi salah
pemahaman.
v Di Perjanjian Baru, 10 Perintah Tuhan kata Greekanya adalah: ἐντολή [entolē - en-tol-ay'], dan ini kita jumpai misalnya di:
Markus 7:8
Dengan
mengesampingkan Perintah ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] Allah kamu berpegang pada adat istiadat manusia....
Yang diterjemahkan
“perintah” di Markus 7:8 di atas ini adalah Kesepuluh Perintah
karena di tulisan aslinya dipakai kata ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] jadi bukan sembarang “perintah”, tapi yang dimaksudkan oleh Yesus di
kalimatNya ini adalah Kesepuluh Perintah yang ditulis jari Tuhan di dua loh
batu.
Kita tahu bahwa kedua loh batu yang berisi 10 Hukum (10 Perintah) ini disimpan di dalam Tabut
Perjanjian (Tabernakel), karena sangat sakral.
Kita lihat tulisan Paulus tentang tempat penyimpanan kedua loh batu ini.
Ibrani 9:4
di
mana ada pedupaan emas. Dan Tabut Perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalamnya ada buli-buli emas berisi
manna, dan tongkat Harun yang pernah
bertunas, dan Loh-Loh batu Perjanjian.
Satu-satunya Hukum yang
disimpan di dalam Tabut Perjanjian itu HANYA
KESEPULUH PERINTAH ALLAH, yang ditulis jari Allah sendiri di atas dua loh batu.
3. HUKUM MAKANAN
HARAM-HALAL
Pada waktu Adam masih di
taman Eden, Tuhan tidak menurunkan Hukum ini karena pada waktu itu tidak perlu,
tidak ada yang makan daging di sana, bahkan binatang pun tidak ada yang carnivorus. Makanan Adam
adalah buah-buahan dan biji-bijian. Lihat Kejadian 1:29. Tetapi dengan masuknya
dosa dan seiring berjalannya waktu, manusia menjadi pemakan segala. Maka Tuhan
pun memberikan peraturan tentang binatang mana yang boleh dimakan dan mana yang
tidak.
Pemisahan antara hewan
yang “bersih” [halal dimakan] dengan yang “tidak bersih” [haram dimakan] sudah
diperkenalkan Tuhan kepada manusia sebelum air bah di zaman Nuh, karena Nuh disuruh
membawa 7 pasang dari hewan yang “bersih” dan hanya 1 pasang dari hewan yang
“tidak bersih” ke dalam bahteranya. Yang 1 pasang untuk melanjutkan spesiesnya,
sedangkan yang 6 pasang lainnya boleh untuk kurban bagi Tuhan dan juga dimakan
oleh manusia.
Untuk siapa Tuhan
menciptakan Hukum ini?
Untuk manusia! Waktu itu belum ada bangsa Israel. Nuh adalah keturunan
Adam yang ke-10.
Jadi, Hukum makanan
haram-halal ini bukan baru diperkenalkan ketika bangsa Israel keluar dari
Mesir, melainkan ribuan tahun sebelum itu. Mereka yang mengatakan Hukum
makanan haram-halal ini hanya berlaku bagi bangsa Israel, sudah salah paham. Hukum ini dicatat kembali oleh Musa pada waktu
bangsa Israel meninggalkan Mesir, namun ini bukan Hukum baru, melainkan Hukum
yang sudah ada ribuan tahun sebelumnya (zaman Musa membawa bangsa Israel
keluar dari Mesir itu sekitar 1450 BC), hanya baru ditulis pada waktu orang Israel keluar dari Mesir.
Tentang makanan
haram-halal ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
B. HUKUM YANG KHUSUS BAGI BANGSA ISRAEL
Ini adalah Hukum-hukum yang diterima Musa dari Tuhan, dan yang diperuntukkan bagi bangsa Israel. Hukum-hukum ini ditulis oleh tangan manusia, tidak ditulis oleh jari Tuhan. Hukum-hukum ini ditulis di atas gulungan kulit dan kemudian disalin di papyrus dan diletakkan di samping Tabut Perjanjian, yang sering disebut Taurat Musa atau “the book of covenant”.
v Di Perjanjian Lama,
Hukum-hukum yang ditulis oleh Musa ini bahasa Ibraninya adalah: תּרה תּורה [tôrâh - to-raw'] dan ini kita jumpai misalnya di:
Keluaran 13:9
Dan
itu
harus menjadi tanda bagimu, pada tanganmu, dan menjadi pengingat di antara matamu, supaya Taurat תּרה תּורה [tôrâh - to-raw'] TUHAN
boleh berada di mulutmu; sebab dengan tangan yang kuat TUHAN telah membawa engkau
keluar dari Mesir.
Kata yang diterjemahkan “Taurat Tuhan” di sini tidak
mengacu kepada Kesepuluh Hukum Tuhan, melainkan kepada Hukum-hukum yang ditulis
Musa, karena huruf Ibraninya adalah תּרה תּורה [tôrâh - to-raw']
1 Tawarikh 16:40
untuk
mempersembahkan kurban bakaran kepada TUHAN di atas mezbah kurban
bakaran terus menerus, pagi dan petang, dan untuk berbuat menurut semua yang tertulis
dalam Taurat רה תּורה [tôrâh - to-raw']
TUHAN yang Dia perintahkan kepada bangsa
Israel.
Kata yang diterjemahkan
“taurat” di sini juga mengacu kepada Hukum-hukum yang ditulis oleh Musa, karena
tulisan aslinya adalah תּרה תּורה [tôrâh - to-raw'] dan jelas bukan Kesepuluh Perintah Tuhan.
v Di Perjanjian Baru
Hukum-hukum Musa ini bahasa Greekanya adalah:
νόμος [nomos - nom'-os], dan ini bisa kita jumpai misalnya di:
Galatia 2:21
Aku tidak menolak
kasih karunia Allah. Sebab seandainya kebenaran diperoleh dari Taurat νόμος [nomos - nom'-os],
maka Kristus mati sia-sia.
Kata yang diterjemahkan “Taurat” di Galatia 2:21 ini, mengacu kepada Hukum-hukum
yang ditulis oleh Musa, karena tulisan aslinya adalah νόμος [ nomos - nom'-os], jadi yang dimaksud bukanlah
Kesepuluh Hukum Tuhan.
Kitab Hukum yang ditulis Musa ini diletakkan di samping Tabut
Perjanjian, bukan di dalamnya. Ini saja sudah menandakan bahwa kelasnya beda dengan KESEPULUH
FIRMAN ALLAH.
Ulangan 31:26
Ambillah kitab Taurat
ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya itu boleh berada di sana sebagai saksi
terhadap engkau.
Jadi sekarang kita bisa
membedakan antara Kesepuluh Perintah Tuhan yang ditulis Tuhan sendiri di dua loh batu yang bersifat universal bagi semua manusia, dengan Hukum-hukum/peraturan-peraturan lainnya yang
diberikan Tuhan kepada Musa untuk disampaikan kepada orang Israel.
1.
Bukan Hukum Tuhan
Matius 5:17-18
17 Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan kitab Hukum (tulisan-tulisan Musa) atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena sesungguhnya Aku berkata kepadamu: ‘Sampai lenyap langit dan bumi
satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sampai semuanya digenapi.
Kata yang diterjemahkan “kitab Hukum” di sini, tulisan
aslinya adalah νόμος [nomos - nom'-os] jadi ini adalah hukum-hukum yang ditulis oleh Musa
untuk bangsa Israel. Apa isinya
hukum-hukum yang ditulis Musa? Hukum-hukum tentang upcara Bait Suci dan
perayaan-perayaannya. Semua itu melambangkan pekerjaan penebusan Kristus. Dan
Yesus berkata bahwa “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.” Yesus datang untuk
menjadi Domba Kurban yang sejati, untuk menggenapi lambang-lambang pekerjaan
penebusan yang ditulis oleh Musa di bawah ilham dari Tuhan. “Digenapi” bukan
dihapus, tapi dilaksanakan, dieksekusi. Tetapi setelah digenapi, setelah Yesus
mati sebagai Domba Allah yang dikurbankan, maka semua hukum yang ditulis Musa
tentang segala upacara Bait Suci dan perayaan-perayaannya, itu selesai (bukan
dihapus), karena sudah digenapi. Tentang ini ada pembahasannya sendiri.
Yesaya
42:21
TUHAN sangat berkenan demi kebenaranNya; Dia akan memperbesar Hukum, dan membuatnya dimuliakan.
Kata yang
diterjemahkan “Hukum”[“the law”] di Yesaya 42:21 ini juga berasal
dari kata תּרה תּורה [tôrâh - to-raw'] jadi yang dimaksud di sini adalah TAURAT MUSA.
MAKA JELASLAH TIDAK ADA TAURAT YANG DIHAPUS, tetapi khusus semua Hukum mengenai
upacara kurban dan hari-hari raya, DIGENAPI oleh Yesus ketika Dia
mati di salib sebagai Kurban yang Sejati.
“Digenapi” artinya sudah dipenuhi,
tidak usah dilanjutkan lagi pelaksanaannya. Jadi Yesus datang
bukan untuk menghapus Hukum yang telah dibuatNya, melainkan Dia justru
memperjelas, membuat lebih nyata, memperbesar maknanya, supaya Hukum Allah yang
banyak sudah diselewengkan oleh orang-orang Yahudi (orang-orang Farisi dll.) menjadi
lebih jelas.
Bagaimana dengan Hukum Allah yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan,
seperti KESEPULUH PERINTAH ALLAH dan Hukum Kesehatan (makanan)? Nah,
karena ini bukan bagian dari pekerjaan penebusan Kristus, maka ini tidak pernah
digenapi di salib, oleh karena itu Hukum ini tetap berlaku.
2.
Bukan hukuman/penalti pelanggaran terhadap
Hukum Tuhan
Hukuman/konsekuensi atas pelanggaran Hukum tetap ada, karena setelah Yesus
kembali ke Surga, Paulus masih menulis kepada orang-orang di Roma demikian:
Roma 6:23
“Sebab upah dosa ialah maut…”
Berarti, setelah Yesus
disalibkan dan bangkit dan kembali ke Surga pun, upah dosa tetap masih maut! Tidak ada perubahan.
Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa setelah kebangkitan Kristus “berbuat dosa tidak ada hukumannya lagi”.
Lalu apa yang dihapus oleh kematian Kristus?
Kolose 2:14
dengan menghapuskan semua surat utang yang mendakwa kita, yang mengancam kita, dan itu telah disingkirkanNya dengan memakukannya pada kayu salibNya.
Di sini Paulus dengan jelas menulis apa yang dipakukan pada kayu
salib, yaitu SURAT UTANG, BUKAN HUKUMNYA!
Surat utang apa? Kita lihat dulu dari mana surat utang ini
berasal.
Ketika Adam berbuat dosa, Allah menjanjikan seorang Juruselamat. Lihat Kejadian
3:15. Juruselamat atau Penebus ini yang nanti akan menggantikan manusia berdosa
menjalani hukuman kematian kekalnya, supaya manusia tidak usah mati kekal
sendiri. Untuk melambangkan peran Penebus ini, di taman Firdaus Allah
menyembelih domba yang pertama, domba yang tidak berdosa itu mati menggantikan
Adam, kulitnya dijadikan pakaian Adam, melambangkan kebenaran Kristus yang
dikenakan padanya, dan darahnya yang tercurah adalah lambang darah Sang Penebus
yang akan datang untuk menebus Adam dan keturunannya, karena dosa hanya bisa
dibayar oleh darah.
Ibrani 9:22
…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan dosa.
Maka sejak saat itu Allah mengajarkan setiap
kali manusia berbuat dosa, dia harus mengurbankan seekor hewan yang halal
sebagai lambang kematian Kristus kelak. Jadi sepanjang zaman Perjanjian Lama
hingga kematian Yesus di salib, orang Yahudi yang telah berbuat dosa, pergi ke
Bait Allah (di zaman Musa itu kemah suci), membawa hewan kurban, menyerahkannya
kepada imam, dan dia meletakkan tangannya di atas kepala hewan itu secara
simbolis memindahkan dosanya kepada hewan itu, kemudian menyembelihnya. Oleh
imam, darah hewan itu yang melambangkan dosanya, dibawa masuk ke Bait Allah, artinya
sudah dipindahkan ke Bait Suci untuk ditanggung Kristus kelak, dan orang itu
boleh pulang dengan keyakinan dosanya sudah diangkat dan dia sudah terbebas
dari hukuman dosanya.
Nah, itu disebut surat utang. Mengapa kok surat utang?
Karena orang yang berbuat dosa
itu sudah menerima pengampunannya, tapi sebenarnya dosanya
belum dihapuskan berhubung darah hewan kurban tidak sungguh-sungguh bisa
menghapuskan dosa, itu cuma lambang. Penghapusannya
yang aktual masih menunggu kematian
Kristus nanti, baru darah Domba Allah ini yang sungguh-sungguh bisa menghapus dosa.
Ibrani 10:4
Sebab tidak mungkin darah lembu jantan dan darah
kambing bisa menghapuskan dosa.
Jadi darah hewan kurban itu hanya lambang, bahwa nanti
bila Domba Allah dikurbankan, barulah darahNya sungguh-sungguh bisa
menghapuskan dosa. Sementara Yesus
Kristus belum disalibkan, pengampunan dosa umat manusia masih diutang,
belum dilaksanakan.
Jadi pada waktu Yesus disalibkan, maka tumpukan surat utang dari
zaman Adam, dipakukan semuanya di salib.
Kolose 2:14 ini bicara bahwa kematian Yesus di salib merupakan pelunasan
surat-surat utang yang sudah ditumpuk sejak Adam berdosa. Ini sama sekali tidak bicara tentang penghapusan Hukum Allah! Maka sangat jelas
bahwa surat utang itulah yang dipakukan di salib dan
yang ditiadakan, BUKAN HUKUM ALLAH.
Bagaimana dengan umat Allah Perjanjian Baru? Setelah kematian Yesus di salib, upacara kurban hewan untuk menghapus
dosa sudah tidak valid lagi. Mengapa? Karena upacara tersebut hanya
lambang untuk pekerjaan penebusan Kristus yang belum terjadi. Begitu Kristus
mati sebagai kurban yang sejati, selesailah semua upacara kurban itu karena
yang asli sudah terjadi. Jadi yang lambang sudah digenapi. Inilah bagian Hukum
Taurat yang digenapi oleh Yesus. Dan berakhirnya upacara kurban ini
dilambangkan Allah dengan robeknya tirai Bait Suci dari atas ke bawah saat
Kristus berkata “Sudah selesai” di atas salib.
Mulai saat itu,
orang berdosa hanya perlu datang LANGSUNG KEPADA TUHAN DALAM DOA untuk
minta pengampunan. Bukan datang kepada imam, pendeta, romo, orang-orang
kudus baik yang masih hidup apalagi yang sudah mati. Tidak. Datang langsung
sendiri ke takhta kasih karunia Tuhan minta pengampunan. Hanya Allah yang berhak memberi pengampunan, karena yang
dilanggar adalah Hukum Allah. Jadi segala macam romo, Paus, dan
manusia mana pun tidak punya wewenang menghapus dosa. Darah Kristuslah yang
akan menghapus dosanya. Syaratnya hanyalah,
dosa itu harus diakui, benar-benar disesali, dan ditobati (tidak diulang lagi).
Tidak usah membayar apa-apa, tidak ada penalti apa-apa,
tidak harus menyumbang apa-apa, tidak ada barter apa-apa, tidak harus
mengucapkan sekian puluh kali doa ini-itu, tidak ada debit-kredit dengan Tuhan
memperhitungkan pahala versus dosa. Semua perbuatan manusia sebaik
apa pun tidak bisa menghapuskan dosa. Hanya anugerah Tuhan yang bisa memberi
pengampunan dosa.
Kisah
3:19
Karena itu bertobatlah dan berubahlah, supaya dosamu dihapuskan, saat waktu penyegeran akan datang dari kehadiran Tuhan.
Amsal 28:13
Siapa menyembunyikan dosa-dosanya tidak akan makmur, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan menerima pengampunan
Dengan demikian
dosa yang sudah diampuni, sudah tidak menjadi tanggungan kita lagi. Karena itu konsep api pencucian itu tidak alkitabiah!
Tidak ada di Alkitab, dan tidak pernah diajarkan Tuhan. Hanya ada dua
kemungkinan untuk dosa:
1. Dosa
yang sudah diampuni Tuhan
sudah dihapus oleh darah Kristus, sudah
lepas dari tanggungan kita, kita sudah tidak punya urusan lagi dengannya karena
hukumannya (mati kekal) sudah dibayar Kristus; kita tidak usah membayar apa
pun.
2. Dosa
yang tidak diampuni Tuhan
itu menjadi tanggungan kita sendiri
selama-lamanya, yang harus kita bayar sendiri hukumannya kelak. Dan hukumannya
adalah kematian kekal, tidak bisa ditawar.
Konsep api pencucian
itu tidak alkitabiah karena dosa tidak bisa dihapuskan oleh api purgatori. Seandainya dosa bisa dihapus api purgatori,
maka Kristus tidak perlu lahir di dunia, tidak perlu mati disalib untuk
menghapus dosa. Ya sudah biarkan saja semua manusia masuk purgatori untuk
dibersihkan, kalau sudah bersih bisa ke Surga sendiri, untuk apa Kristus mati
di Golgota? Konsep api purgatori itu merendahkan pengorbanan Kristus di
salib, karena dosa yang
sudah diampuni Kristus, yang hukumannya sudah dibayar Kristus di salib, kenapa
kok orangnya masih harus dibakar di api purgatori? Jadi, sudah diampuni atau
belum? Apa pengampunan Kristus tidak cukup manjur untuk menghapus
semua dosa sehingga masih ada yang perlu dibakar di api pencucian? Ini namanya
menghina pengorbanan Kristus!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar