Sebagai Penciptanya, pasti Tuhan
tahu apa yang terbaik sebagai makanan manusia. Sama seperti produsen mobil yang
mengeluarkan manual untuk merawat mobil bikinannya supaya awet dan berfungsi
dengan sempurna, Tuhan juga mengeluarkan petunjuk apa-apa yang
terbaik dimakan oleh manusia.
Kejadian
1:29
Dan Allah berfirman, ‘Lihatlah, Aku telah memberikan kepadamu setiap tanaman yang berbiji yang ada di seluruh muka bumi, dan setiap pohon yang buahnya menghasilkan biji; bagimu itu akan menjadi makananmu
Jadi sewaktu di Eden, sebelum masuknya dosa, manusia diciptakan Tuhan sebagai pemakan tanaman yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji.
Itu adalah
makanan yang terbaik bagi manusa, pada waktu manusia masih sempurna fisiknya,
belum terpolusi oleh dosa.
INI
ADALAH FIRST CHOICE, THE BEST CHOICE.
Perlu kita
ingat, bahwa ketika Tuhan menciptakan penghuni dunia ini, sama sekali tidak dengan
niatan bahwa penghuni dunia ini akan saling makan-memakan. Tuhan tidak
menciptakan korban. Jadi, baik manusia maupun
hewan, tidak diciptakan untuk dimakan. Manusia dan hewan seharusnya hidup tenang, damai, berdampingan, saling
mendatangkan sukacita, saling mengasihi satu sama lain.
SEMUA BINATANG DI EDEN PADA WAKTU ITU MAKAN APA?
Kejadian 1:30
Dan
bagi setiap binatang di darat,
dan bagi setiap unggas di udara, dan bagi setiap hewan yang merayap di atas bumi, yang bernyawa, Aku telah memberikan setiap
tanaman hijau menjadi makanannya.’ Dan jadilah demikian.
Jadi sayur-mayur itu aslinya adalah makanan hewan.
TIDAK
ADA YANG MAKAN DAGING, bukan? TIDAK ADA BINATANG BUAS. TIDAK ADA CARNIVORA.
Kita ingat,
setelah Adam dan Hawa berdosa, maka mereka diusir keluar dari Eden. Itu sangat
merugikan tubuh fisik mereka karena di dalam taman Eden ada Pohon Kehidupan.
Dengan makan dari Pohon Kehidupan itu, tubuh manusia akan tetap sempurna, tidak
kena penyakit, tidak menua, dan tidak mati. Jadi, kematian yang kita alami bukanlah hukuman dari Tuhan,
tetapi tubuh kita ini menjadi rusak sendiri karena tidak dipelihara lagi oleh Pohon
Kehidupan yang diciptakan
Allah khusus untuk tujuan supaya tubuh manusia selalu dalam kondisi sehat dan
baik.
Coba lihat
ceritanya di Alkitab.
Kejadian
3:22-24
22 Dan berfirmanlah TUHAN Allah, ‘Lihat, manusia itu telah
menjadi bagaikan satu dari Kita, tahu tentang baik dan
jahat; maka sekarang, jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan
mengambil pula buah dari pohon kehidupan itu dan memakannya, dan hidup selamanya; 23 maka TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden, dari tanah yang diusahakannya dari mana tadinya ia diambil. 24 Jadi Dia menghalau
manusia itu, dan Dia menempatkan di sebelah
timur taman Eden kerub-kerub, dan sebuah pedang yang menyala-nyala
yang berputar ke segela arah, untuk menjaga akses
ke pohon kehidupan itu.
Mengapa setelah
manusia berbuat dosa Tuhan tidak mau manusia hidup selamanya? Karena Tuhan tidak mau
dosa eksis selamanya. Ketika Adam merasa dia lebih tahu daripada
Tuhan dan melanggar Perintah Tuhan, maka Tuhan memberi Adam dan keturunannya kesempatan untuk
membuktikan sendiri benarkah mereka lebih
tahu apa yang lebih baik bagi mereka; benarkah melanggar Perintah Tuhan itu
lebih baik bagi mereka daripada percaya dan patuh pada Tuhan; benarkah hidup
terpisah dari Tuhan itu lebih baik daripada hidup bersama Tuhan; betulkah hidup
dalam dosa itu lebih baik daripada hidup kudus patuh kepada Tuhan. Jadi Tuhan
memberi manusia kesempatan untuk membuktikan pendapatnya, tapi kesempatan itu ada batas waktunya.
Tidak selamanya. Karena Tuhan tahu bahwa hidup di luar hubungan kasih dengan
Tuhan itu suatu kehidupan yang merana, jadi Tuhan tidak mau manusia hidup
merana selamanya. Kematian justru merupakan kelepasan dari kehidupaan yang
sengsara di luar Tuhan.
NANTI, setelah manusia yang berdosa ini belajar bahwa yang
terbaik adalah hidup bersama Tuhan, mempercayai dan mematuhi semua PerintahNya,
Tuhan akan memulihkan kesempatan
hidup selamanya kepada manusia di dunia yang baru kelak.
