Selasa, 07 Januari 2014

102. NUH DAN PINTU YANG SESAK

102. NUH DAN PINTU YANG SESAK

_______________________________

Hari ini aku mencoba membayangkan perasaan Nuh, ketika dia disuruh Tuhan membuat bahtera, karena menurut Tuhan, dunia yang ada saat itu akan dimusnahkan dalam air bah. Dan juga bagaimana posisi manusia-manusia yang lain ketika diberitahu Nuh bahwa Tuhan akan membinasakan dunia.

 

Mengapa Tuhan mau membinasakan manusia pada waktu itu? Karena manusia sudah begitu jahat!

Kejadian 6:5-7

5 Dan TUHAN melihat, bahwa kejahatan manusia itu hebat di bumi dan bahwa setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus. 6 Dan menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan itu membuatnya sedih di hati-Nya. 7 Dan TUHAN berfirman, ‘Aku akan membinasakan manusia yang telah Kuciptakan dari muka bumi, baik manusia maupun hewan, dan binatang-binatang yang mengeriyap, dan unggas-unggas di udara, sebab Aku menyesali Aku telah menjadikan mereka.’

 

Manusia waktu itu tidak pernah melihat hujan. Belum pernah ada hujan di zaman itu. Tuhan hanya membasahi bumi dengan embun.

Kejadian 2:4-6

4 Inilah sejarah langit dan bumi pada waktu mereka diciptakan, pada hari TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, 5 dan sebelum tanaman apa pun di padang ada  di bumi, dan sebelum tumbuh  tumbuhan hijau apa pun, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang yang mengolah tanah itu; 6 tetapi di sana suatu kabut naik ke atas dari tanah, dan membasahi seluruh permukaan tanah itu.

 

Jadi manusia pra-air bah sama sekali tidak punya konsep tentang hujan, apalagi yang bisa mendatangkan banjir yang menenggelamkan seluruh dunia!

Jadi, tugas Nuh sangat berat. Bukan saja dia dan ketiga anak laki-lakinya  harus membuat gudang mengapung yang super-besar, yang cukup untuk diisi semua binatang yang ada, yang haram sepasang, sedangkan yang halal 7 pasang, juga makanan bagi manusia dan hewan-hewan di dalamnya selama satu tahun lebih, dengan syarat bahtera itu tidak boleh bocor, tidak boleh terbalik, tidak boleh karam, dan harus bisa terapung selama berbulan-bulan; tapi selain itu Nuh juga harus meyakinkan semua orang yang belum pernah melihat hujan, bahwa Allah akan mencurahkan air dari langit sedemikian banyaknya sehingga bisa menenggelamkan seluruh dunia. Nuh dianggap sudah berhalusinasi, sudah kehilangan otak warasnya.

 

Membuat bahtera itu saja sudah pasti sangat sulit, apalagi hanya dengan 4 pasang tangan, dan di zaman itu belum ada gergaji listrik, segala peralatan dan bahan yang tinggal beli di toko bangunan, dll. Semua harus dibuat sendiri. Paku-pakunya saja harus dibuat dari kayu sendiri. Lha alat-alat untuk membuat semuanya itu? Juga harus dibuat sendiri!

Dan setiap hari sementara Nuh membuat bahtera itu, dia berusaha meyakinkan orang-orang yang dikenalnya agar mau bertobat, agar boleh diselamatkan bersamanya. Bayangkan, di antara mereka ada sanak-saudaranya sendiri (zaman itu semua orang anaknya banyak, jadi keluarga di sana pasti keluaga besar), jadi masih ada paman-pamannya, bibi-bibinya, misanan, mindoan, kemenakan, ipar-ipar, semua  kerabatnya yang masih hidup pada waktu itu. Juga ada  tetangga-tetangganya, sahabat-sahabatnya, teman-temannya, dan bahkan karena ketiga anak laki-lakinya sudah  menikah, juga besan-besannya dan keluarga besar besan-besannya.  Orang-orang yang dikenal baik oleh Nuh, ada yang teman sepermainannya ketika masih kecil, ada yang sahabat-sahabatnya yang biasanya mengobrol, bekerja, dan melewatkan hari-hari bersama. Begitu banyak orang yang dikenalnya, bahkan yang dikasihinya dan disayanginya yang menurut Tuhan akan binasa jika mereka tidak masuk ke dalam bahtera yang sedang dibangun Nuh. Bagaimana Nuh tidak berusaha keras supaya mereka boleh selamat? Tapi Alkitab mengatakan TIDAK ADA SATU PUN yang masuk ke dalam bahtera yang dibuat Nuh. Mereka tidak percaya kata-kata Nuh, mereka menganggap mereka sendiri yang benar, dan Nuh cuma orang gila yang fanatik beragama. Dan dengan pilihan yang mereka buat,  mereka menandatangani surat kematian mereka sendiri.

 

Banyak dari kita menganggap orang-orang antediluvian itu adalah orang-orang kafir, orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. TIDAK BENAR. Sebagian besar mereka kenal Tuhan  DAN MENGANGGAP DIRI MEREKA ADALAH UMAT TUHAN, karena mereka semuanya berasal dari keturunan Adam. Jadi kerabat-kerabat Nuh, keluarga besarnya, mereka semuanya adalah orang-orang yang kenal Tuhan! Bahkan kakek buyut Nuh, yaitu Henokh (ayah Metusalah), begitu kudusnya hidup mengikuti Tuhan, dia tidak mengalami kematian, tetapi adalah manusia pertama yang diangkat hidup-hidup ke Surga!  Jadi, orang-orang dunia waktu itu Sebagian besar mengenal Tuhan, dan menganggap mereka sudah menyembah Tuhan dengan benar, mereka bukan kanibal yang menyembah batu! Tapi di mata Tuhan mereka jahat, dan jahat, dan jahat melulu.

 

Pertanyaan: Apa kejahatan mereka?

 

MEREKA TIDAK PATUH KEPADA HUKUM TUHAN, MEREKA HIDUP MENURUT CARA YANG MEREKA ANGGAP BENAR SENDIRI!

 

Alkitab berkata:

Kejadian 6:5

5 Dan TUHAN melihat, bahwa kejahatan manusia itu hebat di bumi dan bahwa setiap imajinasi pikiran hatinya hanyalah jahat terus-menerus.

 

Sering, apa yang dianggap Tuhan “kejahatan” itu tidak sama dengan anggapan kita.

ü   Membunuh itu kita anggap kejahatan,

tapi kalau membenci orang  itu tidak apa-apa, kan? Padahal Tuhan berkata, membenci itu sudah membunuh dalam hati. Segala perbuatan itu pertama lahir di dalam hati sebelum itu dilakukan.

 

ü   Berdusta atau memfitnah itu salah,

tapi bohong kecil-kecilan yaaaah, tidak terlalu masalah kan, asal tidak merugikan orang lain? Berapa kali dalam sehari kita berbohong? “Kalau ada yang mencari Bapak, bilang tidak ada ya,” padahal orangnya ada. “Wah, terlambat nih karena ban bocor,” padahal karena terlambat bangun. Tapi itu kan bukan kejahatan, toh? Tidak apa-apa kok. Tapi bagi Tuhan itu apa-apa, berbohong itu berbohong, segala yang tidak benar itu dosa.

 

ü   Memakai nama Tuhan dengan sembarangan,

berapa seringnya kita dalam sehari mengucapkan atau menulis OMG, atau sejenisnya tanpa merasa itu dosa? Ah, tidak apa-apa, itu bahasa gaul, jangan terlalu fanatiklah. Tapi itu nama Tuhan yang disebut sembarangan.

 

ü   Atau hari Sabat yang ditetapkan Tuhan sebagai hari milikNya,

yang seharusnya kita pakai untuk menyembah dan memuliakan Tuhan. Tapi karena hari itu bukan hari libur resmi, hari itu kita tetap bekerja walaupun sudah tahu seharusnya kita berhenti, hari itu kita tetap ikut pertandingan badminton, hari itu kita hadir di kopdar dengan teman-teman, hari itu kita datang ke tetangga yang punya hajat, dll. dll. Yah, Tuhan harus punya pengertian dong, kan kita masih hidup di dunia dan punya banyak komitmen duniawi. Ntar malam berdoa minta ampun, beres. Kan Tuhan maha pengampun. Akankah Tuhan mengampuni? Dosa yang sengaja dibuat dan yang tidak disesali maupun berniat ditobati, itu tidak mendapatkan pengampunan.

 

Jadi, berhati-hatilah, karena apa yang kita anggap benar, bisa-bisa itu adalah “kejahatan” di mata Tuhan.

Karena itu, tidak heran, walaupun  ada orang-orang di zaman Nuh yang merasa sudah umat Tuhan, tetapi hidupnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, di mata Tuhan itu sama saja dengan tidak mengikutiNya. Mengikuti peraturan Tuhan dengan tidak tepat, itu sama dengan tidak mengikutinya sama sekali.

 

Berapa lama Nuh mencoba mengajak handai tolan dan sahabat-sahabatnya ini? 120 TAHUN!  Coba, 120 tahun itu waktu yang sangat luamaaaaa. Berapa generasi bisa lahir dalam waktu 120 tahun itu? Tapi siapa yang mendengarnya? TIDAK ADA! Mereka menganggap Nuh gila, dan mana ada orang waras yang mau mendengarkan orang gila??

Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Nuh? Selama 120 tahun menjadi bahan olok-olok seluruh dunia! Selama 120 tahun dicap orang gila. Padahal niatnya baik, yaitu mengajak orang-orang lain untuk bertobat dan boleh selamat.

Jadi Nuh sangat menderita.

Menderita bukan hanya karena dimusuhi begitu banyak orang,  tetapi lebih-lebih menderita karena mengetahui semua orang yang disayanginya itu bakal mati semuanya tapi dia tidak berdaya menolong mereka, bukan karena dia tidak mau menolong mereka, tetapi karena mereka menolak tawarannya.

Kejadian 6:3

Dan TUHAN berfirman, ‘Roh-Ku tidak akan selalu bergumul dengan manusia  karena manusia juga adalah daging, namun hari-harinya  akan selama seratus dua puluh tahun.’

 

Mengapa Roh Tuhan bergumul dengan manusia? Karena Roh Tuhan (Roh Kudus) juga mau meyakinkan orang-orang itu supaya bertobat dan percaya kepada apa yang dikatakan Nuh. Dan Tuhan menetapkan waktu Roh Kudus bergumul dengan manusia itu 120 tahun. Tuhan itu sabar. Tapi ada batasnya. Bagi manusia zaman pra-air bah, batasnya adalah 120 tahun, setelah itu Tuhan akan melakukan apa yang telah dikatakanNya kepada Nuh akan Dia lakukan. Bagi kita pun ada batasnya. Bagi dunia ini waktunya adalah 6’000 tahun dan waktu jatuh temponya sudah dekat.

 

120 tahun Nuh berusaha mengajak semua orang yang lain selamat. Roh Tuhan berusaha membuka mata hati orang-orang itu supaya mau bertobat. Tapi tidak berhasil. Hanya istri, ketiga anak laki2 dan ketiga menantu Nuh saja yang selamat. 8 orang! Sementara seluruh dunia pada waktu itu tenggelam, mati. SELURUH DUNIA VERSUS 8 ORANG! BERAPA PERSEN ITU?

 

Suatu pelajaran bagi kita yang hidup sekarang, karena Alkitab sudah mengatakan bahwa pada akhir zaman, akan terulang kembali apa yang terjadi di zaman Nuh.

Matius 24:38-39

38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera.39dan mereka tidak menyadarinya sampai air bah itu datang dan membawa pergi mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.

 

Jadi manusia akhir zaman akan sama dengan manusia pra-air bah, semua sibuk dengan urusannya sendiri, makan-minum, kawin-mengawinkan, Tuhan disepelekan, tidak menyadari bahwa sementara itu mereka telah dihakimi oleh Tuhan dan telah divonis tidak memenuhi syarat.

Filipi 3:19

Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, dan kemuliaan mereka ialah aib mereka, yang mementingkan perkara-perkara duniawi.

 

Pertanyaan: MENGAPA TIDAK ADA YANG MAU PERCAYA KEPADA NUH?

 

KARENA NUH HANYA SEORANG DIRI! NUH ADALAH MINORITAS! Dia satu-satunya yang berkoar-koar bakal ada banjir yang akan menenggelamkan.

 

Alkitab tidak mengatakan di zaman Nuh itu berapa angka populasi dunia. Tapi melihat usia Adam yang 930 tahun, dan keturunannya hingga Nuh juga berusia sekitar itu, berapa puluh anak yang bisa dimiliki setiap pasangan? Jangan terkecoh oleh nama-nama anak yang tercantum di Alkitab. Selain yang tercantum juga ada banyak yang tidak tercantum. Di zaman itu tidak ada yang mau KB, semua menerima kelahiran seorang anak itu sebagai berkat dari Tuhan, semakin banyak semakin baik. Populasi dunia pasti sudah sangat banyak!

 

Bagaimana reaksi orang-orang ini terhadap ajakan Nuh? Bukan saja orang-orang asing yang tidak mengenal Nuh, tetapi kerabat, sahabat dan kenalannya sendiri?

Sayang tidak ada yang mau percaya. Kira-kira mereka bicara sendiri seperti ini:

Masa cuma Nuh yang tahu kebenaran?  Masa kita semua salah dan cuma dia yang benar? Haaaiisssyyyhh! Memangnya siapa seh si Nuh ini? Sok nabi??  Memang cuma dia yang kenal Tuhan?  Memang kita tidak kenal Tuhan?  Memang kita bukan umat Tuhan? Kalau Tuhan mau menenggelamkan kita semua, tidak mungkin  Tuhan tidak bicara kepada kita juga. Mengapa Tuhan hanya memberitahu Nuh tentang itu?  Nuh bohong, Nuh mengarang, Tuhan tidak bicara kepadanya. Nuh sudah gila, sedang halusinasi dia, kurang kerjaan dia, makanya mau bikin bahtera raksasa, lagi stres dia, atau bahkan mungkin saja dia sudah kerasukan Setan! Cuma mau menimbulkan keresahan!  Mana ada hujan? Apa itu hujan? Kami tidak pernah melihat satu tetes air pun jatuh dari langit. Mana bisa banjir? Lagi pula kenapa Tuhan mau menghukum kita? Kenapa kita disuruh bertobat, kita kan orang baik-baik!

 

Pada akhir zaman kondisi tidak akan jauh berbeda. Manusia sibuk dengan semua urusan duniawinya sendiri dan tidak percaya bahwa dunia ini akan segera diakhiri oleh Tuhan. Mereka berkata dari zaman nenek moyang sudah dikatakan dunia akan segera kiamat, Yesus akan segera datang, sampai sudah lewat ratusan tahun tidak ada kejadian apa-apa.

2 Petrus 3:3-7

3 Mengetahui hal ini lebih dulu, bahwa pada hari-hari akhir akan datang pengejek-pengejek,  yang hidup menuruti hawa nafsu mereka sendiri, 4 dan berkata,  ‘Di manakah janji kedatangan-Nya? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap berjalan sebagaimana adanya dari awal penciptaan.5 Karena tentang ini mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh Firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan bumi muncul keluar dari air dan dalam air, 6 dan dengan mana dunia yang ada pada waktu itu, binasa, terbenam oleh air bah. 7 Tetapi langit dan bumi yang sekarang oleh Firman yang sama disimpan, disiapkan untuk api bagi hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.

 

Bedanya, dunia pra-air bah dibinasakan oleh air, dunia kita yang sekarang ini akan dibinasakan oleh api. Jadi percayalah bahwa itu akan terjadi tidak lama lagi.

 

Jika satu orang mengatakan itu merah sedangkan 1000 orang lain mengatakan itu biru, yang benar pasti yang mengatakan biru, bukan? Mana mungkin yang benar justru yang satu orang itu sedangkan yang 1’000 orang salah semuanya? Masa 1’000 orang buta warna semua?

Betul, itu kalau teori dunia, mayoritas yang benar. Dalam suatu pengambilan keputusan, suara terbanyak selalu yang menang.

Tapi untuk urusan spiritual, tidak demikian. Mengapa? Karena manusia yang berdosa sudah lebih cenderung kepada dosa, kepada yang salah. Oleh karena itu, pada waktu mereka melihat dosa, mereka menganggap itu bukan dosa. Jadi jika semakin banyak orang  berdosa mengatakan sesuatu itu benar, itu justru tidak benar, karena penilaian orang berdosa sudah melenceng. Sebaliknya yang benar, justru mereka anggap salah, karena yang salah sudah menjadi lumrah bagi mereka.

 


MENURUT KRISTUS, BERBAHAYA IKUT KELOMPOK MAYORITAS!!!

 

 

Perhatikan kata-kata Kristus:

Matius  7:13-14

13 Masuklah kamu di pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak yang masuk ke sana; 14 karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kehidupan, dan sedikit yang menemukannya.

 

Ke mana orang-orang yang sedikit, yang minoritas? Di zaman Nuh mereka hanya 8 orang, kurang dari 10, bisa dihitung dengan jari. Bagaimana dengan di zaman kita sekarang?

Orang-orang ini masuk lewat pintu yang sesak, dan berjalan di jalan yang sempit. Tetapi sebelum itu mereka harus lebih dulu “menemukannya”. Menemukan apa?  “jalan yang menuju kehidupan” itu. Berarti sebelum mereka bisa menemukannya, mereka harus mencarinya dulu, setelah ketemu, baru mereka bisa masuk melalui pintunya yang sesak itu. Pintu yang sesak dan jalan yang sempit ini tidak semata-mata terpampang di hadapan kita begitu saja, dia tersembunyi, tertimbun di bawah segala konsep populer yang salah yang kita kenal. Jadi dia harus dicari baru ketemu! Kalau kita tidak mencari ya tidak ketemu!

Matius 6:33

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, dan semua hal itu akan ditambahkan kepadamu.

Jadi, pertama kita harus “mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya”, bukan menerima begitu saja apa yang dikatakan orang, atau oleh gereja, atau oleh pemuka agama sekali pun. Cari sendiri di Alkitab apa memang demikian.  Ini menyangkut keselamatan kita. Jadi kita perlu memastikan sendiri apa kata Alkitab. Pelajari Alkitab sendiri, minta bantuan Tuhan dan jika hati kita tulus memang mau mencari kebenaran Tuhan, Roh Kudus pasti akan memberi kita hikmat untuk mengerti.

 

Mengapa kita harus mencari yang benar? Karena ada banyak nabi palsu dan guru palsu yang mengajarkan ajaran yang palsu.

Matius 7:15-16

15 Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu, yang datang kepadamu dengan kulit domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Kamu akan mengenal mereka dari buahnya….

 

Matius 24:24

Sebab mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar untuk menyesatkan sekiranya mungkin, bahkan orang-orang pilihan;

 

Kisah 20:30

Juga dari antara kamu sendiri akan muncul orang-orang, mengatakan hal-hal yang menyimpang, untuk menarik murid-murid berpaling mengikuti mereka.

 

Kolose 2:8

Berhati-hatilah, supaya jangan ada yang merusak kamu dengan filsafat dan penipuan hampa menurut ajaran tradisi manusia, menurut prinsip-prinsip dasar dunia dan bukan menurut Kristus.

 

Jadi untuk menghindari tertipu oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dari nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu, dan segala filsafat dan tradisi dunia, jangan percaya ajaran apa pun sebelum kita menyocokkan itu dengan Alkitab. Alkitab harus menjadi pedoman kita.


Kembali ke pintu yang sesak.

Inilah ciri pintu yang sesak itu, dia adalah PINTU YANG TIDAK POPULER, tidak diserbu banyak orang, bahkan tidak dicari oleh kebanyakan orang. Kebanyakan orang cenderung cepat-cepat menghindar bila mendengar tentang pintu yang sesak itu, mereka justru menganggap itu tempatnya orang-orang bidat. Dan hanya sedikit orang yang mau masuk ke sana. Ingat kata "sedikit" ini. Karena itu, kalau ada banyak orang di sana, itu BUKANLAH PINTU YANG SESAK!!!

 

Sebaliknya, ke mana orang-orang banyak? Mereka pergi masuk lewat pintu yang lebar dan berjalan di jalan yang luas. Tapi jalan yang lebar itu akhirnya menuju ke mana? KEBINASAAN.

Yang populer, yang dipilih orang banyak, yang dicari banyak orang, yang diikuti milyaran orang, itu berakhir pada KEBINASAAN.  Jadi jangan lupa, menjadi bagian dari denominasi yang banyak anggotanya itu bukan tempat yang aman, karena Kristus telah memberi peringatan,  “lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak yang masuk ke sana.” Di zaman Nuh, seluruh dunia minus keluarga Nuh! Dan celakanya, ini akan terulang kembali di zaman kita!

 

Seseorang pernah berkata, masa umat 1.2 milyar itu salah semua? Tidak mungkin semua ahli theologia kami yang mempelajari kebenaran, buta semua! Denominasi kami ini bukan orang-orang bodoh! Masa theolog-theolog kami tidak menemukan kesalahannya jika memang ada? Kan semua orang juga ingin selamat. Kalau memang salah, mana masih ada yang mau ikut? Siapa yang ingin binasa? Justru banyak yang ikut membuktikan bahwa denominasi kami ini benar! Masa begitu banyak orang menganggapnya benar, kamu bilang itu salah?

Jika kita mendengar argumentasi itu, ingat, pendapat dunia selalu berlawanan dengan pendapat Tuhan. Kristus sudah memberikan tandanya dengan sangat jelas, “lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kebinasaan, dan banyak yang masuk ke sana.”. Kristus tidak pernah salah. Di kitab Wahyu 20:8 dikatakan bahwa orang-orang yang akan dibinasakan kelak itu  “jumlah mereka sama seperti pasir di laut”. Jadi berada di kelompok yang jumlahnya besar itu berbahaya. Jika kita ada di sana, jangan bangga, kita justru harus segera memastikan melalui Alkitab, apakah kita ada di kelompok yang benar, atau kita sebaiknya cepat-cepat hengkang dan mencari pintu yang sesak dan masuk untuk berjalan  di jalan yang sempit yang menuju hidup kekal.

Ingat kisah zaman Nuh, seluruh dunia binasa karena menganggap mereka benar dan Nuh yang minoritas itu salah. Kisah Nuh ini ditulis di Alkitab untuk mengingatkan kita yang hidup di akhir zaman, yang akan mengalami dunia ini dimusnahkan seperti di zaman Nuh.

Ingat kata Tuhan:

 


LEBARLAH PINTU DAN LUASLAH JALAN

YANG MENUJU KEBINASAAN, DAN BANYAK YANG MASUK KE SANA

 

 

 

Pintu yang lebar dan jalan yang luas TIDAK USAH DICARI! Ikut mayoritas saja, di mana jumlahnya terbanyak, di mana orang berbondong-bondong berkumpul, ya sudah itu pintunya!  Banyak orang masuk begitu saja dengan mudah! Sudah jelas terlihat, gampang diakses, tidak usah susah-susah mencari dulu. Pintunya pun lebaaaaaarrrr, sehingga kita mau masuk dengan membawa bontotan segala macam juga tidak masalah.

 

Apa pemahaman kita tentang dua pintu ini? Karena ajaran yang diberikan Kristus itu selalu lebih dalam daripada yang kita pahami dengan sekilas baca. Sering-sering kita hanya memahami permukaannya, sehingga kita kehilangan banyak nasihat dan pesan Kristus yang berharga.

 

1. BAGAIMANA KITA BISA MASUK KE PINTU YANG SESAK?

a)   Kita harus mencari pintu itu dulu. Bagaimana mencarinya?

ü   Berdoa dengan tulus minta Tuhan menuntun ke sana.

ü   Butuh waktu dan niat (rajin mempelajari Alkitab).

ü   Butuh ketekunan, tidak boleh putus asa (rajin mencari info denominasi mana yang ajarannya tidak melenceng dari Alkitab).

 

b)   Jika setelah kita mencari dan kita berhasil menemukan pintu yang sesak ini, bagaimana kita bisa masuk ke dalamnya?

ü    Kita harus meninggalkan semua bawaan kita sebelumnya!

Pintu itu sesak, sehingga yang bisa masuk hanya diri kita sendiri, tidak bisa membawa kopor 5 buah! Hanya diri kita saja. Tidak bisa membawa apa-apa. Artinya? Kita harus melucuti diri kita dari semua yang menghalangi kita bisa masuk lewat pintu itu. Pintu itu akan membawa kita kepada KEHIDUPAN, kepada Kristus. Jadi, apa pun yang menghalangi kita menuju Kristus, harus kita lepaskan sebelum kita bisa masuk lewat pintu ini. Apakah itu hobi kita, apakah itu pekerjaan kita, apa itu ego kita, apa itu nafsu makan kita, apa itu bahkan keluarga kita? Semua yang menghalangi kita datang kepada Kristus, harus kita tinggalkan di depan pintu sesak ini sebelum kita bisa masuk ke dalamnya. Kita hanya bisa masuk membawa “ketelanjangan” kita sendiri, dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada kemurahan Kristus. Sebelum itu kita lakukan, kita tidak akan bisa masuk lewat pintu yang sesak ini, yang hanya pas untuk kita lewati sendiri.

Matius 10:37

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku

 

Inilah contoh yang diberikan Kristus mengenai apa yang harus kita “tinggalkan” sebelum masuk melalui pintu yang sesak itu. Orangtua dan anak-anak adalah harta yang paling berharga dalam hidup kita, tapi itu pun harus kita tinggalkan di depan pintu yang sesak JIKA itu menghalangi kita bisa masuk ke dalam.

Jelas ayat ini tidak memberi kita izin atau pembenaran untuk  menelantarkan orangtua atau anak-anak kita dengan alasan mengikut Kristus! Jangan memutarbalik ajaran Kristus. Karena di Hukum ke-5, Tuhan jelas memerintahkan agar Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Kel 20:12), jadi orangtua dan anak-anak atau keluarga kita, tetap adalah tanggung jawab kita yang harus kita pelihara dengan baik, namun yang menjadi nomor satu dalam hidup kita haruslah Tuhan, dan jika kita belum bisa menempatkan Tuhan sebagai yang nomor satu dalam daftar prioritas kita, kita tidak bisa masuk lewat pintu yang sesak ini, karena tidak bakal cukup!

ü    Jadi, meninggalkan semua yang menghalangi kita mencapai Kristus,

itulah makna dari kita harus menyalibkan diri sendiri, mati bersama Kristus. Orang lama kita harus mati dulu. Semua yang berasal dari orang lama kita yang bertentangan dengan Tuhan, harus kita tinggalkan, satu per satu setiap hari, itu merupakan perjuangan. Itulah yang dikatakan Paulus:

1 Korintus 15:31

Melalui sukacita karena kamu yang aku miliki dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku menegaskan aku mati setiap hari.

 

Paulus saja harus  “mati setiap hari”,  artinya orang lamanya harus dimatikan setiap hari, dikikis satu per satu semua egonya, semua keterikatannya dengan keduniawian. Orang lama kita itu susah matinya, tidak bisa dibunuh satu kali tebas lalu selesai. Dia akan hidup lagi. Dia harus dibunuh berulang-ulang, dan setiap hari dia mati sedikit demi sedikit, semakin lama semakin lemah, hingga akhirnya dia bisa mati seluruhnya, dan orang lama kita lenyap, dan  Kristus akan hidup secara permanen di dalam kita.

Galatia  2:20

Aku tersalib bersama Kristus, namun begitu, aku hidup; tetapi bukan aku melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kujalani sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Allah, yang telah mengasihi aku dan telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.

 

 

2. BAGAIMANA DENGAN MASUK KE PINTU YANG LEBAR?

Wah, ini gampang! Tidak banyak persyaratan. Sudah tidak usah susah-susah mencari pintunya, karena pintu itu tampak jelas terbuka lebar, jadi langsung bisa dimasuki. Blung! Dan karena pintunya lebar, kita mau membawa apa pun masuk bisa! Kita tidak usah meninggalkan apa pun di luar, semua bisa diangkut masuk ke dalamnya. Bahkan, semakin banyak bawaan kita, semakin disambut kita oleh yang empunya pintu. Kita tidak perlu mengorbankan apa-apa.

ü   apakah itu sifat jelek kita,

ü   apakah itu semua pelanggaran kita terhadap Hukum Tuhan,

ü   apakah itu pekerjaan kita yang tidak halal,

ü   apakah itu selera makan dan minum kita yang melanggar Hukum Tuhan,

ü   apakah itu hobi kita yang tidak memuliakan Tuhan,

ü   apakah itu hidup kita yang berlumuran dosa,

ü   apa saja tidak ada restriksi, semua boleh dibawa masuk!

Semakin banyak bawaan keterikatan kita, tuan yang empunya pintu lebar ini semakin senang menerima kita, karena berarti sudah pasti kita bakal betah di tempatnya, karena kita bisa membawa semua kesayangan kita dan keterikatan kita. Tapi jangan lupa, PINTU LEBAR INI, DAN JALAN YANG LUAS INI MENUJU KEBINASAAN.      

 

 

Jika kita masih menggandoli semua pelanggaran kita,

semua keterikatan kita, semua ego kita, 

semua “ilah lain” yang lebih kita dahulukan di atas Tuhan,

maka kita BELUM MASUK LEWAT PINTU YANG SESAK.

 

 

Pikirkanlah sekarang, DI MANAKAH POSISI KITA?

v   Apakah kita sudah masuk lewat pintu? 

Kalau belum, cepat carilah pintu yang sesak. Sebentar lagi pintunya akan ditutup.

 

v   Jika kita sekarang sudah menemukan pintu yang sesak,

dan kita sedang berdiri di depan pintu itu, lepaskan satu per satu penghalang kita, buang semua kopor kita sebelum kita bisa masuk. Tidak mudah, tapi kalau kita mau, kita bisa. Kalau kita punya niat, kita mohon kekuatan kepada Tuhan, Roh Kudus akan membantu kita.

 

v   Jika kita sudah salah masuk pintu yang lebar,

kita perlu segera mundur dan keluar dari sana, lebih cepat lebih baik, karena bila si empunya pintu lebar ini tahu kita bermaksud lari darinya, dia pasti akan berusaha menahan kita dengan sekuat tenaganya. Sudah pasti dia tidak akan melepaskan kita dengan mudah, jadi pasti akan ada perjuangan. Kita harus benar-benar bertekad dan minta bantuan Pemilik Pintu Yang Sesak untuk menolong kita. Tidak mudah, butuh banyak doa, banyak air mata, banyak pengorbanan, tapi jika niat kita tulus, kita akan dibantu Pemilik Pintu Yang Sempit, dan Dia yang akan berperang bagi kita, melepaskan kita dari jerat pemilik pintu yang lebar.

 

Tugas kita sekarang adalah menilai di mana posisi kita.

Banyak yang menyangka sudah masuk pintu yang sesak, tetapi sebenarnya tidak. Setiap orang perlu introspeksi sendiri.

 

Selanjutnya minta bantuan Tuhan, karena hanya Tuhan-lah yang bisa menyelamatkan kita.

 

Amin.

 

 

 

 

2013-11-05

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar