Oleh karena itu, berdirilah teguh dalam kemerdekaan dengan mana Kristus telah memerdekakan kita, dan jangan terjerat lagi dengan kuk perhambaan.
BETUL. Tapi dimerdekakan
dari apa? BUKAN DARI HUKUM! Dimerdekakan
dari:
1.
Iblis
dan maut
“14 …agar melalui kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas
maut, yaitu Iblis; 15 dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut, seumur hidupnya berada di bawah belenggu. (Ibrani.
2:14-15)
2. dari kewajiban membayar hukuman
dosa kita
sendiri
“…upah
dosa ialah maut…” (Rom
6:23)
Apa ini berarti setelah kematian Kristus, pelanggaran atas Hukum Tuhan
[= dosa] sudah tidak ada hukumannya lagi bagi kita?
TIDAK! Tidak ada ayat yang berkata begitu!
Justru
karena Tuhan itu tidak pernah berubah, dan peraturanNya juga tidak pernah berubah,
maka setiap pelanggaran HukumNya adalah dosa. Setiap dosa harus dibayar dengan
kematian kekal.
Jadi,
ü Hukum Tuhan itu tetap ada.
ü Hukuman atas pelanggaran Hukum
Tuhan [= dosa] pun tetap ada.
ü Kewajiban membayar hukuman itu juga tetap
ada.
Tetapi,
Tuhan mahamurah. Dia masih bersedia
mengampuni kita lagi bila kita minta ampun
padanya dan bertobat dari dosa kita. Inilah yang maksud “berdirilah teguh dalam kemerdekaan
dengan mana Kristus telah memerdekakan kita” [Galatia 5:1]. Semua sudah dibayar oleh Kristus, baik dosa kita yang
lalu, mapun dosa kita yang akan datang. Semuanya sudah ditanggung oleh Kristus
dengan kematianNya satu kali di kayu salib. Kematian Kristus di kayu salib itu
mampu menebus dosa semua manusia mulai dari Adam hingga manusia yang terakhir
nanti. Kita tidak usah bayar apa-apa. Kita merdeka dari
kewajiban membayar dosa kita yang sudah diampuni.
Tetapi Paulus tidak berhenti sampai di sini. Paulus
melanjutkan: “jangan
terjerat lagi dengan kuk perhambaan”. Manusia bisa
terjerat itu karena dirinya sendiri yang mengizinkan dia dijerat. Jika manusia
tidak mau dijerat, ya dia tidak mendekati dosa. Jadi manusia berbuat dosa itu
karena kemauannya sendiri. Kita punya pilihan, mau berbuat dosa atau tidak. Yang mau berbuat dosa lagi,
kemerdekaannya hilang. Dia kembali berada di bawah
kuk perhambaan. Kuk perhambaan apa? Kuk
perhambaan dosa! Dan jangan lupa, upah dosa = Maut.
Jadi,
setelah kita dimerdekakan oleh Kristus dari kewajiban membayar hukuman dosa kita yang lama, SELAMA KITA TIDAK MEMBUAT DOSA
YANG BARU,
kita tetap merdeka. Tapi begitu kita
melanggar Hukum Tuhan lagi = berbuat dosa lagi, maka kita mengumpulkan hukuman baru lagi, dan kita
kembali punya kewajiban membayar hukuman tersebut, kecuali kita bertobat
dan minta ampun kepada Kristus lagi, agar hukuman tersebut ditanggung oleh
Kristus.
Karena
Tuhan mengetahui kelemahan iman kita dan kelemahan daging kita, maka Tuhan sudah
tahu bahwa setelah kita diampuni,
kita tetap bisa berbuat dosa lagi. Karena itu
dikatakan dalam:
1 Yohanes 1:9
Jika kita mengakui dosa kita, Ia setia dan adil untuk mengampuni kita dari segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Amin!
Tapi
lagi-lagi fasilitas kasih karunia dari Tuhan sering disalahgunakan oleh banyak
orang Kristen. Mentang-mentang kita tahu bahwa Tuhan mau mengampuni segala dosa
kita, jadi kita menganggap ringan Hukum Tuhan, melanggar Hukum Tuhan tidak
apa-apalah, toh nanti minta ampun, juga diampuni. Paulus dengan tegas mengatakan dalam:
Roma 6:1-2
1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Akankah kita terus
melakukan dosa supaya boleh ada banyak kasih
karunia? 2 Sekali-kali tidak! Bagaimana mungkin kita yang telah
mati bagi dosa, masih hidup terus di dalamnya?
Ayat ini yang sering
diselewengkan orang Kristen, oh, semakin banyak dosa semakin banyak kasih
karunia! Bikin aja dosa yang banyak. Tapi baca lagi yang benar. Apa kata
Paulus? “Sekali-kali tidak!” Masa kita tidak mengerti kata “tidak” ini? Jangan mau
menipu Allah dengan memanipulasi ayat. Kita sendiri yang rugi loh.
Roma 6:15
Apakah kita akan
berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah
kasih karunia? Sekali-kali tidak!”
Yang
diterjemahkan “hukum Taurat” di sini tulisan aslinya adalah νόμος [nomos - nom'-os], jadi Paulus berbicara mengenai hukum-hukum upacara Bait Suci dan perayaan-perayaan yang ditulis Musa. Kita perlu cermat membaca tulisan Paulus. Paulus berkata, “kita tidak berada
di bawah Hukum Taurat,” itu benar karena Taurat Musa yang
berurusan dengan pengampunan dosa itu sudah berakhir di salib,
tetapi walaupun kita sudah tidak berada di bawah Taurat Musa, karena kita sekarang berada “di bawah kasih karunia” (Kristus yang membayarkan hukuman dosa
kita), lalu apakah “kita akan berbuat dosa”? Paulus berkata: “Sekali-kali tidak!”
Jadi mau diputar balik seperti
apa pun, tidak ada ayat yang mengatakan bahwa manusia boleh
berbuat dosa tanpa konsekuensi setelah Yesus mati di salib. Dosa itu
melanggar Hukum Allah, dan dosa itu upahnya maut atau mati kekal. Dari zaman
Adam hingga kiamat nanti, itu prinsipnya sama.
Roma 3:31
Jika demikian, adakah
kami membatalkan Hukum Taurat karena iman? Jangan sampai! Sebaliknya, kami meneguhkan Hukum.
Kata yang diterjemahkan “Hukum Taurat” di ayat ini berasal dari kata νόμος [nomos - nom'-os] juga. Berarti Paulus sedang berbicara mengenai Taurat Musa, bukan 10 Hukum karena di ayat sebelumnya dia berbicara mengenai sunat yang terdapat di Taurat Musa bukan di 10 Hukum TUHAN. Namun, Paulus dengan tegas berkata kami tidak membatalkan Hukum Taurat karena iman, kami justru meneguhkannya.
Jadi Taurat Musa itu
bukan dihapus [dibuang/dibatalkan], melainkan diteguhkan karena sudah digenapi oleh Yesus.
Keterangan Paulus ini cocok dengan ajaran Yesus dalam
Matius pasal 6. Mari kita
lihat,
Matius 6:31-37
31 Telah dikatakan, Siapa yang akan menceraikan isterinya, dia
harus memberinya surat cerai. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu, Barangsiapa yang akan
menceraikan isterinya kecuali karena zinah, membuat
isterinya berbuat zinah; dan barangsiapa yang akan
kawin dengan dia yang diceraikan, ia
berbuat zinah. 33 Lagi
kamu
telah mendengar telah dikatakan oleh mereka di
zaman lampau, Jangan bersumpah palsu, melainkan laksanakanlah sumpahmu kepada
Tuhan. 34 Tetapi Aku berkata kepadamu, Sama sekali jangan bersumpah, baik demi langit, karena itulah takhta Allah, 35maupun demi
bumi, karena itulah tumpuan kaki-Nya; jangan juga demi Yerusalem, karena itulah kota Raja yang
agung; 36 Jangan juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena
engkau tidak bisa membuat satu rambut pun putih atau hitam. 37 Tetapi hendaklah komunikasimu
itu Ya, ya, tidak, tidak, karena apa pun yang lebih daripada itu berasal
dari kejahatan.
Peraturan-peraturan
di atas ini tidak berasal dari 10 Perintah Allah, ini dari tradisi orang Yahudi
yang bersumber dari Hukum Taurat yang ditulis Musa. Tetapi peraturan-peraturan
ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan Kristus, tidak ada kaitannya
dengan upacara kurban dan perayaan-perayaan agama, karena itu,
peraturan-peraturan ini tetap valid, tetapi Yesus memberikan
pemahaman yang baru. Kalau tadinya orang Yahudi memahami hanya
permukaannya secara superficial,
Yesus mengajar mereka untuk memahami dari akarnya,
memahami intinya. Kita juga bisa segera mengerti dari kata-kata Yesus ini bahwa
semua peraturan dan Hukum Allah itu harus dipahami dan dipatuhi dari
akarnya.
Bagaimana dengan
peraturan-peraturan dari 10 Perintah Allah atau 10 Hukum
Allah? Sama. Yesus juga memberikan pemahaman
yang baru. Silakan membaca Matius 5:21-32, terlalu panjang dikutip
di sini. Pada dasarnya Perintah keenam mengatakan membunuh adalah
dosa, Yesus meneguhkannya dengan berkata, membenci di dalam hati saja sudah
sama dengan dosa membunuh. Perintah
ketujuh mengatakan berzinah adalah dosa, Yesus meneguhkannya
dengan berkata, baru ingin saja sudah berarti berzinah di dalam hati.
Jadi,
jelas Yesus TIDAK pernah menghapus Hukum Allah. Apalagi
KESEPULUH PERINTAH ALLAH yang ditulis jari Tuhan sendiri. Masa iya sih Tuhan yang menulis
sendiri?
Keluaran
31:18
Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari Allah.
Jadi kalau kita sengaja melanggar
KESEPULUH PERINTAH ALLAH itu sesungguhnya kita menghina Allah, kita
menginjak-injak autoritasNya sebagai Pencipta dan Pemilik seluruh alam semesta.
Dan banyak orang yang mengaku Kristen, tetapi melakukan hal ini.
Sebelum kita lanjut, kita lihat
dulu apa sih yang ditulis jari Allah itu, apa sih KESEPULUH PERINTAH ALLAH, HUKUM ALLAH
yang adalah fondasi takhtaNya. Ternyata banyak orang Kristen tidak tahu ini.
Mengenaskan.
Keluaran
20:3-17
1: 3Jangan
engkau punya allah lain di hadapanKu.
2: 4Jangan engkau
membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan dari
apa pun yang ada di langit
di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah
bumi. 5 Jangan engkau sujud menyembah kepada mereka, atau melayani
mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan dosa
bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga
ke keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku, 6
Dan menunjukkan rahmat
kepada beribu-ribu dari
mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada Perintah-perintah-Ku.
3: 7Jangan menyebut nama TUHAN,
Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan
menganggap orang yang menyebut nama-Nya
dengan sembarangan, tidak bersalah.
4: 8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya. 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, 10
tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan
melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan
langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan
telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
5: 12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu
di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu.
6: 13 Jangan membunuh.
7: 14 Jangan berzinah.
8: 15 Jangan mencuri.
9: 16 Jangan memberikan saksi
dusta tentang sesamamu.
10: 17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya,
atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau
keledainya, atau apapun yang milik
sesamamu."
Kembali ke pengampunan dosa. Apakah Tuhan mengabulkan
semua permohonan kita untuk pengampunan dosa? Alkitab berkata bahwa ada syaratnya,
dan syarat ini sengaja ditulis supaya kita tidak punya alasan untuk berkata
kita tidak tahu. Inilah syaratnya:
Ibrani 10:26-27
26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah kita
menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban
untuk dosa 27 melainkan suatu
penantian yang
menakutkan akan penghakiman dan api kemarahan
yang akan melahap habis para musuh.
Setelah
kita tahu apa yang benar, tetapi kita masih SENGAJA tetap melanggar Hukum Tuhan
(berbuat dosa = melanggar Hukum Tuhan), maka pengorbanan Yesus
sebagai Domba Allah untuk dosa manusia sudah tidak berlaku lagi bagi kita. Bahkan apa yang tersedia bagi kita? Vonis bersalah dalam penghakiman Allah yang membawa
kepada kematian kekal. Bukan aku yang nakut-nakuti lho, memang bunyi ayatnya
demikian.
Jadi, kalau kita tidak bertobat, kita tidak bisa lagi mengklaim
Kasih Karunia Tuhan untuk menyelamatkan kita setelah kita tahu tentang
kebenaran tetapi sengaja melanggar kebenaran itu.
Kata kuncinya terletak pada kata “sengaja”. Manusia bisa khilaf. Khilaf artinya tidak dengan niat dan tidak dengan sengaja merencanakan untuk melanggar. Kejatuhan kita karena kekhilafan, bisa kita mintakan ampun kepada Tuhan. Tuhan mengetahui kelemahan kita. Tuhan mahamurah. Kita menyesal, kita akui kesalahan itu, dan kita bertobat, artinya tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Tuhan akan mengampuni sesuai janjiNya di 1 Yohanes 1:9 di atas. Tapi kalau sekarang minta ampun, besok diulangi lagi, lusa diulangi lagi, minggu depan diulangi lagi, itu namanya kita mempermaikan kasih karunia Tuhan, kita tidak berniat berubah, dan kita tidak serius minta ampun. Jangan kaget pada akhirnya ternyata dosa kita tidak pernah diampuni Tuhan dan harus kita tanggung sendiri.
1 Yohanes 5:17
Semua
ketidakbenaran adalah dosa, dan ada dosa yang tidak mendatangkan maut.
Dosa
yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang sudah ditinggalkan, sudah
ditobati, sudah diampuni Tuhan. Tetapi tidak semua dosa akan diampuni. Ada dosa yang tidak diampuni, yaitu dosa mengeraskan
hati, dosa menolak bisikan Roh Kudus. Bilamana kita sudah mengeraskan hati untuk sengaja tidak mau mengikuti Hukum
Tuhan dengan alasan apa pun, kita sudah menolak
Roh Kudus, maka Roma 2:5 adalah salah satu ayat yang memberikan gambaran apa yang akan menjadi nasib kita.
Roma 2:5
Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat, engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan
dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.
Tuhan tidak selamanya mau digampangkan. Kalau kita sudah tahu kebenaran, tapi kita sengaja melanggarnya demi kenyamanan diri sendiri, maka dosa kita itu tidak diampuni Tuhan sampai kita betul-betul bertobat dan meninggalkannya. Bahkan lebih celaka lagi jika kita sudah melanggar Hukum Tuhan, tapi tidak merasa itu dosa, maka kita tidak merasa perlu minta ampun kepada Tuhan. Dosa itu pun tidak mendapatkan pengampunan Tuhan.
Tuhan
tidak bisa kita tipu. Tuhan tahu isi hati kita, apakah kita jatuh dalam dosa
karena kita sedang lemah atau kita memang mau tetap bercokol dalam dosa karena
kita tidak perduli pada HukumNya.
Adam sengaja melanggar
Hukum Tuhan dengan makan buah yang terlarang. Dia sudah tahu itu buah
terlarang, dia tahu konsekuensinya kalau dia makan (mati) walaupun mungkin dia
tidak tahu “mati” itu bagaimana karena waktu itu dia belum pernah melihat
kematian. Tetapi dengan niat dan kesengajaan dia tetap BERANI
melanggar Hukum itu. Mungkin dia berpikir, “masa sih Tuhan
benar-benar akan mematikannya?” Cuma makan buah, wah, kan sebenarnya tidak
serius, kan tidak mencelakakan siapa-siapa. Ada
banyak buah, dimakan satu saja masa jadi masalah? Tidakkah
alasan itu familier? Kita juga
beranggapan, masa iya sih kita dihukum karena tidak bersabat pada hari ketujuh?
Semua orang Kristen juga sama tidak bersabat pada hari ketujuh lo. Masa Tuhan
akan menghukum kami semua? Jangan lupa, kalau
Tuhan tidak sayang menghukum Adam, apakah Tuhan akan sayang menghukum kita? Bagi Tuhan, pelanggaran
adalah pelanggaran, walaupun di mata kita kecil, di mata Tuhan SEMUA PELANGGARAN kepada HukumNya
DENGAN SENGAJA adalah tindakan MAKAR! Tidak mengakui
kedaulatan Tuhan yang membuat Hukum itu. Gara-gara hanya makan buah, kesalahan yang menurut dia begitu sepele, Adam kehilangan hidup kekalnya.
Contoh yang lain, air bah di zaman Nuh. Tuhan tidak
sayang membinasakan seluruh dunia dan menyisakan hanya delapan orang keluarga
Nuh. Jadi jangan mengira karena Tuhan itu kasih, kasihNya bisa
dimanipulasi. Jika manusia tidak mengakui autoritas Tuhan sebagai
Khalik Pencipta alam semesta, dan berani melanggar HukumNya walaupun sudah tahu
itu dosa, maka Tuhan tidak akan memaksa mereka menjadi umatNya, Tuhan akan
melepaskan mereka untuk selama-lamanya.
3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti
perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, ‘Aku mengenal Dia’, dan tidak menuruti Perintah-perintah-Nya, ia
seorang pendusta dan kebenaran tidak ada di dalamnya. 5 Tetapi barangsiapa
menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah;
dengan itulah kita tahu, bahwa kita ada di dalam Dia.”
Yesus
sendiri berjanji untuk menyanggupkan/membuat kita mampu untuk menurut semua perintahNya, yaitu
dengan bantuan Roh Kudus.
1 Yohanes 3:6, 8-9
6 Barangsiapa yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa; barangsiapa yang berbuat dosa, belum
melihat Dia, dan tidak mengenal Dia. 8 Dia yang berbuat dosa, berasal
dari Iblis, sebab Iblis telah berbuat dosa
dari mulanya. Demi tujuan inilah Anak Allah dinyatakan supaya Ia boleh menghancurkan pekerjaan-pekerjaan Iblis. 9 Barangsiapa yang telah dilahirkan dari Allah, tidak berbuat dosa; sebab benih Allah tinggal di dalam dia dan ia tidak
dapat berbuat dosa, karena ia telah dilahirkan dari Allah.
1 Yohanes 5:3
Sebab inilah kasih
kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti Perintah-perintah-Nya. Dan Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.
Matius 7:21
Bukan setiap orang
yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga,
melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Keluaran 20:8-11
8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya. 9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya
Inilah yang ditulis oleh jari Tuhan sendiri. Hari yang harus diingat dan dipelihara kekudusannya adalah
hari yang ketujuh! Hari perhentian Tuhan yang harus
kita masuki setiap minggu adalah hari ketujuh. Bukan hari
pertama (Minggu = Sunday) Dari namanya
saja sudah jelas “Sunday” adalah hari milik “the sun”, hari penyembahan kepada matahari. Setelah kita mengetahuinya, akankah kita masih berbondong-bondong
melanggarnya?
Kepausan
telah mengubah Hukum Tuhan dengan begitu menyeluruh sehingga seluruh dunia ini
mengikutinya. Mayoritas dunia Kristen mengikutinya. Bahkan dunia sekuler dan
non-Kristen pun mengikutinya! Hampir semua
kantor, semua sekolah, semua usaha pada hari Sabtu (hari ketujuh) tetap buka
menjalankan aktivitasnya, sehingga manusia yang mau bersabat pada hari ketujuh (Sabtu) menghadapi
resiko tidak bisa sekolah, tidak bisa bekerja, dan menghadapi banyak kesulitan.
Dunia ini memang sudah dikuasai Satan sehingga dia akan mempersulit semua yang
mau mengikuti Tuhan. Tapi apa kata Tuhan kepada kita?
Lukas 9:23
Dan
Ia berkata kepada mereka semua, ‘Jika
ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, dan memikul
salibnya setiap hari, dan mengikut Aku.’
Menyangkal diri itu artinya membuat pengorbanan, melepaskan sesuatu, menerima yang pahit yang tidak enak. Tapi itu justru syarat pertama untuk bisa mengikut Kristus. Jika kita tidak bersedia untuk berkorban, kita tidak akan bisa memikul salib, karena memikul salib itu lebih berat daripada menyangkal diri. Jadi jika kita mau mengikut Kristus, kita harus menyangkal diri dulu, mendahulukan kehendak Tuhan di atas kepentingan kita sendiri, dan barulah kita belajar memikul salib, mengikuti Kristus.
Matius 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan
Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Tuhan
tahu bahwa mengikuti jalanNya akan membawa kita kepada pertentangan dengan
dunia, terkadang bahkan dengan orang-orang terdekat kita sendiri.
Matius 10:34-38
34 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di
atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. 35
Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari
ibu mertuanya, 36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. 37
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih
daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. 38 Barangsiapa tidak memikul
salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Efesus
2:8-9
Karena oleh kasih karunia kamu
diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena
usaha kamu, itu adalah pemberian Allah.
Jadi kita harus jelas, kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan, pemberian
Tuhan. 100%. Kita tidak punya andil dalam penyelamatan kita.
Jadi Tuhan menyelamatkan kita bukan karena perbuatan
kita baik, tapi karena Tuhan mengasihi kita walaupun kita jahat.
Apa peran iman di sini? Iman yang membuat
kita bisa menerima pemberian kasih karunia Tuhan itu. Karena
keselamatan itu abstrak, maka kita hanya bisa menerimanya dengan iman, meyakini
yang tidak kelihatan.
Nah, kasih karunia tidak bisa dilihat. Iman tidak bisa
dilihat. Keselamatan tidak bisa dilihat. Apa
buktinya bahwa kita sudah diselamatkan dan kita sudah menerima keselamatan itu
dengan iman? Di sinilah kita berurusan dengan
perbuatan. Perbuatan adalah bukti apa benar kita sudah diselamatkan,
apakah kita memiliki iman atau tidak. Perbuatan kita yang tampak,
jadi itu yang membuktikan apakah kita sudah benar-benar selamat atau hanya
pengakuan kosong. Bagi orang yang sudah
diselamatkan, maka perbuatannya haruslah mencerminkan bahwa dia betul-betul
adalah milik Kristus, jelas sebagai milik Kistus dia harus menjauhi dosa,
bukan tetap sengaja melanggar Hukum Allah. Kalau perbuatannya masih seperti Setan,
jelas dia bukan milik Kristus.
Jadi, perbuatan itu penting tidak?
Perbuatan itu tidak penting
sebagai syarat penyelamatan kita. Orang tidak usah
baik dulu baru bisa diselamatkan. Orang yang paling jahat pun bisa diselamatkan
asalkan dia bertobat dan mau menerima keselamatan itu.
Tapi perbuatan itu penting untuk
mengukur apakah benar kita sudah menjadi milik Kristus, apa benar kita sudah
punya iman?
Yakobus 2:26
Sebab seperti tubuh tanpa
roh itu mati, demikianlah iman
tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.
Jadi, kita tidak dibenarkan oleh perbuatan kita, melulu 100% karena kasih karunia
Allah yang telah menebus kita dari kewajiban membayar hukuman dosa, dan ini kita terima dengan iman.
Tapi setelah kita diselamatkan, harus ada perubahan dalam hidup kita, karena
kita sudah menjadi milik Kristus.
Apakah
kita masih perlu Hukum Allah?
Apakah
setelah diselamatkan kita boleh hidup sesuka hati kita, bebas dari Hukum Allah?
Jelas tidak! Justru kita harus mengikuti teladan Kristus. Kristus itu tidak
pernah berbuat dosa selama hidupNya sebagai manusia. Artinya Dia tidak pernah
melanggar Hukum Allah. Jadi kalau kita mau menjadi pengikut Kristus, kita
juga tidak boleh melanggar Hukum Allah. Berarti Hukum Allah itu
tetap mengikat semua orang Kristen setelah salib. Kematian Kristus tidak
menghapus penurutan kepada Hukum Allah. Jika kita melanggar
Hukum Allah, itu namanya tetap dosa, dan jangan lupa, upah dosa itu maut.
Bagi
beberapa orang memang konsep ini rada membingungkan.
Melakukan Hukum Allah
itu tidak menyelamatkan. Patuh pada Hukum Allah tidak menyelamatkan. Berbuat
baik tidak menyelamatkan. Karena yang menyelamatkan HANYA KASIH KARUNIA ALLAH
yang kita terima dengan iman. Konsep ini harus kita pahami benar-benar.
Agama Kristen adalah satu-satunya agama di dunia di mana perbuatan baik
manusia tidak bisa menyelamatkan dia. Tapi, perbuatan buruknya bisa menggagalkan keselamatannya. Bagaimana ini?
Berbuat baik tidak menyelamatkan, tapi berbuat jelek tidak selamat. Yang bener
harus gimana?
Karena walaupun kita diselamatkan oleh kasih karunia
karena iman, tapi Wahyu 20:12 mengatakan kita dihakimi menurut perbuatan kita. Nah lho!
Artinya, sebelum kita diselamatkan, perbuatan kita tidak jadi soal. Mau sejahat apa pun, kalau kita datang pada Kristus,
minta ampun, menyesal, bertobat, kita menerima tiket keselamatan. Tapi setelah kita diselamatkan, perbuatan kita dihakimi, atau
dinilai. Jika perbuatan kita tidak sesuai dengan Hukum Allah, kita tidak lulus
penghakiman, kita kehilangan tiket keselamatan kita.
Jadi Hukum itu
berfungsi sebagai rambu-rambu bagi kita, supaya kita tetap berjalan di jalan
Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
Hukum itu
menuntut/mendakwa/ menunjukkan kesalahan kita. Ibarat sebuah cermin yang
hanya bisa menunjukkan adanya noda di wajah kita, tapi tidak bisa menghapus
noda itu. Hanya sabun yang bisa menghapus noda di wajah kita, sabun itulah
kasih karunia Tuhan.
Apakah karena ada sabun lalu
cermin tidak dibutuhkan lagi? Tidak. Cermin
tetap diperlukan agar kita selalu dapat berkaca untuk mengecek apakah wajah
kita selalu bersih atau tiba-tiba muncul noda yang baru lagi. Tanpa
cermin, kita tidak akan tahu jika ada lagi noda yang menempel di wajah kita.
Setelah ada kasih karunia, Hukum Tuhan itu tetap berfungsi
sebagai penunjuk dosa!
Karena itu, Paulus lalu melanjutkan ajarannya:
Roma 6:15
Jadi bagaimana? Apakah kita
akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih
karunia? Sekali-kali tidak.
Nah, ayat ini tidak mungkin
disalahmengerti! Paulus sudah tahu, bahwa pasti bakal ada banyak orang Kristen yang berdalih, karena sudah diselamatkan oleh
kasih karunia dan dibebaskan dari tuduhan Hukum, selanjutnya sisa hidup mereka
seluruhnya sudah di-cover oleh kasih karunia Tuhan, jadi perbuatan buruk apa
pun, pelanggaran Hukum Tuhan
yang mana pun, yang mereka lakukan, sudah
ditebus oleh Yesus, sehingga tidak jadi soal lagi.
Tapi apa kata Paulus?
Apa kita akan berbuat dosa terus karena kita
tidak di bawah Hukum? Jawaban yang diberikan
Paulus, sangat tegas dan jelas: “Sekali-kali tidak!”
APA YANG TERJADI SETELAH KITA
DIBENARKAN OLEH IMAN DAN DIBEBASKAN DARI DOSA?
Roma 6:18, 20
18 Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan
menjadi hamba
kebenaran. 20 Tetapi sekarang, setelah kamu
dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah, kamu punya
buah kekudusan, dan akhirnya
hidup yang kekal
Jadi, Paulus dengan jelas
mengatakan, kita itu hanya ganti majikan! Kalau dulu majikan kita itu “dosa” dan kita
menjadi hamba atau budak dosa, maka setelah kita dibenarkan oleh iman, dan
dimerdekakan dari dosa, kita BUKAN 100% BEBAS MERDEKA MENJADI TUAN
KITA SENDIRI, tetapi kita ganti majikan,
majikan kita sekarang adalah “kebenaran” dan kita menjadi hamba atau budak kebenaran!
Pasti kita semua mengerti apa arta kata “hamba.” Seorang hamba itu melakukan kehendak
majikannya, bukan kehendaknya sendiri. Yang
namanya menjadi “hamba” ya harus patuh kepada majikannya, bukan? Hamba kan
tidak boleh protes apalagi berontak kepada majikannya! Jadi apa perintah
majikannya, itulah yang harus dilakukannya. Pada zaman dahulu, seorang hamba itu
“dibeli” oleh majikannya dan menjadi “milik” majikannya 100%. Hidup-matinya
bergantung seluruhnya kepada kemurahan hati majikannya. Majikannya boleh saja
menghukum hambanya bahkan sampai membunuhnya sekali pun. Jika Paulus memakai
kata “hamba” maka dia mau menekankan bahwa kita yang telah ditebus [dibeli] oleh darah
Kristus ini, sudah menjadi milik Kristus, dan dengan demikian kita ini hamba Kristus. Karena Kristus itulah
Kebenaran, maka berarti kita ini hamba Kebenaran. Kebenaran bukan menurut
standar kita, melainkan menurut standar Tuhan.
Dari mana kita tahu apa yang benar di mata Tuhan? Ya dari Hukum yang
diberikan Tuhan. Nah, putar-putar toh akhirnya kita kembali ke Hukum Tuhan,
bukan?
Paulus lalu menyimpulkan:
Roma 7:12
Jadi Hukum itu kudus, dan Perintah itu juga kudus, benar dan baik.
Di sini Paulus menyebutkan dua hal:
ü Hukum = the law yang berasal dari kata νόμος [nomos - nom'-os] = Hukum tulisan Musa
ü Perintah = the commandment yang berasal dari kata ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] = 10 Hukum Tuhan
Berarti tulisan Paulus ini sudah merangkum SEMUA HUKUM, baik yang ditulis
oleh Musa, maupun yang ditulis oleh jari Tuhan
sendiri!
Paulus mengatakan bahwa semua Hukum
dari Tuhan (baik yang ditulis Tuhan sendiri maupun yang ditulis oleh Musa
atas bimbingan Tuhan) itu “kudus”, “benar”, “baik”. Sesuatu yang
kudus, benar, dan baik, berarti bermanfaat bagi kita. Mengapa kita begitu getol
mau menyingkirkannya?
Jadi apa yang dikatakan Paulus? Apa kita tidak usah melakukan Hukum Allah?
T I D A K ! !
JADI, APAKAH HUKUM ALLAH ITU PERLU DIPATUHI?
YA, KALAU KITA TIDAK INGIN MATI KEKAL.
Jelas di sini, baik Yesus maupun Paulus tidak pernah berkata bahwa Hukum Tuhan itu dihapus dan tidak berlaku lagi!
Seluruh
isi Alkitab itu sinkron. Dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, tidak ada
yang bertentangan karena penggagasnya sama, yaitu TUHAN. Tidak mungkin di
Perjanjian Lama Tuhan menyuruh umatNya tunduk pada HukumNya, lalu di Perjanjian
Baru, rasul-rasul menulis bahwa Hukum Tuhan sudah tidak berlaku. Jika kita
berpikir demikian, pikiran kitalah yang salah.
Yohanes 8:51
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Jika seseorang menuruti firman-Ku, ia tidak akan pernah mengalami maut.’
Wahyu 22:14
Diberkatilah mereka yang melakukan Perintah-perintah
Tuhan sehingga mereka boleh memperoleh hak atas pohon kehidupan, dan boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke
dalam Kota itu
AMIN.
Feb 2012
Amin...!
BalasHapus