Sekarang ini, manusia harus belajar dulu dari kesalahannya supaya nanti keinginan untuk memberontak itu tidak terulang kembali. Ada ayat yang sangat membesarkan hati.
Nahum 1:9
Pemberontakan
apa yang kamu rencanakan terhadap TUHAN? Ia akan mengakhirinya sampai tuntas. Penderitaan
tidak
akan timbul untuk kedua kalinya.
Setelah dunia
yang berdosa ini berakhir, maka semua penderitaan akan lenyap selamanya. Tidak
akan timbul lagi dosa untuk kedua kalinya. Manusia
yang mewarisi bumi ini kelak semuanya sudah teruji, sudah jera
tidak mau lagi berbuat dosa, mereka semuanya sudah membuktikan bahwa hidup
mengasihi Tuhan itu adalah hidup yang paling bahagia.
Kembali kepada Adam.
Karena Adam dan Hawa setelah diusir keluar dari Taman Eden sudah tidak bisa
menikmati lagi buah-buah dan tanaman berbiji yang tumbuh di
Eden yang ditanam Tuhan, dan sementara di luar Taman Eden mereka masih harus menanam sendiri pohon-pohon buah dan tanaman berbiji dan
menunggu sampai bisa memetik hasilnya, Tuhan membantu
mereka dengan menambahkan item baru sebagai makanan mereka. Sayur-mayur yang tadinya makanan hewan, sekarang diberikan kepada Adam.
Kejadian 3:18
semak duri dan rumput
duri akan dihasilkannya bagimu; dan engkau akan makan tanaman hijau di padang.
Kata “tanaman hijau” itu diterjemahkan dari kata “herb”
mengandung arti “tanaman
hijau (yang muda, bukan kayu tua) yang bermanfaat bagi
kesehatan”, jadi bukan asal segala
tanaman, nanti ada yang memlesetkan ganja juga
tumbuh-tumbuhan.
Jadi SAYURAN ADALAH SECOND CHOICE.
Sampai di
sini apa ada perintah Tuhan untuk makan daging? Tidak ada. Masih murni
vegan.
Bagaimana dengan hewan-hewan?
Setelah tanaman hijau (sayuran) yang seharusnya makanan hewan-hewan
sekarang diberikan kepada manusia, berarti hewan-hewan semakin lama semakin kekurangan
jatah dengan bertambahnya jumlah manusia. Maka hewan-hewan pun kemudian beralih ke rumput.
Selain itu akibat dosa muncul perubahan yang buruk pada dunia fauna dan
flora. Sebagaimana sebagian tanaman mulai menjadi korup dan
menumbuhkan onak dan duri, sebagian hewan-hewan pun perlahan-lahan mulai
memangsa satu sama lain.
Kita nanti akan melihat ada hewan-hewan yang dianggap “bersih” atau “halal”
dan ada hewan-hewan yang dianggap “tidak bersih” atau “tidak halal” atau
“haram”. Nah, harus diingat TUHAN TIDAK MENCIPTAKAN APA PUN YANG
TIDAK BERSIH ATAU TIDAK HALAL. Semua hewan yang diciptakan Tuhan itu “baik” pada
mulanya. Tetapi ketika Adam berbuat dosa, dia
membawa dunia ini dan seluruh isinya ke dalam akibat dosa. Apa yang
tadinya baik, sebagian berubah menjadi tidak baik. Seperti yang terjadi pada
tanaman, demikian pula terjadi pada hewan. Sebagian berubah sifat menjadi
kejam, dan mulai memangsa yang lebih lemah. Berdasarkan itulah kemudian Tuhan
memisahkan mana hewan-hewan yang bersih dan halal, dan mana hewan-hewan yang
tidak bersih dan haram. Kita nanti akan melihat semua hewan yang berubah
menjadi pemakan daging itu oleh Tuhan dimasukkan golongan hewan yang tidak
bersih dan tidak halal.
Aslinya,
binatang diciptakan Tuhan tidak untuk dimakan. Di Eden
tidak ada binatang yang dimakan. Jadi seharusnya, di luar Eden
pun binatang tidak dimakan. Jadi, pada waktu itu, domba dan kambing hanya untuk kurban bagi Tuhan.
Tuhan harus mengajar manusia bahwa dosa itu kejam,
dosa itu harus dibayar dengan nyawa, dengan darah. Dan hewan-hewan yang dipersembahkan sebagai
kurban itu untuk mengingatkan manusia bahwa dosa-dosa mereka mengakibatkan
hewan yang tidak berdosa harus mati demi menggantikan mereka. Tentu
saja nyawa hewan atau darah hewan tidak bisa benar-benar menyelamatkan manusia,
namun itu
merupakan lambang, simbol, bahwa suatu hari Allah sendiri akan menjadi Kurban
persembahan untuk menebus manusia dari hukuman dosa mereka. Jadi mempersembahkan kurban hewan itu suatu
lambang yang sakral, yang menunjuk kepada penebusan Kristus bagi manusia kelak.
Kejadian 4:4
Dan Habel, dia juga membawa anak-anak sulung dari kawanannya dan dari lemak-lemaknya. Dan TUHAN mengindahkan Habel dan kurban persembahannya.
Mengapa mereka harus sering-sering mempersembahkan domba dan kambing untuk kurban?
Karena setiap kali manusia berbuat dosa, dia harus minta ampun kepada Tuhan,
dan caranya
minta ampun di zaman Perjanjian Lama adalah lewat mempersembahkan kurban. Tuhan
harus
menanamkan kepada manusia bahwa dosa itu bukan main-main, upah dosa itu maut,
dosa itu mendatangkan kematian. Karena itu begitu manusia sadar dia telah
berbuat dosa, dia harus segera minta pengampunan dengan mempersembahkan kurban,
tidak boleh dirapel, dikumpulkan semua kalau sudah banyak baru minta ampun.
Kalau manusia tidak segera minta ampun begitu menyadari telah berbuat dosa,
manusia tidak akan betul-betul menyesali dosa-dosanya karena dengan berlalunya waktu
akan membuat dosa itu tidak terasa mengancam lagi. Dan tanpa penyesalan yang
tulus dan pertobatan, Tuhan tidak memberikan pengampunan walaupun mau
mempersembahkan puluhan kurban. Jadi di zaman Perjanjian Lama itu sangat ribet
dan mahal untuk minta pengampunan dosa. Kalau setiap kali berbuat dosa harus
mempersembahkan kurban, bisa-bisa setiap hari dia harus mempersembakan kurban.
Jadi manusia
diajari Tuhan untuk lebih berhati-hati supaya tidak mudah berbuat dosa.
Selain itu dengan penyembelihan
hewan kurban ini Tuhan juga mau manusia ingat pada janjiNya bahwa Dia akan mengirimkan
Juruselamat yang akan mati menggantikan manusia yang dilambangkan hewan kurban
itu, untuk menebus manusia dan mengakhiri dosa dengan meremukkan
kepala Setan yang telah menipu manusia. Itulah janji yang pertama yang
diberikan Tuhan di Taman Eden, di hadapan Adam dan Hawa, bahwa Juruselamat itu
akan lahir dari manusia. Tuhan berkata kepada ular (Setan),
Kejadian 3:15
Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan, dan antara benihmu dan Benihnya. Benihnya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan mememarkan tumitNya.
Kita semua
tahu bahwa “Benihnya” yaitu Benih dari perempuan itu, ialah
Yesus.
Pada waktu Dia disalibkan, paku yang dipasang di kakiNya itu meremukkan
tumitNya. Dan kematian Yesus di salib akan meremukkan kepala Satan, artinya
mematahkan kuasa Satan dan dosa atas manusia.
Maka, sebelum Adam dan Hawa
meninggalkan Eden, kurban yang pertama harus disembelih. Tuhan menunjukkan kepada mereka betapa
kejamnya dosa itu. Dua domba yang tidak berdosa, sekarang harus menderita
kesakitan disembelih dan mati bukan karena kesalahan mereka sendiri, mereka adalah domba-domba yang
penurut, yang patuh, yang tidak berbuat kesalahan apa-apa yang layak harus
dibunuh, tapi karena
manusia yang berdosa, domba-domba itu harus mati untuk mereka. Darahnya menjadi
lambang pengampunan dosa mereka, sementara kulitnya dijadikan
pakaian bagi Adam dan Hawa, yang juga
merupakan lambang bahwa ketelanjangan manusia akibat dosa sekarang ditutupi
oleh kebenaran Kristus yang dilambangkan oleh kulit domba. Itulah
kematian pertama yang disaksikan oleh Adam dan Hawa. Dan itu harus mereka lakukan
berulang-ulang setiap kali mereka berbuat dosa, dan harus mereka ajarkan kepada
anak-anak mereka untuk dilakukan juga oleh mereka.
Jadi, supaya selama
menantikan kedatangan Kristus,
manusia tidak lupa akan janji penebusan ini, mereka diharuskan mempersembahkan hewan kurban untuk pelbagai tujuan, baik demi
penghapusan dosa, sebagai persembahan, maupun sebagai ucapan syukur.
Jauh sebelum ada
bangsa Israel, bahkan sebelum terjadinya Air Bah, pada zaman Nuh, generasi manusia yang
ke-10, kita sudah bertemu dengan sebutan “binatang yang bersih” atau “tidak haram” [clean
animals] dan “binatang yang tidak bersih” atau “haram”
[unclean animals] di dalam Alkitab. Air bah memusnahkan dunia yang pertama, sepuluh generasi Adam yang
pertama. Berarti dari awal mula di dunia yang pertama, manusia
sudah tahu mana binatang yang termasuk bersih, dan mana binatang yang tidak
bersih.
Setelah Nuh selesai membangun bahtera yang disuruh Tuhan, Tuhan menyuruh
Nuh untuk menyelamatkan spesies-spesies binatang darat yang diciptakan Tuhan dia
harus membawa mereka ke dalam bahteranya supaya mereka selamat dari air bah.
Tapi karena tempatnya terbatas, maka tidak semuanya bisa dibawa. Dan Tuhan
menentukan satu pasang (jantan-betina) dari semua binatang yang tidak bersih
dan tujuh pasang dari binatang yang bersih. Yang tidak bersih itu untuk
melanjutkan spesiesnya supaya tidak punah, sedangkan yang bersih itu selain
untuk melanjutkan spesiesnya juga untuk dipersembahkan sebagai kurban, jadi
jumlah mereka lebih banyak enam pasang.
Kejadian 7:2-3, 8-9
2 Dari segala binatang yang tidak haram engkau harus membawa bersamamu masing-masing
tujuh
pasang, jantan dan betinanya; dan dari binatang
yang
haram masing-masing dua, jantan dan
betinanya; 3 juga dari unggas-unggas
di udara masing-masing tujuh pasang, jantan
dan betina; menjaga supaya benih tetap hidup di seluruh permukaan bumi. 8 Dari binatang yang
tidak haram dan dari binatang yang haram, dan dari unggas-unggas,
dan dari segala yang merayap di muka bumi, 9 masuklah sepasang demi sepasang kepada
Nuh ke dalam bahtera itu, yang jantan dan yang betina, seperti yang diperintahkan Allah
kepada Nuh.
Pada waktu Tuhan
memberikan perintah ini kepada Nuh, Alkitab tidak mencatat Nuh bertanya kepada
Tuhan, “Binatang mana yang haram dan mana yang halal, Tuhan?” Berarti, Nuh sudah tahu mana binatang
yang halal dan mana yang haram. Dan di pasal 7 Kitab Kejadian itu juga tidak
ditemukan catatan bahwa Tuhan memberikan daftar binatang halal/haram kepada Nuh.
Jadi kesimpulan
yang jelas adalah, antara masa Adam hingga masa Nuh [10 generasi], Tuhan sudah memberitahukan kepada
manusia perbedaan antara binatang yang halal dan yang haram.
Kita tahu bahwa
pada zaman itu belum ada tulisan, maka segalanya diberikan secara verbal
turun-temurun.
Jadi, memisahkan
antara binatang yang tidak haram dan yang haram, BUKAN baru
diberikan Tuhan kepada orang Israel pada zaman Musa [manusia
generasi ke-26], seperti yang diduga mayoritas orang Kristen, tetapi di
zaman Nuh [manusia generasi ke-10] sekitar 9 abad
sebelumnya, pemisahan itu sudah dikenal. Tentu saja karena pemisahan itu sudah dinyatakan Tuhan kepada Adam setelah mereka
berdosa, karena untuk persembahan kurban kepada Tuhan, hanya boleh
binatang-binatang yang halal. Jadi mulai Adam dikeluarkan dari Taman
Eden, dia sudah tahu mana binatang yang halal yang bisa dipersembahkan sebagai
kurban kepada Tuhan, dan mana yang tidak halal untuk dipersembahkan sebagai
kurban. Karena itu ketika Nuh disuruh membawa 7 pasang binatang yang halal dan
hanya 1 pasang binatang yang tidak halal, Nuh tidak perlu bertanya kepada Tuhan
binatang-binatang mana saja yang halal dan tidak halal. Nuh sudah tahu dari
nenek-moyangnya.
KAPAN MANUSIA MULAI MAKAN DAGING HEWAN?
Setelah keluar dari bahtera.
Jika kita baca Kejadian pasal 6-9, kita tahu bahwa
dunia waktu itu dihujani selama 40 hari dan 40 malam non-stop,
dunia terendam selama 150 hari, setelah itu barulah air surut secara
perlahan-lahan, selama berbulan-bulan. Semua yang hidup binasa, termasuk segala
macam tanaman.
Nuh masuk ke dalam bahtera pada usianya ke-600
(Kejadian 7:6,11), pada bulan kedua hari ke-17. Dan Nuh dikeluarkan Tuhan dari
bahtera ketika umurnya 601 tahun, pada bulan kedua dan hari ke-27 (Kejadian
8:13-14). Jadi selama 1 tahun lebih Nuh dan keluarga dan semua hewan yang
dibawanya hidup terkunci di dalam bahtera. Dan ketika Nuh keluar, hal pertama
yang dilakukannya ialah mempersembahkan kurban (Kejadian 8:20) dari SEMUA HEWAN
YANG HALAL, hewan darat maupun unggas. Karena itu semua hewan yang halal
disuruh bawa tujuh pasang.
Dalam kondisi dunia yang porak-poranda dilibas air,
semua tanaman yang lama sudah mati. Butuh waktu untuk menanam baru dan memetik
hasilnya. Karena itu sebagai tindakan darurat Tuhan berkata,
Kejadian
9:3
3 Segala yang bergerak, yang
hidup,
akan menjadi makananmu, sebagaimana tanaman yang
hijau, telah Aku berikan engkau semuanya. 4 Tetapi daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, tidak boleh kamu makan.
Itulah
pertama kalinya manusia diizinkan makan daging hewan karena Tuhan
tahu, dalam kondisi dunia yang porak poranda di mana
semuanya binasa setelah dilanda banjir dan tidak diolah selama satu
tahunan, butuh waktu lama
sampai ada cukup buah-buahan dan biji-bijian dan sayuran untuk makanan seluruh keluarga Nuh dan semua
binatang yang dibawanya. Jangan lupa, binatang-binatang itu pun setelah keluar
dari bahtera juga perlu makan.
Jadi DAGING HEWAN ADALAH MENU DARURAT.
Setelah lewat masa darurat, setelah pohon-pohon buah
tumbuh dan berbuah, setelah tanaman berbiji menghasilkan biji-bijian, setelah
tanaman hijau bisa dipetik, manusia seharusnya kembali ke menu yang semula, tetapi manusia justru menjadikan menu darurat
sebagai menu utamanya. Ini menandakan apa? Hati manusia sudah menjadi semakin kejam, mereka tidak
segan-segan lagi membunuh makhluk lain untuk mereka makan. Mereka
tidak berpikir bahwa hewan pun ingin hidup. Apa akibat spiritualnya? Tuhan yang
mau mengajar mereka bahwa dosa itu harus dibayar dengan kematian, supaya mereka
sebisanya hidup hati-hati tidak berbuat dosa untuk menghindari ngerinya saat menyembelih hewan kurban, sekarang mereka
sendiri malah mnembunuh hewan dengan senang hati untuk memuaskan lidah mereka
sendiri. Begitu manusia sudah tidak merasa pilu, tidak merasa menyesal harus membunuh hewan yang tidak berdosa untuk mereka makan,
maka mereka juga dengan ringan hati menyembelih hewan kurban untuk pengampunan
dosa mereka. Itu menyebabkan permohonan ampun mereka menjadi tanpa
rasa sedih, tanpa penyesalan, tanpa pertobatan, dan menjadi hanya seperti
ritual yang tidak berarti. Perasaan
halus mereka sebagai ciptaan yang mulia dalam keserupaan dengan Allah, terkikis
terus dan menyisakan hanya kemanusiaan yang penuh dosa. Jadi dengan makan daging, manusia menjadi bertambah buruk
kondisinya, baik jasmani maupun rohani. Periksa saja Alkitab,
manusia setelah air bah usianya merosot banyak.
v Adam mati pada usia 930 tahun
v Nuh, generasi ke-10 dari Adam
mati pada usia 950 tahun.
Jadi SELAMA 10
GENERASI TIDAK ADA PENURUNAN USIA. Pada saat itu manusia makan menu
yang ditentukan Tuhan, mereka semuanya vegan.
v Anak
Nuh, Sem usianya hanya 600 tahun. Ini merosotnya 37%, hanya
1 generasi. Karena keluar
dari air bah, manusia
mulai makan menu darurat, yaitu daging.
Dan sejak itu daging dijadikan menu utama. Dan lihatnya penurunan yang tajam
dalam usia manusia.
v Anak
Sem, Arpakhsad mati di usia 438 tahun. Drop lagi sebesar 27%.
Jadi dalam 2 generasi ada penurunan usia 53% itu luar biasa!
v Anak
Arpakhsad, Selah mati usia 433 tahun.
v Anak
Selah, Eber mati usia 464 tahun.
v Anak
Eber, Peleg mati usia 239 tahun. Drop 49%! Separo loh!
v Anak
Peleg, Rehu mati di usia 239 tahun.
v Anak
Rehu, Serug mati di usia 230 tahun.
v Anak
Serug, Nahor mati diusia 148 tahun. Drop 36%.
v Anak
Nahor, Terah mati di usia 205 tahun.
v Anak
Terah, Abraham mati di usia 175 tahun.
Kalau kita bandingkan dari Nuh hingga Abraham (10 generasi) dropnya suatu angka
yang fantastis yaitu 82%! Padahal 10 generasi yang pertama dari Adam sampai Nuh tidak ada
penurunan usia ketika manusia tidak makan daging.
Dan kalau kita bandingkan dengan usia rata-rata
manusia sekarang yang 80 tahun, itu cuma 8% usia Nuh!
Salah satu penyebabnya ialah makan daging yang
menyebabkan kerusakan genetik. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa bukan sebagai
pemakan daging, bukan sebagai pemakan bangkai. Makhluk yang mati itu kalau
manusia namanya “jenazah”, “mayat”; kalau hewan namanya “bangkai”, dimasak atau
tidak, itu sama bangkainya. Dan bangkai itu tidak sehat. Ketika manusia makan yang
tidak seharusnya dimakan, itu merusak organ-organ tubuhnya. Ibarat mobil Mercy
diisi bensin campur, ya sebentar saja mogok.
Selain itu ketika Tuhan memberikan menu darurat kepada
Nuh, Tuhan menetapkan
bukan
semua hewan boleh dimakan oleh Nuh dan keluarganya setelah keluar dari bahtera, hanya hewan yang bersih/halal saja. Dari mana kita tahu ini? Mana ayatnya? Banyak orang Kristen yang suka makan daging babi atau
udang atau lele selalu protes minta ayatnya.
Nah, kita diberi otak oleh Tuhan untuk berpikir,
karena itu kalau membaca Alkitab, kita harus berpikir. Dari
semua binatang yang tidak bersih
atau tidak halal, Nuh hanya diizinkan membawa SATU PASANG UNTUK MELANJUTKAN
SPESIESNYA, jadi tidak boleh dimakan! Kalau dimakan kan spesiesnya punah. Maka jelas semua binatang yang tidak halal, semua binatang yang tidak
bersih, itu tidak boleh dimakan manusia walaupun sebagai menu darurat.
TIDAK.
Tuhan tidak
pernah berubah. Kita sudah tahu bahwa membedakan binatang yang haram dan tidak
haram sudah tertulis di Alkitab sebelum terjadinya Air Bah, sebelum ada orang
Israel. Itu menandakan bahwa perintah
dan petunjuk yang diberikan Tuhan kepada manusia itu selalu berlaku untuk semua
manusia di segala zaman. Kalau Tuhan mengatakan babi dan kelinci
itu haram untuk dimakan kepada Nuh, Dia juga
berkata yang sama kepada orang-orang Israel seribu tahun kemudian, dan tentunya
Dia juga berkata demikian kepada kita sekarang. Tuhan itu konsisten. Tuhan
tidak plin-plan. Tuhan tidak seperti kita yang sering lupa apa yang
kita katakan, yang sering berubah pikiran. Tuhan itu teguh pendirianNya, apa
yang dikatakanNya tidak boleh dimakan, ya tetap tidak boleh dimakan selamanya, bukannya hari ini haram, bulan
depan berubah menjadi tidak haram.
Ibrani 13:8
Yesus Kristus tetap sama, kemarin dan hari ini, dan selama-lamanya.
Mazmur 33:11
Petunjuk TUHAN tetap selama-lamanya, pikiran hati-Nya hingga ke semua
generasi.
Mazmur 148:6
Dia
juga telah menetapkan mereka untuk selama-lamanya; Dia telah memberi sebuah perintah
yang
tidak akan berlalu.
Pengkhotbah. 3:14-15
14 Aku tahu bahwa apa
pun yang dilakukan Allah itu
akan tetap untuk selamanya; tidak ada
yang bisa ditambahkan padanya, maupun ada
yang diambil darinya; dan Allah berbuat itu supaya manusia takut akan Dia. 15
Yang sekarang ada sudah pernah ada, dan yang
akan ada sudah ada; dan Allah mencari dari yang
lampau.
Setelah kematian Yesus tidak ada
mujizat atau perubahan apa pun pada binatang-binatang yang sudah diberi cap tidak boleh dimakan oleh Tuhan, yang menyebabkan
tiba-tiba mereka bisa menjadi boleh dimakan. Jadi mengapa kita menganggap kematian
Yesus telah mengubah status haram/halal seekor binatang?
Ketentuan Tuhan tidak bisa berubah.
Kalau Tuhan telah berkata bahwa binatang-binatang tertentu, seperti
binatang pemakan daging, itu tidak boleh dimakan manusia, maka ketentuan tersebut tidak
akan pernah berubah di dunia yang lama ini. Kalau nanti di dunia yang baru setelah semuanya
diperbarui, semua binatang di sana tidak akan ada lagi yang berstatus
haram. Pada waktu itu semua makhluk akan kembali seperti di Eden yang pertama,
tidak ada yang makan daging lagi, manusia maupun hewannya.
Tuhan Yesus Kristus mati di kayu salib
untuk menjadikan MANUSIA
yang berdosa, layak MASUK SURGA.
Tuhan Yesus Kristus TIDAK mati di kayu salib untuk
menjadikan BINATANG yang haram menjadi tidak haram
dan LAYAK
DIMAKAN.
Tuhan Yesus
Kristus tidak datang untuk menebus binatang.
Bacalah ayat di bawah ini
baik-baik. Ini menceritakan tentang Hari Penghakiman. Jadi bukan hanya berlaku
buat orang berdarah Israel, tetapi berlaku
bagi seluruh umat manusia!
Yesaya 66:15-17
15 Sebab lihat, TUHAN akan datang dengan api, dan dengan kereta-kereta-Nya seperti puting beliung, untuk melampiaskan
murka-Nya dengan kegeraman dahsyat dan
hardik-Nya dengan nyala api. 16 Sebab dengan api dan dengan
pedang-Nya TUHAN akan mengadili segala makhluk, dan yang mati dibunuh oleh
TUHAN akan banyak jumlahnya. 17 Mereka yang menguduskan diri dan mentahirkan dirinya di taman-taman, di
belakang seseorang yang di tengah, yang memakan daging babi dan binatang-binatang yang jijik, serta tikus, akan dibakar
habis bersama-sama, demikianlah firman TUHAN.
Tidak dikatakan bahwa Tuhan akan mengadili
hanya orang
Israel di sini, tetapi “Tuhan akan mengadili segala makhluk” ~ segala makhluk, baik orang Israel, baik
orang Indonesia, baik orang Afrika, baik orang Jepang, lalu diikuti dengan
keterangan yang sangat jelas, siapakah mereka yang akan diadili itu:
Karena
kita sedang membahas khusus tentang makanan, kita tidak membahas yang lain (kita
tidak membahas ini: “Mereka yang menguduskan diri dan mentahirkan dirinya di taman-taman”) hanya yang terkait dengan makan
daging tertentu di sini.
ü Mereka yang memakan daging babi,
ü dan yang makan binatang-binatang jijik,
berarti semua yang disebutkan di Imamat pasal 11
sebagai binatang-binatang yang haram dimakan.
ü serta yang makan tikus.
Banyak orang
Kristen mengatakan bahwa ayat Alkitab bisa saja ditafsirkan bermacam-macam
pengertian. Tapi mengapa ayat yang jelas sperti ini harus ditafsirkan? Mengapa
tidak diterima apa adanya secara harafiah?
Tuhan
memberikan Alkitab kepada umatNya untuk menyatakan kehendakNya, supaya manusia tahu apa yang
berkenan pada Tuhan dan apa yang tidak; bukan untuk memberi teka teki yang tidak jelas
pemahamannya dan harus ditafsir-tafsir.
Tuhan
tidak mengajak umatNya bermain. Tuhan ingin umatNya selamat.
Tuhan tidak ingin manusia binasa karena tidak mengerti kehendakNya. Andai Tuhan
menghendaki manusia binasa, Yesus Kristus tidak perlu mati di salib untuk
menebus manusia. Karena itu, Tuhan memberikan kepada kita pedoman Kitab Suci yang sangat mudah
dimengerti. Janganlah kita sendiri yang membuatnya menjadi rumit dengan
menafsir-nafsirkannya.
Wahyu 21:27
Dan
di sana sama sekali tidak akan masuk ke
dalamnya apa pun yang membuat najis, maupun apa pun yang
membangkitkan kekejian, atau menciptakan dusta, melainkan mereka yang namanya tertulis di dalam Kitab Kehidupan Sang Domba.
Apakah ayat ini pun perlu
ditafsirkan? Jelas dikatakan “tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis”. Di sini Tuhan sedang berbicara mengenai dunia baru,
Yerusalem Baru.
Jika kita makan segala yang dilarang Tuhan untuk dimakan, apakah kita tidak termasuk “membuat najis”? Apakah kita tidak termasuk “membangkitkan kekejian” di mata Tuhan? Layakkah kita mempertaruhkan kesempatan kita
memperoleh hidup kekal bersama Kristus hanya demi
memuaskan selera makan kita yang tidak sehat?
Apakah tidak ada makanan yang halal yang enak dimakan sehingga kita harus makan
apa yang dikatakan Tuhan, najis dan haram?
Daftar lengkap binatang yang haram untuk dimakan bisa ditemui di Imamat
pasal 11, dan di Ulangan pasal 14.
Kita lihat pengelompokannya saja supaya lebih
mudah.
A. YANG BOLEH DIMAKAN
ü dari hewan darat berkaki
empat
11:3
apa pun yang berkuku belah, dan kukunya bersela panjang, DAN
yang memamah biak, itu boleh kamu makan.
Misalnya sapi,
kerbau, domba, kambing, rusa dan sejenisnya.
ü dari hewan yang hidup
di air
11:9 Inilah yang boleh kamu makan dari segala
yang hidup di dalam air: apa pun yang
bersirip DAN bersisik di dalam air-air, di dalam laut,
dan di dalam sungai-sungai, mereka itulah
boleh kamu makan.
Berarti hanya
ikan yang bersirip dan bersisik, yang dimaksud adalah yang sisiknya keras bukan
yang lembut-lembut, misalnya ikan kakap, ikan salmon, ikan gurami, ikan
bandeng, ikan belanak, ikan cukil, ikan mujair, ikan nila dan sejenisnya.
ü dari hewan jenis
unggas
Yang boleh dimakan adalah unggas yang
tidak makan daging.
Misalnya ayam,
itik, burung puyuh, burung merpati dan sejenisnya.
ü dari hewan jenis serangga
11:21 Namun inilah
yang boleh kamu makan dari segala binatang merayap
yang terbang yang berjalan dengan keempat
kakinya, yang mempunyai paha di sebelah atas kakinya untuk melompat dengannya di atas tanah.
Termasuk di
dalamnya segala jenis belalang.
B. YANG TIDAK BOLEH DIMAKAN
ü dari hewan darat
berkaki empat
11:4 Namun,
yang ini yang tidak boleh kamu makan dari yang memamah biak ATAU
dari yang berkuku belah:
Jadi kalau hanya
memamah biak, atau hanya berkuku belah, itu tidak boleh dimakan, misalnya unta,
kelinci, babi, kuda, dan semua jenisnya.
ü dari hewan yang hidup
di air
11:10 Dan
segala yang TIDAK bersirip DAN bersisik di dalam laut dan di dalam
sungai-sungai, dari segala yang bergerak di
dalam air-air, dan dari segala makhluk hidup yang ada di dalam air-air, mereka itu kejijikan bagimu.
Semua hewan
laut yang
bukan ikan tidak boleh dimakan, jadi udang, lobster, cumi-cumi, gurita,
kepiting, tiram, kerang, pauhi, buaya, kodok, penyu, dan semua jenisnya tidak
boleh dimakan. Begitu juga ikan yang tidak bersirip dan bersisik, misalnya ikan
hiu, ikan lele, ikan dorang, ikan tuna, ikan tongkol, ikan tenggiri, ikan
sumbal, dan semua jenisnya, itu tidak boleh dimakan.
ü dari hewan jenis
unggas
semua unggas predator,
pemangsa daging/ikan, pemakan bangkai itu tidak boleh dimakan.
Jadi segala
burung-burung besar jenis rajawali, burung hantu, burung gagak, burung pelikan,
burung bangau, dan sejenisnya.
ü dari hewan jenis
binatang yang merayap
11:29 Ini
juga yang haram bagimu di antara segala yang
merayap, yang merayap
di atas bumi: cerpelai, tikus, dan kura-kura menurut jenisnya,
11:30 dan
musang, dan bunglon, dan kadal, dan siput, dan bengkarung, dan tikus tanah,
Termasuk cicak, kelelawar, tupai,
dan semua jenisnya.
ü
dari
hewan yang melata
11:42 Apa pun yang
melata di atas perutnya, dan apa pun yang berjalan dengan keempat kakinya,
atau apa pun yang berkaki banyak di antara semua yang merayap yang merayap di atas tanah, mereka janganlah kamu makan, karena mereka adalah kejijikan.
Termasuk di
sini ular, ulat, cacing, dan semua jenisnya.
ü dari hewan jenis
serangga
11:23 Tetapi semua binatang merayap, yang terbang lainnya, yang berkaki empat adalah
kejijikan bagimu.
Selain jenis belalang, semua
serangga yang lain tidak boleh dimakan, misalnya lalat, laron, dan
semua jenisnya.
ü dari hewan yang
berjalan dengan telapak kakinya
11:27 Dan apa pun yang berjalan dengan telapak
kakinya, di antara segala macam binatang
yang berjalan dengan empat kaki, mereka itu
haram bagimu;
Jadi segala jenis beruang, kera, anjing,
kucing, harimau, singa, gajah, serigala, rubah, itu tidak boleh dimakan.
Mengapa Tuhan memberikan pedoman ketat tentang makanan ini bagi
umatNya?
Imamat 11:44-45
memberikan jawabannya
44 Sebab Akulah TUHAN,
Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu, dan haruslah kamu
kudus, sebab Aku kudus; dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan segala jenis binatang
yang merayap di atas bumi. 45
Sebab Akulah TUHAN yang telah membawa kamu
keluar dari tanah Mesir, untuk menjadi
Allahmu; oleh sebab itu, kamu
harus kudus, sebab Aku kudus.
Dan banyak
orang Kristen yang doyan makan segala yang sudah dikatakan Tuhan najis,
berkata, “Nah, peraturan ini kan untuk orang Israel,
karena disebutkan di sini ‘45 Sebab Akulah TUHAN yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk
menjadi Allahmu; oleh sebab itu, kamu harus
kudus, sebab Aku kudus.’ Kami kan tidak keluar dari Mesir!”
Iya, umat Allah
tahun 1450BC itu keluar dari perbudakan Mesir, tapi umat Allah zaman
sekarang juga dibawa keluar dari perbudakan dosa. Dulu umat Allah
terbelenggu menjadi budak orang Mesir, karena itu diselamatkan Tuhan dibawa
keluar dari Mesir. Umat Allah sekarang terbelenggu menjadi budak dosa, karena
itu kita juga diselamatkan Tuhan dibawa keluar dari kuasa dosa.
Dan intinya
bukan pada kata “Mesir”, melainkan pada kata “kudus”: “kamu harus kudus,
sebab Aku kudus” itu intinya. Kudus artinya
tidak memelihara apa yang najis, dan itu berarti tidak memasukkan ke tubuh kita
segala yang sudah dikasi label “najis” oleh Tuhan.
Kekudusan Tuhan
sekarang tidak berubah, sama dengan kekudusan Tuhan ketika Dia membawa orang
Israel keluar dari Mesir. Jika pada waktu itu Tuhan menuntut kekudusan dari
umatNya Israel literal, maka sekarang Tuhan juga menuntut
kekudusan dari umatNya Israel simbolis, yaitu kita.
Mana mungkin
TUHAN yang kudus bisa berkumpul dengan manusia yang tidak
kudus? Atau lebih tepatnya lagi, bagaimana mungkin manusia yang tidak kudus
bisa bertahan di hadapan TUHAN yang mahakudus?
Semua yang
tidak kudus akan terbakar habis oleh kemuliaan Allah. Jadi tidak ada pilihan
lain, jika kita mau hidup bersama Tuhan, kita harus kudus.
thank infonya sangat membantu, silahkan kunjungi balik web kami http://bit.ly/2P3pNWu
BalasHapus