Jumat, 29 Maret 2013

ALKITAB MENJAWAB TENTANG HUKUM TUHAN (BAGIAN KEDUA)

Sambungan dari bagian pertama



8. BUKANKAH KRISTUS TELAH MEMERDEKAKAN KITA?

Galatia 5:1

Oleh karena itu, berdirilah teguh dalam kemerdekaan dengan mana Kristus telah memerdekakan kita, dan jangan terjerat lagi dengan kuk perhambaan.

 

BETUL. Tapi dimerdekakan dari apa? BUKAN DARI HUKUM!  Dimerdekakan dari:

1.   Iblis dan maut

14 agar melalui kematian-Nya Ia bisa memusnahkan dia yang berkuasa atas maut,  yaitu Iblis; 15 dan membebaskan mereka yang karena takutnya kepada maut,  seumur hidupnya berada di bawah belenggu. (Ibrani. 2:14-15)

2.   dari kewajiban membayar hukuman dosa kita sendiri 

“…upah dosa ialah maut…” (Rom 6:23)

 

Apa ini berarti setelah kematian Kristus, pelanggaran atas Hukum Tuhan [= dosa] sudah tidak ada hukumannya lagi bagi kita?

TIDAK! Tidak ada ayat yang berkata begitu!

Justru karena Tuhan itu tidak pernah berubah, dan peraturanNya juga tidak pernah berubah, maka setiap pelanggaran HukumNya adalah dosa. Setiap dosa harus dibayar dengan kematian kekal. Jadi,

ü  Hukum Tuhan itu tetap ada.

ü  Hukuman atas pelanggaran Hukum Tuhan [= dosa] pun tetap ada.

ü  Kewajiban membayar hukuman itu juga tetap ada.

 

Tetapi, Tuhan mahamurah. Dia masih bersedia mengampuni kita lagi bila kita minta ampun padanya dan bertobat dari dosa kita. Inilah yang maksud berdirilah teguh dalam kemerdekaan dengan mana Kristus telah memerdekakan kita[Galatia 5:1]. Semua sudah dibayar oleh Kristus, baik dosa kita yang lalu, mapun dosa kita yang akan datang. Semuanya sudah ditanggung oleh Kristus dengan kematianNya satu kali di kayu salib. Kematian Kristus di kayu salib itu mampu menebus dosa semua manusia mulai dari Adam hingga manusia yang terakhir nanti.  Kita tidak usah bayar apa-apa. Kita merdeka dari kewajiban membayar dosa kita yang sudah diampuni.

 

Tetapi Paulus tidak berhenti sampai di sini. Paulus melanjutkan: jangan terjerat lagi dengan kuk perhambaan”.  Manusia bisa terjerat itu karena dirinya sendiri yang mengizinkan dia dijerat. Jika manusia tidak mau dijerat, ya dia tidak mendekati dosa. Jadi manusia berbuat dosa itu karena kemauannya sendiri. Kita punya pilihan, mau berbuat dosa atau tidak. Yang mau berbuat dosa lagi, kemerdekaannya hilang. Dia kembali berada di bawah kuk perhambaan. Kuk perhambaan apa? Kuk perhambaan dosa! Dan jangan lupa, upah dosa = Maut.

 

Jadi, setelah kita dimerdekakan oleh Kristus dari kewajiban membayar hukuman dosa kita yang lama, SELAMA KITA TIDAK MEMBUAT DOSA YANG BARU,  kita tetap merdeka. Tapi begitu kita melanggar Hukum Tuhan lagi = berbuat dosa lagi, maka kita mengumpulkan hukuman baru lagi, dan kita kembali punya kewajiban membayar hukuman tersebut, kecuali kita bertobat dan minta ampun kepada Kristus lagi, agar hukuman tersebut ditanggung oleh Kristus.

 

 



9. PENGAMPUNAN DOSA
 

Karena Tuhan mengetahui kelemahan iman kita dan kelemahan daging kita, maka Tuhan sudah tahu bahwa setelah kita diampuni, kita tetap bisa berbuat dosa lagi. Karena itu dikatakan dalam:

1 Yohanes 1:9 

Jika kita mengakui dosa kita,  Ia setia dan adil untuk mengampuni kita dari segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.


Amin!

 

Tapi lagi-lagi fasilitas kasih karunia dari Tuhan sering disalahgunakan oleh banyak orang Kristen. Mentang-mentang kita tahu bahwa Tuhan mau mengampuni segala dosa kita, jadi kita menganggap ringan Hukum Tuhan, melanggar Hukum Tuhan tidak apa-apalah, toh nanti minta ampun, juga diampuni.  Paulus dengan tegas mengatakan dalam:

Roma 6:1-2

1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Akankah kita terus melakukan dosa supaya boleh ada banyak kasih karunia? 2 Sekali-kali tidak! Bagaimana mungkin kita yang telah mati bagi dosa, masih hidup terus di dalamnya?

 

Ayat ini yang sering diselewengkan orang Kristen, oh, semakin banyak dosa semakin banyak kasih karunia! Bikin aja dosa yang banyak. Tapi baca lagi yang benar. Apa kata Paulus? Sekali-kali tidak!Masa kita tidak mengerti kata “tidak” ini? Jangan mau menipu Allah dengan memanipulasi ayat. Kita sendiri yang rugi loh.

 

Roma 6:15

Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”

 

Yang diterjemahkan “hukum Taurat” di sini tulisan aslinya adalah νόμος [nomos - nom'-os], jadi Paulus berbicara mengenai hukum-hukum upacara Bait Suci dan perayaan-perayaan yang ditulis Musa. Kita perlu cermat membaca tulisan Paulus. Paulus berkata,kita tidak berada di bawah Hukum Taurat,” itu benar karena Taurat Musa yang berurusan dengan pengampunan dosa itu sudah berakhir di salib, tetapi walaupun kita sudah tidak berada di bawah Taurat Musa, karena kita sekarang berada “di bawah kasih karunia” (Kristus yang membayarkan hukuman dosa kita), lalu apakah “kita akan berbuat dosa”? Paulus berkata: “Sekali-kali tidak!”

Jadi mau diputar balik seperti apa pun, tidak ada ayat yang mengatakan bahwa manusia boleh berbuat dosa tanpa konsekuensi setelah Yesus mati di salib. Dosa itu melanggar Hukum Allah, dan dosa itu upahnya maut atau mati kekal. Dari zaman Adam hingga kiamat nanti, itu prinsipnya sama.

Roma 3:31

Jika demikian, adakah kami membatalkan Hukum Taurat karena iman? Jangan sampai! Sebaliknya, kami meneguhkan Hukum.

Kata yang diterjemahkan “Hukum Taurat” di ayat ini berasal dari kata νόμος [nomos - nom'-os] juga. Berarti Paulus sedang berbicara mengenai Taurat Musa, bukan 10 Hukum karena di ayat sebelumnya dia berbicara mengenai sunat yang terdapat di Taurat Musa bukan di 10 Hukum TUHAN. Namun, Paulus dengan tegas berkata kami tidak membatalkan Hukum Taurat karena iman, kami justru meneguhkannya.   

Jadi Taurat Musa itu bukan dihapus [dibuang/dibatalkan], melainkan diteguhkan karena sudah digenapi oleh Yesus.

 

Keterangan Paulus ini cocok dengan ajaran Yesus dalam Matius pasal 6. Mari kita lihat,

Matius 6:31-37

31 Telah dikatakan, Siapa yang akan menceraikan isterinya, dia harus memberinya surat cerai. 32 Tetapi Aku berkata kepadamu, Barangsiapa yang akan menceraikan isterinya kecuali karena zinah, membuat isterinya berbuat zinah; dan barangsiapa yang akan kawin dengan dia yang diceraikan, ia berbuat zinah. 33 Lagi kamu telah mendengar telah dikatakan oleh mereka di zaman lampau, Jangan bersumpah palsu, melainkan laksanakanlah sumpahmu kepada Tuhan. 34 Tetapi Aku berkata kepadamu, Sama sekali jangan bersumpah, baik demi langit, karena itulah takhta Allah, 35maupun demi bumi, karena itulah tumpuan kaki-Nya; jangan juga demi Yerusalem, karena itulah kota Raja yang agung; 36 Jangan juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak bisa membuat satu rambut pun putih atau hitam. 37 Tetapi hendaklah komunikasimu itu Ya, ya, tidak, tidak, karena apa pun yang lebih daripada itu berasal dari kejahatan.

 

Peraturan-peraturan di atas ini tidak berasal dari 10 Perintah Allah, ini dari tradisi orang Yahudi yang bersumber dari Hukum Taurat yang ditulis Musa. Tetapi peraturan-peraturan ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan penebusan Kristus, tidak ada kaitannya dengan upacara kurban dan perayaan-perayaan agama, karena itu, peraturan-peraturan ini tetap valid, tetapi Yesus memberikan pemahaman yang baru. Kalau tadinya orang Yahudi memahami hanya permukaannya secara superficial, Yesus mengajar mereka untuk memahami dari akarnya, memahami intinya. Kita juga bisa segera mengerti dari kata-kata Yesus ini bahwa semua peraturan dan Hukum Allah itu harus dipahami dan dipatuhi dari akarnya.      

 

Bagaimana dengan peraturan-peraturan dari 10 Perintah Allah atau 10 Hukum Allah? Sama. Yesus juga memberikan pemahaman yang baru. Silakan membaca Matius 5:21-32, terlalu panjang dikutip di sini. Pada dasarnya Perintah keenam mengatakan membunuh adalah dosa, Yesus meneguhkannya dengan berkata, membenci di dalam hati saja sudah sama dengan dosa membunuh. Perintah ketujuh mengatakan berzinah adalah dosa, Yesus meneguhkannya dengan berkata, baru ingin saja sudah berarti berzinah di dalam hati.

 

Jadi, jelas Yesus TIDAK pernah menghapus Hukum Allah. Apalagi KESEPULUH PERINTAH ALLAH yang ditulis jari Tuhan sendiri. Masa iya sih Tuhan yang menulis sendiri?

Keluaran 31:18

Dan setelah TUHAN selesai berbicara dengan dia (Musa) di gunung Sinai, Dia memberikan kepada Musa dua loh Kesaksian, loh-loh batu, yang ditulis oleh jari Allah.

Jadi kalau kita sengaja melanggar KESEPULUH PERINTAH ALLAH itu sesungguhnya kita menghina Allah, kita menginjak-injak autoritasNya sebagai Pencipta dan Pemilik seluruh alam semesta. Dan banyak orang yang mengaku Kristen, tetapi melakukan hal ini.

 

Sebelum kita lanjut, kita lihat dulu apa sih yang ditulis jari Allah itu, apa sih KESEPULUH PERINTAH ALLAH, HUKUM ALLAH yang adalah fondasi takhtaNya. Ternyata banyak orang Kristen tidak tahu ini. Mengenaskan.

 

Keluaran 20:3-17

1:       3Jangan engkau punya allah lain di hadapanKu.

2:       4Jangan engkau membuat bagimu patung pahatan apa pun, atau keserupaan  dari apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. 5 Jangan engkau sujud menyembah kepada mereka, atau melayani mereka; sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang  cemburu, yang membalaskan dosa bapak-bapak ke atas anak-anak, hingga ke keturunan yang ketiga dan keempat dari mereka yang membenci Aku, 6 Dan menunjukkan rahmat kepada beribu-ribu dari mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada Perintah-perintah-Ku.

3:       7Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN tidak akan menganggap orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan, tidak bersalah.

4:       8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya.  9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  10    tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11 Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

5:       12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

6:       13 Jangan membunuh.

7:       14 Jangan berzinah.

8:       15 Jangan mencuri.

9:       16 Jangan memberikan saksi dusta tentang sesamamu.

10:     17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang milik sesamamu."

 

 

Kembali ke pengampunan dosa. Apakah Tuhan mengabulkan semua permohonan kita untuk pengampunan dosa? Alkitab berkata bahwa ada syaratnya, dan syarat ini sengaja ditulis supaya kita tidak punya alasan untuk berkata kita tidak tahu. Inilah syaratnya:

Ibrani 10:26-27  

26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk dosa 27 melainkan suatu penantian yang menakutkan akan penghakiman dan api kemarahan yang akan melahap habis  para musuh.

 

Setelah kita tahu apa yang benar, tetapi kita masih SENGAJA tetap melanggar Hukum Tuhan (berbuat dosa = melanggar Hukum Tuhan), maka pengorbanan Yesus sebagai Domba Allah untuk dosa manusia sudah tidak berlaku lagi bagi kita. Bahkan apa yang tersedia bagi kita? Vonis bersalah dalam penghakiman Allah yang membawa kepada kematian kekal. Bukan aku yang nakut-nakuti lho, memang bunyi ayatnya demikian.

 

Jadi, kalau kita tidak bertobat, kita tidak bisa lagi mengklaim Kasih Karunia Tuhan untuk menyelamatkan kita setelah kita tahu tentang kebenaran tetapi sengaja melanggar kebenaran itu.

Kata kuncinya terletak pada kata “sengaja”. Manusia bisa khilaf. Khilaf artinya tidak dengan niat dan tidak dengan sengaja merencanakan untuk melanggar. Kejatuhan kita karena kekhilafan, bisa kita mintakan ampun kepada Tuhan.  Tuhan mengetahui kelemahan kita. Tuhan mahamurah. Kita menyesal, kita akui kesalahan itu, dan kita bertobat, artinya tidak mengulangi kesalahan itu lagi. Tuhan akan mengampuni sesuai janjiNya di 1 Yohanes 1:9 di atas. Tapi kalau sekarang minta ampun, besok diulangi lagi, lusa diulangi lagi, minggu depan diulangi lagi, itu namanya kita mempermaikan kasih karunia Tuhan, kita tidak berniat berubah, dan kita tidak serius minta ampun. Jangan kaget pada akhirnya ternyata dosa kita tidak pernah diampuni Tuhan dan harus kita tanggung sendiri. 

1 Yohanes 5:17

Semua ketidakbenaran adalah dosa, dan ada dosa yang tidak mendatangkan maut.

Dosa yang tidak mendatangkan maut adalah dosa yang sudah ditinggalkan, sudah ditobati, sudah diampuni Tuhan. Tetapi tidak semua dosa akan diampuni. Ada dosa yang tidak diampuni, yaitu dosa mengeraskan hati, dosa menolak bisikan Roh Kudus. Bilamana kita sudah mengeraskan hati untuk sengaja tidak mau mengikuti Hukum Tuhan dengan alasan apa pun, kita sudah menolak Roh Kudus, maka Roma 2:5 adalah salah satu ayat yang memberikan gambaran apa yang akan menjadi nasib kita.

Roma 2:5  

Tetapi menuruti hatimu yang keras dan tidak mau bertobat, engkau menimbun murka bagi dirimu sendiri pada hari murka dan dinyatakannya penghakiman Allah yang adil.

Tuhan tidak selamanya mau digampangkan. Kalau kita sudah tahu kebenaran, tapi kita sengaja melanggarnya demi kenyamanan diri sendiri, maka dosa kita itu tidak diampuni Tuhan sampai kita betul-betul bertobat dan meninggalkannya.  Bahkan lebih celaka lagi jika kita sudah melanggar Hukum Tuhan, tapi tidak merasa itu dosa, maka kita tidak merasa perlu minta ampun kepada Tuhan. Dosa itu pun tidak mendapatkan pengampunan Tuhan.

 

Tuhan tidak bisa kita tipu. Tuhan tahu isi hati kita, apakah kita jatuh dalam dosa karena kita sedang lemah atau kita memang mau tetap bercokol dalam dosa karena kita tidak perduli pada HukumNya. 

Adam sengaja melanggar Hukum Tuhan dengan makan buah yang terlarang. Dia sudah tahu itu buah terlarang, dia tahu konsekuensinya kalau dia makan (mati) walaupun mungkin dia tidak tahu “mati” itu bagaimana karena waktu itu dia belum pernah melihat kematian. Tetapi dengan niat dan kesengajaan dia tetap BERANI melanggar Hukum itu.  Mungkin dia berpikir, “masa sih Tuhan benar-benar akan mematikannya?” Cuma makan buah, wah, kan sebenarnya tidak serius, kan tidak mencelakakan siapa-siapa. Ada banyak buah, dimakan satu saja masa jadi masalah? Tidakkah alasan itu familier? Kita juga beranggapan, masa iya sih kita dihukum karena tidak bersabat pada hari ketujuh? Semua orang Kristen juga sama tidak bersabat pada hari ketujuh lo. Masa Tuhan akan menghukum kami semua? Jangan lupa, kalau Tuhan tidak sayang menghukum Adam, apakah Tuhan akan sayang menghukum kita?  Bagi Tuhan, pelanggaran adalah pelanggaran, walaupun di mata kita kecil, di mata Tuhan SEMUA PELANGGARAN kepada HukumNya DENGAN SENGAJA adalah tindakan MAKAR! Tidak mengakui kedaulatan Tuhan yang membuat Hukum itu. Gara-gara hanya makan buah, kesalahan yang menurut dia begitu sepele, Adam kehilangan hidup kekalnya.

Contoh yang lain, air bah di zaman Nuh. Tuhan tidak sayang membinasakan seluruh dunia dan menyisakan hanya delapan orang keluarga Nuh. Jadi jangan mengira karena Tuhan itu kasih, kasihNya bisa dimanipulasi. Jika manusia tidak mengakui autoritas Tuhan sebagai Khalik Pencipta alam semesta, dan berani melanggar HukumNya walaupun sudah tahu itu dosa, maka Tuhan tidak akan memaksa mereka menjadi umatNya, Tuhan akan melepaskan mereka untuk selama-lamanya.




10. APA YANG DIMINTA TUHAN DARI UMAT YANG SUDAH   DITEBUSNYA?

1 Yohanes 2:3-5

3 Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. 4 Dia yang berkata, Aku mengenal Dia, dan tidak menuruti Perintah-perintah-Nya, ia seorang pendusta dan kebenaran tidak ada di dalamnya. 5 Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita tahu, bahwa kita ada di dalam Dia.

 

Yesus sendiri berjanji untuk menyanggupkan/membuat kita mampu untuk menurut semua perintahNya, yaitu dengan bantuan Roh Kudus.

1 Yohanes 3:6, 8-9

6 Barangsiapa yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa; barangsiapa yang berbuat dosa, belum melihat Dia, dan tidak mengenal Dia. 8 Dia yang berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis telah berbuat dosa dari mulanya. Demi tujuan inilah Anak Allah dinyatakan supaya Ia boleh menghancurkan pekerjaan-pekerjaan Iblis. 9 Barangsiapa yang telah dilahirkan dari Allah, tidak berbuat dosa; sebab benih Allah tinggal di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia telah dilahirkan  dari Allah.

 

1 Yohanes 5:3

Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti Perintah-perintah-Nya. Dan Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.

 

Matius 7:21

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.




11. HUKUM TUHAN YANG KITA LANGGAR

Sepanjang kehidupan kita, pasti ada Hukum Tuhan yang sudah kita langgar. Tapi ada satu Hukum yang sudah dilanggar oleh orang Kristen secara bersama-sama, secara berjamaah istilahnya, yaitu Hukum ke4 dari 10 PERINTAH TUHAN.

Keluaran 20:8-11

8 Ingatlah hari Sabat, peliharalah kekudusannya.  9 enam hari lamanya engkau harus bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka pada hari itu jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11Sebab dalam enam hari TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan telah berhenti bekerja pada hari ketujuh. Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya

Inilah yang ditulis oleh jari Tuhan sendiri. Hari yang harus diingat dan dipelihara kekudusannya adalah hari yang ketujuh! Hari perhentian Tuhan yang harus kita masuki setiap minggu adalah hari ketujuh. Bukan hari pertama (Minggu = Sunday) Dari namanya saja sudah jelas “Sunday” adalah hari milik “the sun”, hari penyembahan kepada matahari. Setelah kita mengetahuinya, akankah kita masih berbondong-bondong melanggarnya?

Kepausan telah mengubah Hukum Tuhan dengan begitu menyeluruh sehingga seluruh dunia ini mengikutinya. Mayoritas dunia Kristen mengikutinya. Bahkan dunia sekuler dan non-Kristen pun mengikutinya!  Hampir semua kantor, semua sekolah, semua usaha pada hari Sabtu (hari ketujuh) tetap buka menjalankan aktivitasnya, sehingga manusia yang mau bersabat pada hari ketujuh (Sabtu) menghadapi resiko tidak bisa sekolah, tidak bisa bekerja, dan menghadapi banyak kesulitan. Dunia ini memang sudah dikuasai Satan sehingga dia akan mempersulit semua yang mau mengikuti Tuhan. Tapi apa kata Tuhan kepada kita?

Lukas 9:23

Dan Ia berkata kepada mereka semua, ‘Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, dan memikul salibnya setiap hari, dan mengikut Aku.’

Menyangkal diri itu artinya membuat pengorbanan, melepaskan sesuatu, menerima yang pahit yang tidak enak. Tapi itu justru syarat pertama untuk bisa mengikut Kristus. Jika kita tidak bersedia untuk berkorban, kita tidak akan bisa memikul salib, karena memikul salib itu lebih berat daripada menyangkal diri. Jadi jika kita mau mengikut Kristus, kita harus menyangkal diri dulu, mendahulukan kehendak Tuhan di atas kepentingan kita sendiri, dan barulah kita belajar memikul salib, mengikuti Kristus.


Matius 6:33

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

 

Tuhan tahu bahwa mengikuti jalanNya akan membawa kita kepada pertentangan dengan dunia, terkadang bahkan dengan orang-orang terdekat kita sendiri.

 

Matius 10:34-38

34 Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. 35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, 36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. 37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. 38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.




12. APA KAITANNYA IMAN DENGAN PERBUATAN?  KASIH KARUNIA DENGAN PENURUTAN HUKUM?

Kita beragama karena ingin selamat ikut Tuhan. Alkitab menjelaskan bagaimana kita diselamatkan.

Efesus 2:8-9

Karena oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan karena usaha kamu, itu adalah pemberian Allah.

 

Jadi kita harus jelas, kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan, pemberian Tuhan. 100%. Kita tidak punya andil dalam penyelamatan kita.

Jadi Tuhan menyelamatkan kita bukan karena perbuatan kita baik, tapi karena Tuhan mengasihi kita walaupun kita jahat.

Apa peran iman di sini? Iman yang membuat kita bisa menerima pemberian kasih karunia Tuhan itu. Karena keselamatan itu abstrak, maka kita hanya bisa menerimanya dengan iman, meyakini yang tidak kelihatan.

 

Nah, kasih karunia tidak bisa dilihat. Iman tidak bisa dilihat. Keselamatan tidak bisa dilihat. Apa buktinya bahwa kita sudah diselamatkan dan kita sudah menerima keselamatan itu dengan iman? Di sinilah kita berurusan dengan perbuatan. Perbuatan adalah bukti apa benar kita sudah diselamatkan, apakah kita memiliki iman atau tidak. Perbuatan kita yang tampak, jadi itu yang membuktikan apakah kita sudah benar-benar selamat atau hanya pengakuan kosong. Bagi orang yang sudah diselamatkan, maka perbuatannya haruslah mencerminkan bahwa dia betul-betul adalah milik Kristus, jelas sebagai milik Kistus dia harus menjauhi dosa, bukan tetap sengaja melanggar Hukum Allah. Kalau perbuatannya masih seperti Setan, jelas dia bukan milik Kristus.

Jadi, perbuatan itu penting tidak?

Perbuatan itu tidak penting sebagai syarat penyelamatan kita. Orang tidak usah baik dulu baru bisa diselamatkan. Orang yang paling jahat pun bisa diselamatkan asalkan dia bertobat dan mau menerima keselamatan itu.

Tapi perbuatan itu penting untuk mengukur apakah benar kita sudah menjadi milik Kristus, apa benar kita sudah punya iman?

Yakobus 2:26

Sebab seperti tubuh tanpa roh itu mati, demikianlah iman tanpa perbuatan-perbuatan juga mati.

 

Jadi, kita tidak dibenarkan oleh perbuatan kita, melulu 100% karena kasih karunia Allah yang telah menebus kita dari kewajiban membayar hukuman dosa, dan ini kita terima dengan iman.

Tapi setelah kita diselamatkan, harus ada perubahan dalam hidup kita, karena kita sudah menjadi milik Kristus.

Apakah kita masih perlu Hukum Allah?

Apakah setelah diselamatkan kita boleh hidup sesuka hati kita, bebas dari Hukum Allah? Jelas tidak! Justru kita harus mengikuti teladan Kristus. Kristus itu tidak pernah berbuat dosa selama hidupNya sebagai manusia. Artinya Dia tidak pernah melanggar Hukum Allah. Jadi kalau kita mau menjadi pengikut Kristus, kita juga tidak boleh melanggar Hukum Allah. Berarti Hukum Allah itu tetap mengikat semua orang Kristen setelah salib. Kematian Kristus tidak menghapus penurutan kepada Hukum Allah. Jika kita melanggar Hukum Allah, itu namanya tetap dosa, dan jangan lupa, upah dosa itu maut.

 

Bagi beberapa orang memang konsep ini rada membingungkan.

Melakukan Hukum Allah itu tidak menyelamatkan. Patuh pada Hukum Allah tidak menyelamatkan. Berbuat baik tidak menyelamatkan. Karena yang menyelamatkan HANYA KASIH KARUNIA ALLAH yang kita terima dengan iman. Konsep ini harus kita pahami benar-benar.

Agama Kristen adalah satu-satunya agama di dunia di mana perbuatan baik manusia tidak bisa menyelamatkan dia. Tapi, perbuatan buruknya bisa menggagalkan keselamatannya. Bagaimana ini? Berbuat baik tidak menyelamatkan, tapi berbuat jelek tidak selamat. Yang bener harus gimana?

Karena walaupun kita diselamatkan oleh kasih karunia karena iman, tapi Wahyu 20:12 mengatakan kita dihakimi menurut perbuatan kita. Nah lho!

Artinya, sebelum kita diselamatkan, perbuatan kita tidak jadi soal. Mau sejahat apa pun, kalau kita datang pada Kristus, minta ampun, menyesal, bertobat, kita menerima tiket keselamatan. Tapi setelah kita diselamatkan, perbuatan kita dihakimi, atau dinilai. Jika perbuatan kita tidak sesuai dengan Hukum Allah, kita tidak lulus penghakiman, kita kehilangan tiket keselamatan kita.

 

Jadi Hukum itu berfungsi sebagai rambu-rambu bagi kita, supaya kita tetap berjalan di jalan Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.

Hukum itu menuntut/mendakwa/ menunjukkan kesalahan kita. Ibarat sebuah cermin yang hanya bisa menunjukkan adanya noda di wajah kita, tapi tidak bisa menghapus noda itu. Hanya sabun yang bisa menghapus noda di wajah kita, sabun itulah kasih karunia Tuhan.

Apakah karena ada sabun lalu cermin tidak dibutuhkan lagi? Tidak. Cermin tetap diperlukan agar kita selalu dapat berkaca untuk mengecek apakah wajah kita selalu bersih atau tiba-tiba muncul noda yang baru lagi. Tanpa cermin, kita tidak akan tahu jika ada lagi noda yang menempel di wajah kita.

 

Setelah ada kasih karunia, Hukum Tuhan itu tetap berfungsi

sebagai penunjuk dosa!

Karena itu, Paulus lalu melanjutkan ajarannya:

Roma 6:15  

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak di bawah Hukum, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak.

 

Nah, ayat ini tidak mungkin disalahmengerti! Paulus sudah tahu, bahwa pasti bakal ada banyak orang Kristen yang berdalih, karena sudah diselamatkan oleh kasih karunia dan dibebaskan dari tuduhan Hukum, selanjutnya sisa hidup mereka seluruhnya sudah di-cover oleh kasih karunia Tuhan, jadi perbuatan buruk apa pun, pelanggaran Hukum Tuhan yang mana pun, yang mereka lakukan, sudah ditebus oleh Yesus, sehingga tidak jadi soal lagi.

Tapi apa kata Paulus?

Apa kita akan berbuat dosa terus karena kita tidak di bawah Hukum? Jawaban yang diberikan Paulus, sangat tegas dan jelas: “Sekali-kali tidak!”

 

 

APA YANG TERJADI SETELAH KITA DIBENARKAN OLEH IMAN DAN DIBEBASKAN DARI DOSA?

Roma 6:18, 20  

18 Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. 20 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa, dan menjadi hamba Allah, kamu punya buah kekudusan, dan akhirnya hidup yang kekal

 

Jadi, Paulus dengan jelas mengatakan, kita itu hanya ganti majikan! Kalau dulu majikan kita itu “dosa” dan kita menjadi hamba atau budak dosa, maka setelah kita dibenarkan oleh iman, dan dimerdekakan dari dosa, kita BUKAN 100% BEBAS MERDEKA MENJADI TUAN KITA SENDIRI, tetapi kita ganti majikan, majikan kita sekarang adalah “kebenaran” dan kita menjadi hamba atau budak kebenaran!

Pasti kita semua mengerti apa arta kata “hamba.” Seorang hamba itu melakukan kehendak majikannya, bukan kehendaknya sendiri. Yang namanya menjadi “hamba” ya harus patuh kepada majikannya, bukan? Hamba kan tidak boleh protes apalagi berontak kepada majikannya! Jadi apa perintah majikannya, itulah yang harus dilakukannya. Pada zaman dahulu, seorang hamba itu “dibeli” oleh majikannya dan menjadi “milik” majikannya 100%. Hidup-matinya bergantung seluruhnya kepada kemurahan hati majikannya. Majikannya boleh saja menghukum hambanya bahkan sampai membunuhnya sekali pun. Jika Paulus memakai kata “hamba” maka dia mau menekankan bahwa kita yang telah ditebus [dibeli] oleh darah Kristus ini, sudah menjadi milik Kristus, dan dengan demikian kita ini hamba Kristus. Karena Kristus itulah Kebenaran, maka berarti kita ini hamba Kebenaran. Kebenaran bukan menurut standar kita, melainkan menurut standar Tuhan.

Dari mana kita tahu apa yang benar di mata Tuhan? Ya dari Hukum yang diberikan Tuhan. Nah, putar-putar toh akhirnya kita kembali ke Hukum Tuhan, bukan?

 

Paulus lalu menyimpulkan:

Roma 7:12

Jadi Hukum itu kudus, dan Perintah itu juga kudus, benar dan baik.

 

Di sini Paulus menyebutkan dua hal:

ü    Hukum = the law yang berasal dari kata νόμος   [nomos - nom'-os] = Hukum tulisan Musa

ü    Perintah = the commandment yang berasal dari kata ἐντολή [entolē - en-tol-ay'] = 10 Hukum Tuhan

 

Berarti tulisan Paulus ini sudah merangkum SEMUA HUKUM, baik yang ditulis oleh Musa, maupun yang ditulis oleh jari Tuhan sendiri!

 

Paulus mengatakan bahwa semua Hukum dari Tuhan (baik yang ditulis Tuhan sendiri maupun yang ditulis oleh Musa atas bimbingan Tuhan) itu “kudus”, “benar”, “baik”. Sesuatu yang kudus, benar, dan baik, berarti bermanfaat bagi kita. Mengapa kita begitu getol mau menyingkirkannya?

 

Jadi apa yang dikatakan Paulus? Apa kita tidak usah melakukan Hukum Allah?

T I D A K ! !

 

JADI, APAKAH HUKUM ALLAH ITU PERLU DIPATUHI?

YA, KALAU KITA TIDAK INGIN MATI KEKAL.

 

Jelas di sini, baik Yesus maupun Paulus tidak pernah berkata bahwa Hukum Tuhan itu dihapus dan tidak berlaku lagi!

 

Seluruh isi Alkitab itu sinkron. Dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, tidak ada yang bertentangan karena penggagasnya sama, yaitu TUHAN. Tidak mungkin di Perjanjian Lama Tuhan menyuruh umatNya tunduk pada HukumNya, lalu di Perjanjian Baru, rasul-rasul menulis bahwa Hukum Tuhan sudah tidak berlaku. Jika kita berpikir demikian, pikiran kitalah yang salah.



13. APA YANG DIJANJIKAN TUHAN KEPADA MEREKA YANG MENURUTI HUKUMNYA?
 

Yohanes 8:51

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, ‘Jika seseorang menuruti firman-Ku, ia tidak akan pernah mengalami maut.’

Wahyu 22:14 

Diberkatilah mereka yang melakukan Perintah-perintah Tuhan sehingga mereka boleh memperoleh hak atas pohon kehidupan, dan boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam Kota itu

 AMIN.

 

 

 

Feb 2012



1 komentar: