Sabtu, 25 Januari 2014

106. KERENDAHAN HATI

106. KERENDAHAN HATI

________________________________________

Kerendahan hati adalah sifat yang sangat bertentangan dengan pelajaran dunia.

Ajaran dunia menempa kita menjadi manusia yang mandiri, yang serba-bisa, yang tangguh, yang keras, yang hebat. Kita dilatih agar menjadi sosok yang akan dihormati orang, yang dipandang semua orang dengan dua mata terbuka. Sejak kecil kita digodok dengan banyak pelajaran agar kelak menjadi SOMEBODY. “Somebody” ini artinya adalah orang yang tidak dipandang rendah oleh orang lain, orang yang diperhitungkan. Kalau mungkin malah kita menjadi orang yang bisa membuat orang lain yang memandang kita, menjadi keder.  Itulah target yang dicanangkan dunia.

Karena itu kita semua ingin hebat, ingin dianggap “somebody”, ingin dianggap “sakti” dan ini membuat kita seringkali melakukan yang bisa merugikan orang lain demi kemajuan diri kita sendiri. Ini juga mendorong sebagian orang belajar segala macam ilmu supaya bisa menjadi “sakti”, supaya dikagumi orang, supaya bisa tampil menonjol, supaya bisa dikenal, dan tentunya supaya segala yang dilakukannya pasti berhasil.

 

Tetapi  ajaran Kristus bertolak belakang dengan ajaran dunia.

Kristus mengajarkan agar kita bergantung

sepenuhnya kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri.

 

Semakin akrab hubungan kita dengan Tuhan, semakin lama kita mengenalNya, semakin total kita harus bergantung kepadaNya, karena kita semakin sadar, bahwa kita ini bukan apa-apa, tidak berdaya apa-apa, bahwa kita masih bernapas saja itu pun adalah karena Tuhan masih mengizinkan, Tuhan masih mensuplai nafas hidup kita. Kalau suplai ini dihentikan Tuhan, biar kita orang terkaya atau orang terpandai atau orang tercantik  sedunia, tetap kita mati jadi daging busuk yang tidak ada harganya. Jadi Tuhan-lah yang Mahakuasa dan segala sesuatu ada di bawah kuasaNya.

 

Yesus sendiri memberikan contoh demikian dalam hidupNya. Yesus berkata bahwa Dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa (karena pada waktu Yesus hidup di dunia ini Dia adalah 100% manusia seperti kita), Dia bergantung sepenuhnya kepada Allah Bapa. 

Yohanes 5:30

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari DiriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil sebab Aku tidak menurut kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Bapa yang mengutus Aku.

 

Bahkan apa yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya pun, tidak berasal dari diriNya sendiri, melainkan dari Allah Bapa. 

Yohanes 8:26

Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar; dan Aku mengatakan kepada dunia apa yang Kudengar dari-Nya.


Yohanes 12:49

Sebab Aku tidak berkata-kata dari diri-Ku sendiri; tetapi Bapa yang mengutus Aku, Dialah memberi Aku perintah, apa yang harus Aku katakan dan apa yang harus Aku bicarakan. 

 

Tidak ada apa pun yang dilakukanNya sendiri, melainkan Dia sepenuhNya melakukan kehendak Tuhan. 

Yohanes 4:34

Kata Yesus kepada mereka, ‘Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.’ 

Jika Kristus begitu bergantung kepada Allah Bapa, apalagi kita?

 

Inilah salah satu pelajaran yang diajarkan Kristus kepada kita. Bahwa KITA HARUS MELIHAT DAN MENYADARI KELEMAHAN DIRI KITA SENDIRI, KETIDAKBERDAYAAN KITA SENDIRI,  barulah setelah itu kita bisa membiarkan Tuhan yang memimpin hidup kita.

Jika kita merasa hebat, kita merasa sanggup, kita merasa SOMEBODY, maka hati kita sudah penuh dengan keyakinan kita sendiri dan tidak ada lagi tempat bagi Tuhan.

 

Kata Paulus: 

Galatia 2:20

Aku tersalib bersama Kristus, namun begitu aku hidup; tetapi bukan aku melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.

Berulang kali Kristus mengingatkan kita supaya menjadi rendah hati, baik lewat kata-kataNya sendiri, maupun lewat murid-muridNya.

Matius 11:29

Pikullah kuk-Ku padamu dan belajarlah dariKu, karena Aku penurut (berserah penuh) dan rendah hati dan kamu akan menemukan perhentian bagi jiwamu.

 

Jika Kristus Penebus kita, Kristus yang Allah Anak itu sendiri rendah hati, bukankah kita yang hanya debu ini harus lebih lagi belajar rendah hati?

Bagaimana seharusnya sikap seorang pengikut Kristus?

Efesus 4:1-2

1 Sebab itu, aku, seorang tawanan  karena Tuhan, memohon kepadamu, supaya kamu hidup layak dengan panggilan dengan mana kamu dipanggil 2dengan segala kerendahan hati dan kepasrahan, dengan panjang sabar, saling menahan diri satu sama lama dalam kasih.

 

Paulus, seorang yang  punya banyak kemampuan di zamannya, seorang yang  pandai dan terpandang, setelah mengikut Yesus, berubah menjadi orang yang rendah hati, dan menganggap semua prestasi duniawi yang dimilikinya tidak lagi berharga.

Filipi 3:7

Tetapi apa yang dahulu kuanggap menguntungkan bagiku, sekarang karena Kristus kuanggap tidak bernilai.

 

 

Dan inilah nasihat dari dua orang murid Yesus bagi kita:

Yakobus 4:6

Tetapi Dia memberi lebih banyak rahmat. Itulah sebabnya Dia berkata, Allah menolak orang yang congkak, tetapi memberi rahmat kepada yang rendah hati.  

 

1 Petrus 5:5

Demikian jugalah kamu, yang lebih muda, tunduklah kepada yang lebih tua. Iya, kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain, dan kenakanlah kerendahan hati, sebab Allah menolak yang congkak, dan memberi rahmat kepada yang rendah hati.

 

Mengapa?

Karena Kristus berkata:

Matius 5:3

Diberkatilah orang yang merasa hina dan tidak berharga di hadapan Allah karena merekalah yang empunya kerajaan surga

 

Terjemahan LAI untuk ayat ini kurang tepat. “the poor in spirit” bukan berarti “miskin (harta)”. Kita lihat di Strong’s Dictionary:

Blessed are the poorG4434 in spirit:G4151 for theirs is the kingdom of heaven. (KJV)

 

Terjemahan harafiahnya ialah “yang miskin secara rohani”, apa maksudnya?

Kata yang diterjemahkan “poor” dalam KJV ini aslinya πτωχός [pto-khos] yang menggambarkan  seorang  pengemis yang meringkuk di bawah, tidak berani mengangkat kepalanya karena menyadari dirinya hina. Jadi istilah “poor in spirit” ini adalah “merasa dirinya hina atau tidak layak” kebalikan dari “angkuh” atau “tinggi hati”.

 

 

Jadi,

·       bukan orang-orang yang merasa “accomplished”,

·       bukan orang-orang yang merasa “somebody”,

·       bukan orang-orang yang merasa “mampu”,

·       bukan orang-orang yang merasa “berprestasi”,

·       bukan orang-orang yang merasa “sukses”,

yang bakal mewarisi Surga, melainkan mereka yang merasa hina dan tidak berharga di hadapan Allah. Itulah pelajaran rendah hati yang sebenarnya.

 

Jangan salah, teman-teman. Tidak berarti orang-orang yang sukses, orang-orang yang berpangkat, orang-orang yang kaya tidak bisa mewarisi Surga! Abraham itu kaya raya, Ayub itu kaya raya, Yusuf itu kaya raya, Nebukadnezar itu kaya raya, Nicodemus itu kaya, Yusuf Arimatea itu kaya, Zacheus itu kaya. Jadi kemampuan finansial seseorang tidak menjadi syarat diterima/ditolaknya seseorang masuk Surga. Tetapi MERASA MAMPU SENDIRI itulah yang menjadi penghalang.

 

Walaupun kita mampu, janganlah kita MERASA MAMPU SENDIRI. Ingatlah bahwa kemampuan itu karunia Tuhan. Dan karena Tuhan mengaruniakan kemampuan itu kepada kita, maka berarti Dia menginginkan kita memakai kemampuan pemberianNya itu untuk kemuliaan namaNya.

 

Belajarlah:

ü    mengosongkan diri di hadapan Tuhan,

ü    merendahkan diri, dan

ü    berserah kepada Tuhan dalam segala hal

ü    berdoa,

ü    bersyukur,

ü    bertanya,

ü    mohon bimbingan kepada Tuhan apa yang harus kita lakukan, apa yang harus kita katakan.

ü    Jangan ingin menjadi sakti sendiri. Jangan ingin menjadi Superman atau Wonder Woman. Karena kita ini hanya debu, yang saat ini ada, dan sebentar lagi sudah diterbangkan angin.

 

Selamat hari Sabat, teman-teman. Semoga berkat Tuhan boleh kita nikmati dengan limpah.

 

 

 

2013-07-12

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar